Cerdas Memenej Kiriman Orang Tua (#Part1 Literasi Keuangan Mahasiswa)

in #keuangan6 years ago

IMG_0470.JPG
Dokumen pribadi

Buat Anda yang berstatus mahasiswa baru, masih bingung bagaimana mengatur keuangan yang bersumber dari orang tua (beasiswa papa mama foundation..Hihi) saat melaksanakan perkuliahan di dirantau? Atau mahasiswa lama tapi masih sering magap-magap di akhir bulan karena jatah kiriman habis tak tersisa.

Sering puasa Senin Kamis (puasa Senin, buka Kamis..Haha). Atau pakai puasa Nabi Daud? So, tulisan ini sangat tepat menjadi bahan bacaan kita semua agar manajemen keuangan bisa lebih bijaksana dan tetap cukup sampai batas waktu yang telah ditentukan (hingga datang lagi kiriman), walau dalam jumlah kecil sekali pun. Berikut ulasannya.

Pertama, investasi makanan. Bahasa kerennya rantangan (Haha). Ini terkadang dianggap tabu bagi sebagian mahasiswa. “Kan bisa masak sendiri?” atau “Malas kali kok jadi orang!” atau “Dasar manja, anak mami”. Padahal mereka tak sadar kemampuan iman mereka yang begitu dangkal dalam memenej uang. Kiriman Rp 3 juta pun bisa habis dalam dua minggu kala mahasiswa di rantau (pengalaman), sisanya dua minggu ke depan siap-siap tahan lapar (wkwkwk).

Rantangan akan menjamin isi perut kita selama sebulan ke depan. Dan harganya, khusus dareah Kampus Unsyiah dan UIN Ar-Raniry, Banda Aceh hanya kisaran Rp 400 sampai 500 ribu saja. Sisanya, silakan alokasikan untuk yang lain. Kalau tidak turuti, siap-siap lapar lagi di akhir bulan (haha). Soal makan ini paling urgen, sebab berdampak pada kesehatan dan tingkat kualitas belajar kita, bro. Kuliah sambil tahan lapar itu tidak enak, serius!

Kedua, kebutuhan akademik. Ini perlu dialokasikan khusus. Misal, uang kiriman dari orang tua Rp 1 juta per bulan. Maka sisa uang rantangan (sekitaran Rp 500 ribu lagi) dialokasikan saja 40% untuk kebutuhan akademik. Kebutuhan ini mencakupi isi ulang binder, cetak makalah, beli alat tugas praktik dan sebagainya. Ingat ya, sisihkan 40% untuk kebutuhan ini.

Ketiga, kebutuhan diri. Pada poin ini, sisihkan 50% dari sisa uang rantangan. Ini bisa digunakan untuk kebutuhan beli sabun, minyak rambut, minyak sepeda motor sampai minyak segala minyak (hihi). Ini, kan kurang? Udah, jangan ngeyel. Kalau tidak, ntar magap-magap lagi di akhir bulan.

Keempat, sedekah. Sebenarnya poin ini sangat penting dan harus lebih banyak dari komponen lain. Namun karena tersisa 10% dari sisa uang rantangan, makanya apa boleh buat. Anda bisa saja dapat uang dadakan di tengah perjalanan sebelum kiriman orang tua datang. Maka genjot uang dadakan itu untuk infaq. Ingat ya, setiap 1 yang kita infakan di jalan Allah, maka akan dikali 10 kalilipat (QS. Al An'am:160). Jadi, sebenarnya hitungan kaya raya pakai cara Allah itu mudah. Analoginya, infaqan Rp 300 ribu, maka akan diganti Rp 3 juta. Dan itu pasti.

Pada ayat lain (QS. Al-Baqarah ayat 261) lebih ekstream lagi, setiap sedekah 1 maka dikali 700 kalilipat. Hitung sendiri ya (hehe) dan janji Allah itu tidak ada yang PHP, kecuali janji kita, PHP mulu.

Kelima, alokasi uang dadakan. Nah, ini dia. Biasanya kita paling sering dengan hal ini (rezeki tak terduga / rezeki nomplok) ntah dari mana saja. Sifatnya tiba-tiba. Jika digunakan dengan cerdas, maka uang ini akan sangat membantu kebutuhan kita. Selain diinfaqan, sisanya bisa juga digunakan untuk membeli sesuatu yang sebenarnya kebutuhan primer juga, tetapi harganya sedikit lebih mahal.

Contoh, smarphone (sebab WA zaman sekarang sudah jadi kebutuhan kuliah), laptop dan motor. Komponen ini sebenar termasuk kebutuhan primer dalam perkuliahan, walau kadang disesuaikan karena keterbatasan budged. Namun jika ditabung dari rezeki nomplok tadi, maka kebutuhan dengan harga yang sedikit mahal ini dapat dicicil perlahan.

Demikian, ulasan singkat bagaimana kiat membagi uang kiriman orang tua dengan cara cerdas dan bijaksana. Semoga bermanfaat dan tidak tahan lapar lagi ya bro, saat menjalani perkuliahan, itu yang paling penting! Hehe

Steemian Fakir Ilmu
Roni

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.15
JST 0.028
BTC 58679.85
ETH 2304.42
USDT 1.00
SBD 2.45