Tawadhuk Abon Lueng Ie dan Wakil Bupati Aceh Besar
Sabtu, 5 Januari 2019 saya sempat hadir di Dayah Darul Ulum Abu Lueng Ie, dalam rangka Maulid dan Haul Abu Lueng Ie.
Beberapa pejabat juga ikut hadir, termasuk Wakil Bupati Aceh Besar, Waled Husaini. Mereka dijamu oleh Abon dan alumni dayah di ruang VVIP. Tepatnya musala dayah setempat.
Ketika pertemuan selesai, Waled keluar bersama tamu lainnya. Abon ikut mendampingi Waled. Bahkan Abon sedikit mendahului Waled menuju ke tempat diletakkan sepatu sang wakil bupati. Saat keduanya berada di sepatu Waled, Abon segera mengambil sepatu dan meletakkan tepat di ujung kaki Waled. Dengan sigap Waled menolaknya, seakan ia tidak ingin Abon mengambilkan sepatu untuknya. Waled ingin mengambil dan memakai sendiri benda yang kerap dipakai di kakinya.
Tetapi tangan Abon merebut sepatu itu. Tujuannya agar Waled tidak perlu mengambil sendiri sepatu itam tersebut, dan supaya mudah saat Waled menggunakannya.
Saya (penulis) melihat dengan saksama sikap keduanya. Betapa mereka saling rendah hati, dan saling menghormari.
Saya pun terbayang kisah kedua putra Amirul Mukminin, Harun Ar-Rasyid. Kedua putra raja itu memiliki guru privat yang sengaja diundang ke rumah untuk mengajar ilmu agama bagi anak raja.
Saat pengajian selesai, kedua putra itu berebutan sandal gurunya, tujuan untuk meletakkan di tempat yang mudah digunakan oleh guru.
Begitulah kelakuan ahli ilmu. Tawadhuk dan saling menghargai.
*Abu Teuming
Direktur K-Samara