Ta'ziah ke Keluarga Sahabat Lama

---

---

“Mobil udah ada ya, jam tiga sore kita gerak” kata Nazar. Dia adalah anggota polisi yang berkewajiban untuk nyantri. Polisi nyantri merupakan program polda Aceh pada tahun dua ribu dua belas untuk menjadikan polisi yang mampu terjun kedalam masyarakat, dan mampu untuk bermasyarakat. Maksudnya, setiap anggota punya kewajiban untuk mampu mengerjakan perkara-perkara yang berkaitan dengan fardhu kifayah. Misalnya, memandikan jenazah, mengkafankan, menyalatkan, dan mengantarkan kekubur. Oh ya termasuk juga shamadiah dan imam shalat yang memenuhi kriteria syariat.

Mereka berdua ditugaskan kedayah MUDI Mesjid Raya Samalanga. Oh ya kawan, aku lupa mendeskripsikan yang satu lagi. Mereka berdua berasal dari kota yang sama, kota juang, bireuen. Kami biasa memanggilnya maula, keperawakannya sering bercanda, enak diajak ngomong juga. Namun keliatannya agak sedikit manja, menurutku sih wajar, anak jendral. Makanan sehari-hari harus nasi toko kalau istilah kami. Berbeda dengan Nazar yang hidupnya sederhana walaupun terlahir dan tumbuh dalam keluarga yang tidak kalah kayanya dengan Maula.

“Ok, siap komandan” kataku dengan nada bergurau. Telepon dimatikan. Jam menunjukkan dua puluh tujuh menit mmenuju pukul tiga sore. Dedi mengambil handuk dan peralatan mandinya dan berjalan ke bak mandi dayah. Nah, bak mandi ini sangat teduh steemian, tau ga kenapa? Ga tau kan, gimana mau tau kan belum dijelasin, haha. Posisinya sangat strategis, di bawah pohon mangga yang rindang.

Handuk belum kering, tadi setelah shalat dhuha mandi dengan beberapa timba air aja untuk menyegarkan badan. Akhir-akhir ini dikabupaten bireuen memang terasa lebih panas dari seminggu sebelumnya, bagaimana dengan daerah kalian kawan? Aku rasa agak panas juga. Ku tenteng timba berisi odol, sabun mandi, shampo dan busa ke bak mandi. Ternyata dedi sudah selesai, ia minta ijin duluan untuk ganti pakaian.

Mandi dalam kondisi cepat sih sudah terbiasa, udah terbiasa terburu-buru sih. Tiga menit selesai, selesai nyabun, shampoan bahkan ngelap sekujur badan. Suara deringan ponsel terdengar sampai ke kamar mandi, aku tahu itu deringan ponsel bututku nokia 1112. “Ok, lima menit lagi ya”

Nazar telah sampai di gerbang dayah menugguku, dedi sudah selesai dan menemuinya. Lima menit ternyata terlalu panjang durasi yang kuminta. Dua menit sudah selesai, maklum bukan cewek. Make up ga banyak, yang ada Cuma minyak rambut king pomade dan pewangi adek yang ku selipkan dalam tas waktu balik ke dayah.

Nazar menyalakan mesin, pintu samping terbuka. Sekilas kuliha kursi baru 3 yamg terisi. “Yang lain mana pak pol?” kataku. Yang lain nunggu di batee iliek jol. Reza, iqbal dan khaidir nunggu di batee iliek sambil makan siang. Meteran kilometer sudah mulai berputar naik turun. Aku sudah siap-siap untuk tidur nih.

---

---

Bersambung...........
Jangan segan-segan untuk mengkritik, jika artikel ini bermanfaat silahkan di resteem