Indahnya Islam, Iman dan Ikhsan (The beauty of Islam, Faith and Ikhsan)

in #inspiration7 years ago

Teman-teman sekalian marilah kita simak dan renungkan kisah Umar bin Kattab sahabat dari Rasulullah Muhammad SAW seperti berikut ini

Suatu hari, Umar sedang duduk di bawah pohon kurma dekat Masjid Nabawi. Di sekelilingnya, para sahabat sedang asyik mendiskusikan sesuatu.Tiba-tiba datanglah 3 orang pemuda. Dua pemuda memegangi seorang pemuda lusuh yang diapit oleh mereka.
Ketika sudah berhadapan dengan Umar, kedua pemuda yang ternyata kakak beradik itu berkata :
"Tegakkanlah keadilan untuk kami, wahai Amirul Mukminin!"
"Qishashlah pembunuh ayah kami sebagai had atas kejahatan pemuda ini !".
Umar segera bangkit dan berkata :
"Bertakwalah kepada Allah, benarkah engkau membunuh ayah mereka, wahai anak muda?"
Pemuda lusuh itu menunduk sesal dan berkata :
"Benar, wahai Amirul Mukminin."
"Ceritakanlah kepada kami kejadiannya.", tukas Umar.

Pemuda lusuh itu kemudian memulai ceritanya :
"Aku datang dari pedalaman yang jauh, kaumku memercayakan aku untuk suatu urusan muammalah untuk kuselesaikan di kota ini. Sesampainya aku di kota ini, ku ikat untaku pada sebuah pohon kurma lalu kutinggalkan dia (unta). Begitu kembali, aku sangat terkejut melihat seorang laki-laki tua sedang menyembelih untaku, rupanya untaku terlepas dan merusak kebun yang menjadi milik laki-laki tua itu. Sungguh, aku sangat marah, segera ku cabut pedangku dan kubunuh ia (lelaki tua tadi). Ternyata ia adalah ayah dari kedua pemuda ini."
"Wahai, Amirul Mukminin, kau telah mendengar ceritanya, kami bisa mendatangkan saksi untuk itu.", sambung pemuda yang ayahnya terbunuh.
"Tegakkanlah had Allah atasnya!" timpal yang lain.
Umar tertegun dan bimbang mendengar cerita si pemuda lusuh.
"Sesungguhnya yang kalian tuntut ini pemuda shalih lagi baik budinya. Dia membunuh ayah kalian karena khilaf kemarahan sesaat", ujarnya.
"Izinkan aku, meminta kalian berdua memaafkannya dan akulah yang akan membayarkan diyat (tebusan) atas kematian ayahmu", lanjut Umar.
"Maaf Amirul Mukminin," sergah kedua pemuda masih dengan mata marah menyala,
"Kami sangat menyayangi ayah kami, dan kami tidak akan ridha jika jiwa belum dibalas dengan jiwa".

Umar semakin bimbang, di hatinya telah tumbuh simpati kepada si pemuda lusuh yang dinilainya amanah, jujur, dan bertanggung jawab.
Tiba-tiba si pemuda lusuh berkata :
"Wahai Amirul Mukminin, tegakkanlah hukum Allah, laksanakanlah qishash atasku. Aku ridha dengan ketentuan Allah", ujarnya dengan tegas.
"Namun, izinkan aku menyelesaikan dulu urusan kaumku. Berilah aku tangguh 3 hari. Aku akan kembali untuk diqishash".
"Mana bisa begitu?", ujar kedua pemuda yang ayahnya terbunuh.
"Nak, tak punyakah kau kerabat atau kenalan untuk mengurus urusanmu?", tanya Umar.
"Sayangnya tidak ada, Amirul Mukminin".
"Bagaimana pendapatmu jika aku mati membawa hutang pertanggung jawaban kaumku bersamaku?", pemuda lusuh balik bertanya kepada Umar.
"Baik, aku akan memberimu waktu tiga hari. Tapi harus ada yang mau menjaminmu, agar kamu kembali untuk menepati janji." kata Umar.
"Aku tidak memiliki seorang kerabatpun di sini. Hanya Allah, hanya Allah-lah penjaminku wahai orang-orang beriman", rajuknya.
Tiba-tiba dari belakang kerumunan terdengar suara lantang :
"Jadikan aku penjaminnya, wahai Amirul Mukminin".
Ternyata Salman al-Farisi yang berkata.
"Salman?" hardik Umar marah.
"Kau belum mengenal pemuda ini, Demi Allah, jangan main-main

"Perkenalanku dengannya sama dengan perkenalanmu dengannya, yaa, Umar. Dan aku mempercayainya sebagaimana engkau percaya padanya", jawab Salman tenang.
Akhirnya dengan berat hati, Umar mengizinkan Salman menjadi penjamin si pemuda lusuh. Pemuda itu pun pergi mengurus urusannya.
Hari pertama berakhir tanpa ada tanda-tanda kedatangan si pemuda lusuh. Begitupun hari kedua. Orang-orang mulai bertanya-tanya apakah si pemuda akan kembali. Karena mudah saja jika si pemuda itu menghilang ke negeri yang jauh.
Hari ketiga pun tiba. Orang-orang mulai meragukan kedatangan si pemuda, dan mereka mulai mengkhawatirkan nasib Salman, salah satu sahabat Rasulullah S.A.W. yang paling utama.
Matahari hampir tenggelam, hari mulai berakhir, orang-orang berkumpul untuk menunggu kedatan
gan si pemuda lusuh. Umar berjalan mondar-mandir menunjukkan kegelisahannya. Kedua pemuda yang menjadi penggugat kecewa karena keingkaran janji si pemuda lusuh.
Akhirnya tiba waktunya penqishashan. Salman dengan tenang dan penuh ketawakkalan berjalan menuju tempat eksekusi. Hadirin mulai terisak, karena menyaksikan orang hebat seperti Salman akan dikorbankan.

Tiba-tiba di kejauhan ada sesosok bayangan berlari terseok-seok, jatuh, bangkit, kembali jatuh, lalu bangkit kembali.
”Itu dia!” teriak Umar.
“Dia datang menepati janjinya!”.
Dengan tubuhnya bersimbah peluh dan nafas tersengal-sengal, si pemuda itu ambruk di pangkuan Umar.
”Hh..hh.. maafkan.. maafkan.. aku, wahai Amirul Mukminin..” ujarnya dengan susah payah,
“Tak kukira... urusan kaumku... menyita... banyak... waktu...”.
”Kupacu... tungganganku... tanpa henti, hingga... ia sekarat di gurun... Terpaksa... kutinggalkan... lalu aku berlari dari sana..”
”Demi Allah”, ujar Umar menenanginya dan memberinya minum,
“Mengapa kau susah payah kembali? Padahal kau bisa saja kabur dan menghilang?” tanya Umar.
”Aku kembali agar jangan sampai ada yang mengatakan... di kalangan Muslimin... tak ada lagi ksatria... menepati janji...” jawab si pemuda lusuh sambil tersenyum.
Mata Umar berkaca-kaca, sambil menahan haru, lalu ia bertanya :
“Lalu kau, Salman, mengapa mau- maunya kau menjamin orang yang baru saja kau kenal?"
Kemudian Salman menjawab : “Agar jangan sampai dikatakan, dikalangan Muslimin, tidak ada lagi rasa saling percaya dan mau menanggung beban saudaranya”.
Hadirin mulai banyak yang menahan tangis haru dengan kejadian itu.
”Allahu Akbar!”, Tiba-tiba kedua pemuda penggugat berteriak.
“Saksikanlah wahai kaum Muslimin, bahwa kami telah memaafkan saudara kami itu”.
Semua orang tersentak kaget.
“Kalian...” ujar Umar.
“Apa maksudnya ini? Mengapa kalian..?” Umar semakin haru.
Kemudian dua pemuda menjawab dengan membahana :
”Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin tidak ada lagi orang yang mau memberi maaf dan sayang kepada saudaranya”.
”Allahu Akbar!” teriak hadirin.
Pecahlah tangis bahagia, haru dan sukacita oleh semua orang.
MasyaAllah..., saya bangga menjadi muslim bersama kita ksatria-ksatria muslim yang memuliakan al islam dengan berbagi pesan nasehatnya untuk berada dijalan-Nya, dan semoga kisah ini bermanfaat bagi kita semua, by @afie

in the english language

My friends let us consider and reflect on the story of the companions of the Prophet Muhammad as follows
One day, Umar was sitting under a date palm near the Nabawi Mosque. All around him, the friends were busy discussing something. Suddenly came 3 young men. Two young men held a shabby young man flanked by them.
When faced with Umar, the two young men who turned out to be brothers said:
"Enforce justice for us, O Amir al-mu'minin!"
"Qishashlah our father's assassin as the crime of this young man!".
Umar immediately got up and said:
"Fear God, are you really killing their father, young man?"
The shabby young man looked down regretfully and said:
"Yes, O Amir al-mu'minin."
"Tell us what happened," said Umar.
The shabby young man then started his story:
"I came from a remote country, my people entrusted me to a mu'amalah affair to finish in this city, and when I arrived in this city, I tied my camel to a palm tree and left it (camel), and when I returned I was very surprised to see a man old man is slaughtering my camel, it seems my cam is loose and destroying the garden that belonged to the old man.I really, really angry, I immediately pulled my sword and killed him (old man) .It turned out he was the father of these two young men. "
"O Amir al-mu'minin, you have heard the story, we can bring witnesses to it.", Continued the young man whose father was killed.
"Set up God for him!" another timpal.
Umar was stunned and hesitant to hear the story of the shabby young man.
"Indeed what you are demanding is a good man of good deeds, he kills your father for a moment of anger," he said.
"Allow me to ask you two to forgive him and I will pay diyat (ransom) for your father's death", continued Umar.
"Sorry Amirul Mukminin," the two young men continued with angry eyes,
"We are very fond of our father, and we will not be happy if the soul has not been reciprocated with the soul".

Umar increasingly wavering, in his heart has grown sympathy to the shabby young man who judged trustworthy, honest, and responsible.
Suddenly the shabby young man said:
"O Amir al-mu'minin, uphold the law of God, execute qishash upon me, I am pleased with the provisions of Allah", he said firmly.
"But let me finish the affairs of my people, give me tough for 3 days I will return for the Qishash".
"How can that be?", Said the two young men whose father was killed.
"Child, do not you a relative or acquaintance to take care of your business?", Asked Umar.
"Unfortunately not, Amirul Mukminin".
"What would you think if I died carrying the debt of my people's responsibility with me?", The battered young man asked Umar.
"Well, I'll give you three days, but someone has to guarantee you to return to keep the promise." said Umar.
"I have no relatives here, Allah alone, Allah alone is my guardian of the believers," he crowned.
Suddenly from the back of the crowd came a loud voice:
"Make me the guarantor, O Amir al-mu'minin".
It turned out that Salman al-Farisi said.
"Salman?" Umar rebuked angrily.
"You do not know this young man, By Allah, do not mess with this matter".
"My acquaintance with him is the same as your acquaintance with him, yes, Umar, and I trust him as you believe him," Salman replied calmly.
Finally reluctantly, Umar allowed Salman to be the guarantor of the scruffy boy. The young man went to take care of his business.
The first day ended without any sign of the arrival of the shabby young man. Likewise the second day. People began to wonder if the young man would return. Because it is easy if the young man disappeared into a distant country.
The third day arrived. People began to doubt the arrival of the youth, and they began to worry about the fate of Salman, one of the Companions of the Messenger of Allah. The most important.
The sun almost drowned, the day began to end, people gathered to wait for the halal
gan the shabby young man. Umar walked up and down to show his anxiety. The two young men who became the plaintiffs were disappointed by the promiscuity of the scruffy young man.
Finally it was time for penqishashan. Salman calmly and ardently walked to the place of execution. The audience began to sob, seeing a great man like Salman be sacrificed.
Suddenly in the distance there was a figure of shadow running shuffling, falling, rising, falling back, then rose again.
"That's it!" Cried Umar.
"He came to keep his promise!".
With his body covered with sweat and panting, the boy collapsed in Umar's lap.
"Hh .. hh .. forgive .. forgive .. me, O Amirul Mukminin .." he said with difficulty,
"I do not think ... the affairs of my people ... confiscate ... a lot ... time ...".
"I ... my mounts ... without interruption, until ... he was dying in the desert ... Forced ...I left ... and then I ran from there .. "" By Allah ", Umar said to him and gave him a drink," Why are you trying so hard back? And you can just run away and disappear? "Umar asked." I'm back to let no one say ... among Muslims ... no more knights ... keep promises ... "replied the shabby young man with a smile. Umar's eyes filled with tears, and then he asked: "Then you, Salman, why do you want to guarantee someone you just met?" Then Salman replied: "In order not to say, among Muslims, there is no more mutual trust and willing to bear the burden of his brother ". Hadirin began to hold back a lot of tears with the incident." Allahu Akbar! ", Suddenly the two plaintiffs yelled" Watch the Muslims, that we have forgiven our brother ". Everyone gasped in surprise, "You guys ..." Umar said. "What does this mean? Why you guys ..?" Umar increasingly haru.Kemudian two youth replied with a blurred: "In order not to say, among Muslims no longer people who want to forgive d I am proud to be a Muslim with us Muslim knights who glorify al-Islam by sharing his message of advice to be in His way, and hopefully this story is beneficial to all of us, by @afie

Sort:  

Your Post Has Been Featured on @Resteemable!
Feature any Steemit post using resteemit.com!
How It Works:
1. Take Any Steemit URL
2. Erase https://
3. Type re
Get Featured Instantly � Featured Posts are voted every 2.4hrs
Join the Curation Team Here | Vote Resteemable for Witness

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.15
JST 0.027
BTC 60256.67
ETH 2327.64
USDT 1.00
SBD 2.46