Indonesia Challenge #12 - Selamatkan Gajah Sumatera

in #indonesia7 years ago (edited)

image
Dokumentasi: @zamzamiali


Hari Gajah Sedunia diperingati setiap tanggal 12 Agustus. Saya kurang tau, mengapa tanggal 12 Agustus dipilih dan apa alasan dibalik pemilihan tanggal tersebut. Namun yang pasti, populasi gajah saat ini dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dan termasuk ke dalam salah satu satwa yang terancam punah atau dilindungi.

Setiap tanggal 12 Agustus seolah alarm berbunyi, seakan ada yang berkata dan mengingatkan kita bahwa populasi gajah kritis serta kian berkurang dari tahun ke tahun. Pertanyaannya, akankah kita cuma diam? Apakah kita tega, melihat gajah menghilang dan lenyap dari muka bumi begitu saja? Mungkin akan ada orang yang berkomentar seperti ini, ‘’Biarkan saja lah, itu kan cuma binatang. Lagian gajah juga banyak mendatangkan mudharat ketimbang manfaat, gajah sering masuk dan mengobrak-abrik kebun warga,”

image
Dokumentasi: @zamzamiali


Saat mendengar atau membaca komentar seperti itu, kita yang tidak tahu menahu tentang gajah dan permasalahan yang terjadi antara gajah dan manusia (konflik), minimal pasti akan segera mengangguk tanda setuju. Namun, tunggu dulu. Saya ingin menceritakan sedikit pengetahuan saya tentang gajah khususnya konflik gajah dan manusia. Melalui tulisan ini, saya juga ingin sedikit berbagi wawasan yang saya miliki. Bukan bermaksud mengkerdilkan manusia atau menyalahkan gajah, kita seharusnya bisa belajar dan segera bertindak supaya konflik gajah dan manusia segera berakhir.

image
Dokumentasi: @zamzamiali


Kebetulan, saya sering berinteraksi dengan gajah jinak yang ada di Conservation Response Unit (CRU) Serbajadi, Aceh Timur, Aceh, Indonesia. Saya juga sering berdiskusi dengan para pawang gajah (Mahout) saat berkunjung kesana, sehingga saya tau sedikit banyak mengenai sifat dan perilaku gajah. Begitu juga dengan kondisi konflik gajah (liar) dan manusia yang kerap terjadi di lapangan, faktor yang menjadi penyebabnya serta langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menyelamatkan gajah maupun manusia.

Di satu sisi gajah sering ditemukan mati dengan cara diracun, terkena jerat (perangkap) ataupun dibunuh oleh pemburu untuk diambil gadingnya. Di sisi lain, manusia juga kerap menjadi korban akibat lahan dan kebunnya sering dirusak oleh kawanan gajah liar yang turun ke pemukiman penduduk. Bahkan, ada penduduk yang meninggal akibat konflik ini.

image
Dokumentasi: @zamzamiali


Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) adalah subspesies gajah Asia yang memiliki berat 5 hingga 6 ton dan tinggi mencapai 2,8 meter. Binatang yang mampu hidup mencapai usia 70 hingga 80 tahun ini memerlukan air dan dedaunan yang banyak untuk menopang hidupnya. Sedikitnya, seekor gajah dewasa butuh 150 kg makanan dan 160 liter air setiap harinya. Dengan ‘fisik’ yang kuat seperti itu, gajah mampu berjalan antara 20 hingga 25 km per hari. Gajah juga memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia lantaran di dalam kotoran yang dihasilkan oleh gajah, terdapat benih-benih tanaman yang dapat menyuburkan hutan yang telah rusak, secara alami.

image
Dokumentasi: @zamzamiali


Menurut data yang saya peroleh dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, populasi gajah Sumatera yang tersisa di alam bebas pada tahun 2016 berkisar di angka 1.740 ekor dan sepertiganya berada di Aceh sekitar 539 ekor. Jumlah tersebut diyakini akan terus berkurang karena kasus kematian gajah kerap terjadi, baik itu diracun, dibunuh untuk diambil gadingnya maupun terkena perangkap yang dipasang oleh manusia. Khusus di Aceh, tercatat ada 9 kasus kematian gajah di tahun 2017 dan 4 kasus diantaranya terjadi di Aceh Timur.

image
Dokumentasi: @zamzamiali


Sebelumnya, saya pernah menulis mengenai permasalahan konflik yang terjadi antara gajah dan manusia. Konflik ini secara kasat mata, seakan terjadi perebutan wilayah antara gajah dan manusia. Gajah sebenarnya merasa terusik dengan kehadiran para perambah hutan atau pelaku illegal logging. Gajah juga merasa terganggu dengan pembukaan lahan yang dilakukan oleh manusia maupun oleh pihak perkebunan. Habitat gajah yang telah ada sejak dahulu, kini telah dirusak dan dihancurkan oleh manusia. Mereka harus kemana? Mau tinggal di hutan? Mereka sebenarnya merasa terganggu sehingga mau tak mau terpaksa turun ke pemukiman atau lahan penduduk.

image
Dokumentasi: @zamzamiali


Masalah semakin parah tatkala penduduk secara beramai-ramai, seolah ada yang menghipnotis mereka untuk menanam tanaman yang sejatinya disukai oleh gajah seperti kelapa sawit, jagung, tebu dan pisang sehingga gajah semakin suka ‘berkelana’ dari habitat aslinya. Padahal, penduduk bisa membuat ‘pagar alam’ dengan menanam tanaman yang tidak disukai oleh gajah seperti lemon, kakao, salak, pala, cengkeh dan beberapa komoditi unggulan lainnya.

image
Dokumentasi: @zamzamiali


Gajah sejatinya adalah salah satu binatang paling cerdas yang ada di dunia saat ini. Bahkan, sejumlah negara sangat menghormati keberadaan gajah, seperti di Thailand dan India. Di Aceh, dari zaman Sultan Iskandar Muda keberadaan gajah telah dihormati dan diakui kedudukannya karena sangat berjasa mulai dari perannya sebagai kendaraan pengangkut logistik hingga keperluan militer. Hingga akhirnya, gajah pun menjadi ikon Komando Daerah Militer (Kodam) Iskandar Muda dan di setiap lengan prajurit TNI Kodam Isakndar Muda, terpampang jelas lambang kepala gajah, bukti bahwa binatang ini memiliki andil yang sangat besar serta menjadi salah satu ciri khas yang dimiliki oleh Aceh.

image
Dokumentasi: @zamzamiali


Melalui tulisan ini saya juga ingin berpesan, sudah saatnya Pemerintah Aceh bersama instansi terkait lebih aktif mengambil sikap dan tindakan nyata demi mengakhiri konflik gajah dan manusia. Seperti kerjasama yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Timur bersama Forum Konservasi Leuser (FKL). Kedua instansi ini telah berkomitmen untuk membangun barrier (pembatas) sepanjang 49,5 km dan tahapan pengerjaannya saat ini sedang dilakukan.

image
Dokumentasi: @zamzamiali


Barrier tersebut dibangun dengan kedalaman 5 meter dan lebar 4 meter. Di sepanjang barrier juga telah ditanami tanaman yang tidak disukai oleh gajah sehingga akan semakin mengokohkan ‘pertahanan’ yang dibangun agar gajah liar tetap di habitatnya dan tidak memasuki pemukiman penduduk hingga akhirnya, konflik gajah dan manusia bisa diakhiri tanpa harus mengorbankan salah satu diantara keduanya.

image
Dokumentasi: @zamzamiali

SELAMATKAN GAJAH SELAMATKAN DUNIA

SALAM KOMUNITAS STEEMIT INDONESIA

Sort:  

T7losan yg bagus. Lengkap dengan penjelasan.

Terima kasih atas kunjungannya @podanrj. Semoga sukses dan sehat selalu.

sama" zamzami.

Bukan salah gajah bila merusak ladang petani karena memang habitat gajah duluan yang dihancurkan oleh manusia... sedih saya kalau melihat binatang seindah gajah dibunuh begitu...

Gajah bukan merusak kak @mariska.lubis. Mereka cuma bingung harus kemana. Diatas ada perambahan hutan, mau turun ke bawah sudah dipenuhi ladang dan kebun warga.

Kembali.ke surat ar rum ayat 41 kerusakan di darat dan dilaut akibat ulah manusia. Jadi.manusia yag salah kenapa mengganggu habitat gajah. Salam @zamzamiali

Tidak perlu mencari kesalahan apalagi mencari kesalahan manusia. Tugas kita, akhiri ini semua agar korban tidak terus berjatuhan. Terima kasih atas kunjungannya kanda @ilyasismail. Salam Komunitas Steemit Indonesia

Tulisan yang sangat informatif dan edukatif rakan @zamzamiali, Semoga kedepan Pemerintah bisa lebih memerhatikan keberlangsungan habitat Dunia Satwa di Indonesia,Khususnya di Provinsi Aceh yang merupakan daerah yang memiliki populasi Poe Meurah terbesar di Sumatra.

Terima kasih @dilimunanzar. Tugas kita semua untuk terus bersuara dan mengawal tugas, fungsi serta kebijakan dari Pemerintah agar berpihak terhadap keberlangsungan populasi satwa liar dan habitatnya.

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.12
JST 0.028
BTC 66383.47
ETH 3513.15
USDT 1.00
SBD 2.53