New Year’s and 2018 Resolution
Tidak ada perayaan yang begitu meriah pada malam pergantian tahun baru di Banda Aceh, begitu berbeda dengan daerah lainnya. Itu wajar, menurut saya, karena di Aceh menerapkan hukum Syariat Islam dalam menjalankan roda kehidupannya. Selain dilarang oleh agama, himbuan pun dikeluarkan oleh pemerintah agar tidak ada kegiatan apapun di malam pergantian tahun.
Jika di kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Jogja, dan lainnya, setiap malam pergantian tahun yang dirayakan sangat meriah dengan gemerlap kembang apinya. Disini tidak, walaupun ada kegiatan itu hanya sekedar berkumpul bersama keluarga atau teman, tidak ada pesta kembang api dan terompet seperti di kota besar di Pulau Jawa sana.
Pada malam pergantian tahun baru ini, saya seperti biasa hanya mengisi kekosongan dengan secangkir kopi di tempat biasanya. Hiruk pikuk suasana warung kopi tidak jauh beda dengan malam-malam sebelumnya. Mereka asyik dengan dunianya sendiri.
Bagi saya, pergantian tahun bukanlah harus dirayakan sebagaimana orang-orang kota itu rayakan. Bagi saya cukup hanya merefleksikan diri apa yang sudah saya perbuat setahun belakangan. Adakah berguna bagi orang lain, atau jangan-jangan untuk kebahagian saya sendiri saja tidak mampu saya ciptakan, karena begitu banyak hal-hal yang seharusnya istimewa yang lewat begitu saja.
Jika sebagian orang disibukkan dengan mengucapkan resolusi yang akan diwujudkan pada tahun yang baru, beda dengan saya. Bukan tidak mempunyai pandagan hidup yang akan saya jalankan selama setahun mendatang, tapi saya lebih memilih untuk memperbaiki hal-hal yang telah saya lewatkan tanpa makna selama setahun terakhir. Cukup bagi saya memperbaiki diri dan sebisa mungkin membuat orang lain bahagia untuk setahun kedepan, tidak lebih. Jikapun boleh meminta lebih, saya akan memilih untuk kembali melanjutkan pendidikan ke tingkat master.
Selamat Tahun Baru, dan harapan-harapan tahun lalu yang belum terlaksana atau terlewatkan akan sebisa mungkin saya rebut kembali dari masa lalu. Sekian.
Best Regards,
Nindy Mulya Putri.
New Year’s and 2018 Resolution
There is no celebration so festive on the eve of the New Year's Eve in Banda Aceh, so different from other regions. That's fair, in my opinion, because in Aceh apply Islamic Sharia law in running the wheel of life. In addition to being prohibited by religion, it is also issued by the government to prevent any activity at the turn of the year.
If in big cities in Indonesia, such as Jakarta, Bandung, Jogja, and others, every night the turn of the year is celebrated very lively with sparkling fireworks. Here not, although there are activities that are just gathered with family or friends, there are no fireworks and trumpets party like in big cities on the island of Java there.
On the eve of the new year's turn, I as usual just fill the void with a cup of coffee in the usual place. The bustle of the coffee shop atmosphere is not much different from the previous nights. They are engrossed in his own world.
For me, the turn of the year is not to be celebrated as the people of the city celebrate. For me it is enough to just reflect on what I have done in the past year. Whether it is useful to others, or perhaps for my own happiness I am incapable of creating, for so many supposedly special things pass by.
If some people are preoccupied with pronouncing a resolution that will be realized in the new year, different from me. It does not have a life-span that I will run over the next year, but I prefer to improve things I have missed meaninglessly over the past year. Enough for me to improve myself and as much as possible to make other people happy for the next year, no more. Even if I may ask for more, I will choose to go back to the master level.
Happy New Year, and last year's expectations that have not been done or missed will be as much as I can reclaim from the past. That's it.
Best Regards,
Nindy Mulya Putri.
welcome to steemit @nindyputri, best regards..
hopefully you feel at home here. 😊