Berbahasa Yang Baik
Bahasa adalah identitas terhadap suatu bangsa atau suatu kumpulan. Kata dosen linguistic saya, Bapak A. Gani Asyik, bahasa adalah suatu keputusan dari sebuah kelompok tertentu. Berbahasa yang baik bukan sekadar kita memilah kata demi kata yang baik, tapi lebih dari itu.
Language is an identity of a nation or a community. My linguistic lecturer, Mr. A. Gani Asyik, said that language is a decision from a people community. In using a language, it is not about choosing the good words, but it is more than that.
Dalam kemampuan menggunakan bahasa, terdapat empat skill yaitu menulis, membaca, mendengar dan berbicara. Dari empat skill tersebut dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu productive dan receptive. Ini istilah Bahasa Inggris yang aku ambil, aku gak tahu istilahnya dalam Bahasa Indonesia.
In language skills, there are four skills which are writing, reading, listening, and speaking. From those four skills, there are two main parts which are productive and receptive skills. This is the term in English, I don’t know what the term in Bahasa Indonesia is.
Receptive skill itu adalah kemampuan berbahasa kita dalam menerima bahasa orang lain. Skill yang mencakup di dalam sini ialah mendengar dan membaca. Productive skill itu adalah kemampuan berbahasa kita dalam membuat bahasa. Yang mencakup di dalam sini ialah menulis dan berbicara. Productive skill terkesan keren sebab orang lain menikmati bahasa yang kita hasilkan, baik itu perkataan kita maupun tulisan kita. Kita sering kali terlalu fokus dengan productive skill kita sebab kita ingin orang lain melihat dan menikmati karya kita. Namun, kita tanpa sadar melupakan receptive kita. Kita akhirnya menjadi orang yang banyak bicara tanpa mau mendengar ataupun banyak menulis tanpa mau membaca. Padahal receptive skill kita sangat berpengaruh besar terhadap productive skill kita. Kata orang, apa yang kita makan itulah jadi diri kita. Jadi, sebenarnya apa yang kita dengar akan mempengaruhi yang kita katakan. Seorang politisi berbicara di depan khalayak umum dan televisi dengan sangat baik. Padahal itu terjadi sebab mereka jauh sebelumnya mengikuti organisasi dan bergabung dari satu pembahasan ke pembahasan lainnya. Itulah yang mempengaruhi gaya bicara mereka. Atau ada seseorang yang bertutur kata kasar, ikutilah lingkungannya dan akan dapat dipastikan pergaulannya seperti itu. Apa yang kita dengar mempengaruhi apa yang kita ucapkan. Jadilah pendengar yang baik maka kita akan menjadi pembicara yang baik pula.
Receptive skill is a language skill which we accept other people’s language. Listening and reading are in this skill. Productive skill is a language skill in product a language. Writing and speaking are in this skill. Productive skill has a cool impression because other people see our language, it can be our writing or speech. But, we often are too focus to this skill and forget the receptive skill. We finally become a person who talk too much but don’t want to listen or write too much but don’t want to read. We don’t know that our receptive skill has a big influence for our productive skill. People say that what we eat is what we are. So, what we listen influences what we talk. A politician speak to the public or television very well. We just don’t know what he has passed and learned from the organization or discussion. It influences his speech style. Another example, there is a person who talk so rude, notice his social life and we will know what causes he talks like that. Be a good listening, so we will be a good speaker.
Soal menulis dengan baik, akan dapat ditarik garis lurus dengan kegiatan membaca yang baik. Semakin banyak kita membaca maka semakin banyak pula ide kita untuk menulis. Tidak ada seseorang dengan tulisan yang bagus yang tidak suka membaca. Tidak ada. Penulis yang baik diawali dari seorang pembaca yang baik. Bagaimana kita ingin memproduksi jika kita tidak pernah menerima? Banyak orang mau instant, bagaimana bisa jadi sebuah tulisan yang cepat dan baik, tanpa adanya proses membaca. Maka, jika ditanyakan bagaimana menjadi penulis yang baik, jawabannya adalah mulailah jadi pembaca yang baik. Sama halnya dengan mendengar dan berbicara tadi.
Talk about how to write well, we can take the line to the activity of good reading. More we read, more we have the ideas to write. No one writer with a good writing don’t like reading. No one. A good writer starts from a good reader. How do we want to product something if we never want to accept something? Many people want to be instant to be a writer, how can we become a writer if we never become a reader. So, if someone asks how to be a good writer, the writer is that start to be a good reader. It is the same as about the listening and speaking.
Jadi, dalam berbahasa juga dibutuhkan sebuah keseimbangan dari 4 elemen tadi. Membaca, menulis, mendengar, dan berbicara. Maulah mulai menerima dahulu, baru mencoba untuk menghasilkan. Nikmatilah prosesnya, maka kita akan terkesan dengan hasilnya.
Indeed, in using language, we need a balance from those four elements or skills, reading, writing, listening, and speaking. Just start to accept, then try to product. Enjoy the process, so we will be impressed with the result.
Kuliah malam minggu.
Saya baca tulisannya, kemudian serap ilmunya.
ngga lupa juga sudah di upvote, bang.
ditunggu tulisan bagus berikutnya.
Semangat!
Terima kasih bro...
Lanjutkan @ariefdermawan di tunggu karya selanjutnya
Siap bro... Terima kasih.