Teman Dulu, Dolar Kemudian

EMPAT hari menunggu, akhirnya akun Steemit saya disetujui juga. Itupun setelah tiga kali berturut-turut mengkomfirmasi alamat email.

Kata sandinya dapat yang generasi kedua lantaran yang dikirim pertama gagal saya simpan. Maklum, saya mendaftar dengan Asus Zenfone 5 keluaran pertama, yang kacanya sudah retak seribu akibat sering dibanting si bungsu.

SIBUNGSU Muhammad Erdogan

Saya juga gamang lantaran email balasan berbahasa Inggris. Semasa masih sekolah di jurusan elektronika komunikasi STM (sekarang SMKN 2) Langsa 1995-1998, saya termasuk siswa paling ditandai guru Bahasa Inggris karena jarang masuk kelas. Nilai di ijazah nyaris merah. Sementara ketika kuliah, saya banting setir ke jurusan ekonomi.

Kegamangan akibat kurang paham bahasa asing tersebut makin menjadi ketika teringang pesan kawan-kawan yang sudah lebih dulu bergabung di Steemit. Mereka mewanti-wanti; kata sandi wajib disimpan rapi. Jika lupa, akun pasti mati dan tak bisa diaktifkan lagi.

Syukur, generated password berhasil saya simpan di tempat aman. Hal pertama yang saya lakukan setelah sign in adalah merapikan nama akun, mengisi pekerjaan dan alamat, serta memasang foto profil.

Selanjutnya, mencari teman-teman yang sudah senior di Steemit. Nama teman yang pertama kali saya ketik, @ilyasismail. Lelaki 40 tahun ini saya incar perdana lantaran sama-sama berasal dari Aceh Timur, sama-sama wartawan dan satu organisasi di Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Aceh Timur. Saya ketua, Ilyas Ismail menjabat sebagai sekretaris.

Tapi sayang, entah kenapa, nama Bang Ilyas Ismail saat itu tidak terdeteksi oleh mesin pencari data. Saya kemudian mengetik nama @masriadi sambo. Jurnalis Kompas.com ini tinggal di Lhokseumawe, Aceh, dan termasuk orang yang mengenalkan dan meyakinkan saya untuk membuat akun Steemit.

Jujur, saya tertarik jadi Steemian lantaran menulis di sini katanya dibayar dengan Dolar . Namun, saya sadar, sebagai pendatang baru, target itu sulit dicapai tanpa bimbingan dan dukungan teman-teman yang sudah lebih dulu jadi Steemians. Jadi, tolong jangan biarkan saya jalan sendiri. Saya akan dengan senang hati menerima kritik dan saran sepedas apapun dari teman-teman sekalian, demi menghasilkan postingan berkelas dan berkualitas.

Mudah-mudahan, apa yang saya posting bermanfaat untuk diri saya sendiri serta orang lain, sekaligus menjadi perantara merajut silaturrahmi baru. Saya yakin, semakin banyak teman, semakin gampang dapat rezeki. Dengan kata lain, perbanyak teman dulu baru dolar mengalir kemudian. :)

Salam kenal teman-teman Steemian. Saya Musyawir. Lahir dari keluarga petani di Desa Pucok Alue Sa, Kecamatan Simpang Ulim, Aceh Timur, 30 Juli 1980. Pekerjaan petani dan masih aktif sebagai wartawan Harian Waspada, koran ternama di Sumatera.Tinggal di Lhoknibong, Kecamatan Pantee Bidari, Aceh Timur. Baru satu istri dan sudah dikarunia dua pasang anak.

Follow saya ya. Jangan lupa juga UpVote, Comment dan Re-Steem postingan ini biar kita sama-sama dapat Dolar. Salam Takzim.