Fungsi Tangen sebagai Ukuran Kemuliaan

in #islam6 years ago (edited)

Normal bagi kita jika melihat kemuliaan dari sisi jabatan publik, kekayaan, atau kepakaran karena begitulah pada umumnya diajarkan. Dalam tulisan ini kita melihat istilah itu dari perspektif spiritual-keagamaan. Bagi muslim, setiap orang pada dasarnya mulia (Inggris: nobble; Arab: kariim) dan ini ditegaskan oleh teks suci Al-Quran Surat 17 Ayat 70 (selanjutnya, “teks suci (17:70))”. Di sisi lain, teks suci (7:179) menegaskan bahwa ukuran kemuliaan adalah takwa.

Yang perlu dicatat, menurut teks suci (3:112) kita hanya dapat mempertahankan kemuliaan jika mampu menjaga dua macam hubungan secara baik atau positif: (1) hubungan vertikal dengan “yang di atas”, dan (2) hubungan horizontal dengan sesama. Kalau menggunakan Sistem Kartesian kita dapat menyimbolkan hubungan yang pertama dengan Sumbu-Y, dan yang kedua dengan Sumbu-X. Dengan cara ini kita dapat melihat kemuliaan seseorang pada suatu saat sebagai suatu titik koordinat: jika d menyatakan status kemuliaan, maka secara matematis dapat dinyatakan d=f(x,y). Nilai (x,y) jelas dapat positif atau negatif: (+,+), (-,+), (-,-), atau (+,-). Masing-masing kombinasi ini kita kenali sebagai Kuadran I, Kuadran II, Kuadran III, dan Kuadran IV.

Dengan rujukan teks suci (3:112) tampak kedudukan mulia hanya mungkin terletak dalam Kuadran I, kedudukan non-mulia dalam kuadran lainnya. Kita dapat membayangkan kedudukan kelompok munafik atau kafir (tepatnya kuffar, benar-benar kafir) masing-masing terletak pada Kuadran II dan Kuadran III. Kuadran IV dapat kita bayangkan sebagai kedudukan bagi para filantropis yang tidak memiliki kontak dengan “yang di atas”.

Kita dapat memodifikasi sedikit makna Sumbu-Y dan Sumbu-X agar lebih mudah dipahami: X sebagai simbol upaya manusiawi X untuk mencapai kemuliaan (selanjutnya, upaya), dan Y sebagai rahmat atau anugerah langit ((selanjutnya, anugerah). Agar lebih konkret, kita dapat mengambil A dan B sebagai ilustrasi seperti pada grafik di bawah.

gbrsmeet1.png

Pada grafik itu tampak A memiliki upaya sebesar 3 dan memperoleh anugerah sebesar 4 sehingga dapat dinyatakan sebagai A(3,4). Bagi B, koordinatnya adalah B(4,3). Pertanyaan: mana yang lebih mulia, A atau B? Jawabannya tergantung perspektif. Jika perspektif menitik beratkan pada upaya maka B lebih mulia. Perspektif ini dapat kita kenali pada mazhab Qadariyah dalam teologi Islam atau mazhab Jiriki (Jepang) dalam tradisi Budha. Sebaliknya, jika titik berat pada anugerah maka A yang lebih mulia, perspektif dalam mazhab Jabariah dalam teologi Islam atau mazhab Tariki (Jepang).

Yang membedakan titik A dan titik B adalah sudut yang dibentuk (=@): @=60 derajat untuk A dan @=30 derajat untuk B. Dalam perspektif Tariki terlihat paralelisme antara besar sudut @ dengan kemuliaan: semakin besar sudut, semakin mulia. Dalam perspektif Islam besarnya @ agaknya menggambarkan keikhlasan dalam berupaya. Jika ini kasusnya dapat mengatakan kemuliaan merupakan fungsi ikhlas.

Cara lain untuk melihat status kemuliaan (dalam perspektif Tariki) adalah menggunakan fungsi tan(@) dalam istilah Trigonometri. Dengan cara ini kita dapat mengatakan ukuran kemuliaan adalah fungsi tangen dari ikhlas atau d=tan(@). Mengenai fungsi tangen ini kita dapat melakukan beberapa pengamatan:

  1. tan(@)=0 jika @=0 derajat. Ini menyimbolkan individu yang tidak memiliki kemuliaan sama-sekali, suatu kondisi yang ini menggambarkan perilaku upaya maksimal tetapi disertai keikhlasan sama-sekali. Fakta matematis bahwa tan(@=00) masih terdefinisikan sekalipun bernilai 0 menunjukkan adanya kemungkinan seseorang tidak memiliki kemuliaan sama-sekali.
  2. tan(@)= tak-terdefinisikan jika @=90 derajat. Ini dapat mengindikasikan kemustahilan bagi seseorang meraih kemuliaan tanpa upaya sama sekali (x=0).
  3. tan(@)=(V3)/3 jika @=30 derajat. Ini dapat mengindikasikan keikhlasan dalam beramal belum memadai dibandingkan dengan anugerah-Nya.
  4. tan(@)=1 jika @=45 derajat. Ini mengindikasikan keikhlasan yang sudah seimbang: besarnya anugerah yang diperoleh sudah diimbangi secara memadai dengan upaya untuk meningkatkan keikhlasan. Bagi kebanyakan kita, kondisi ini tampaknya sudah optimal.
  5. tan(@)=V3 jika @=60 derajat. Ini tampaknya berlaku bagi kelompok khusus (Arab: khas) yang memiliki keikhlasan di atas rata-rata.

Apa artinya jika terletak antara 60 derjat dan 90 derajat? Ini mungkin kasus bagi kelompok “khusus dari khusus” (Arab: khawasul-khawas). Ini dimungkinkan bagi yang memperoleh anugerah keikhlasan yang sangat murni, demikian murninya sehingga yang bersangkutan sudah tidak menyadari bahwa dirinya ikhlas.

Sebagai catatan terakhir, jari-jari lingkaran (5 satuan dalam ilustrasi kita) dapat dilihat sebagai ukuran (Arab: takdir) atau kapaitas maksimal yang diperuntukkan bagi kita yang nilainya tidak diketahui dan disimbolkan dengan nilai resultante (x,y), katakanlah R. Dengan cara ini kita dapat memiliki paling tidak dua penafsiran: (1) R (baca takdir) dapat berbeda dari orang ke orang tetapi derjat kemuliaan bukan terletak pada R, tetapi seperti dibahas sebelumnya pada rasio (y/x) atau tan(@), dan (2) R merupakan semacam asimptot yang dapat didekati tetapi tidak pernah dapat dicapai (karena akan membentuk @=90 derjat yang fungsi tangennya tak-terdefinsikan).

Wallahualam....@

Catatan: Versi tulisan lebih lengkap dapat diakses melalui https://uzairsuhaimi.blog/2018/04/01/kemuliaan-manusia/![]

Sort:  

From so many articles that I've read so far, your perspective is quite unique. You're able to see things from different angle that ordinary person like me can't see it. Your past background in statistics can sheed light in our journey to have a meaningfull life. Another thanks to your. Keep on sharing the good inside you, sir..

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.16
JST 0.031
BTC 61840.18
ETH 2589.24
USDT 1.00
SBD 2.55