Lidahnya; (bukan) Pecinta Kopi

in #kopi7 years ago

IMG-20171217-WA0015.jpeg

Welllll,
Tinggal di salah satu tempat penghasil kopi terbaik di Indonesia, tentu tak lepas ruang gerak ini dari kopi. Aroma kopi menjamur disetiap sudut kota. Nongkrong, tentu tempat ngopi akan jadi pilihan pertama. Maka berlomba-lomba lah pemilik kedai kopi berinovasi memberikan tempat ngopi yang nyaman dan menjual, dengan spot foto sebagai pemenuh hasrat eksistensi media sosial. #eh ini bagian curahan hati 😅

Sejujurnya, saya sedikit malu mengakui diri yang tak terbiasa dengan kopi. Ayah kami, sebagai satu-satunya laki-laki di rumah tidak minum gula, apalagi kopi. Alhasil untuk bubuk kopi hanya ada di meja jika tamu datang, itupun sangat jarang. Maksudnya kami jarang kedatangan tamu, eh tamunya jarang ngopi 😂
Nah, akibat ketidak biasaan ini menjadi sulit untuk bisa menikmati rasa kopi yang cenderung 'pahit' di lidah. Kalau kata pecinta kopi 'ada rasa manis' di dalamnya. Maaf saya gagal paham. Maka solusinya adalah mencari alternatif kopi dengan rasa manis yang dominan.

Syukurnya, warung kopi saat ini punya menu yang variatif sekali. Gak cuma black Coffee saja, minuman ringan, jus, koktail, bahkan es krim juga ada. Jadi tak menjadi masalah lagi jika harus nongkrong di warung kopi. Lidah punya banyak pilihan rasa. Tapi tetap, hidung selalu bermanja aroma kopi. Kalau ini saya suka, selalu.

Tertolong lah diri yang biasanya minder setiap diajak nongkrong di kedai kopi.

Dampak lain dari semua ini kemudian adalah, terjangkit virus nongkrong di kedai kopi. Jadi tempat ternyaman untuk ngobrol seharian, ngelendat-lendot di kedai kopi sampai lupa waktu. Orang sudah keluar-masuk, kitanya masih betah nongkrong walau kopi di gelas sd ludes berjam-jam yang lalu, selama 'wifi' masih menyala tentunya. Ups

Sort:  

Jangan ada rasisme dalam ngopi hehehe, yang penting adalah jangan lupa bahagia waktu ngopi. Apapun yang diminum, bahkan saat pesan teh pas diajak ngopi.

Siap, apapun minumannya nongkrong tetap di Warkop. Nikmatnya kebebasan #eh 😅