Melihat Petani Garam Dari Dekat
GARAM merupakan bahan pelengkap rasa sebuah makanan. Semua jenis makanan membutuhkan sentuhan akan garam. Lauk-pauk, berbagai jenis kue pun membutuhkan rasa asin ini.
Karena alasan inilah yang membuat saya ingin mengenal lebih jauh kehidupan petani garam, sebuah pilihan profesi yang kurang terkenal dalam cita-cita yang di impikan generasi muda sekarang.
Bumbu dapur yang wajib dimiliki oleh semua ibu rumah tangga ini, diproses langsung di dekat laut. Seorang petani garam bersiap melawan berbagai jenis cuaca, terik matahari yang menyengat menyentuh kulit para petani ini dengan panasnya tetapi mereka tetap bekerja sebagai petani garam untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Pilihan pekerjaan ini diwariskan dari nenek buyut mereka secara turun temurun dan rata-rata petani garam ini memulai usahanya di usia belasan tahun.
Keberadaan negara indonesia yang kaya akan pulau-pulau menempatkan indonesia sebagai negara kedua yang mempunyai garis pantai terpanjang di dunia, dan peluang inilah yang dimanfaatkan petani garam untuk mengolah hasil alamnya. Salah satu kota di indonesia yang termasuk sentra produksi garam rakyat adalah Cirebon dan Sampang, Madura.
Kebutuhan akan garam nasional dan daerah semakin meningkat, dan petani-petani garam mencoba memenuhi kebutuhan ini dengan bantuan berbagai peralatan dari pemerintah sehingga pemerintah tidak perlu untuk mengimpor garam lagi.
Tambak garam yang dimiliki sebagian petani garam ini, akan berhenti berproduksi jika musim hujan tiba. Inilah salah satu kendala yang mengakibatkan banyak kerugian pada usaha mereka.
Pengolahan garam secara tradisional ini juga terkendala dengan rendahnya harga garam dipasaran.
Dari hasil wawancara singkat saya dengan petani garam ini, faktor cuaca dan harga garam yang sering anjlok dipasaran inilah yang dihadapi oleh mereka.
Mereka mengimbau kepada pemerintah untuk memperhatikan hal ini dan mencari solusinya secara bersama-sama.
Jika masalah ini menemukan titik terang, bukan mustahil indonesia tidak perlu mengimpor garam lagi dan kesejahteraan para petani garam akan lebih terjamin. SEMOGA!
Salam steemit indonesia!
Dan kepada petani garam indonesia usaha anda 👍
Saya percaya. Penyebutan "garam tradisional" juga ikut menurunkan derajat petani garam. Sama halnya ketika menyebut minyak kelapa dengan "minyeuk brok". Padahal secara rasa, dua benda pakai di atas, jauh lebih ngena dibandingkan produk massal pabrik.
Salam @zakiah
Bukan petani garam yang tradisional tetapi lebih tepatnya pengolahan garam secara tradisional
Terimakasih @marxause
Benar. Di pasar disebut garam kampung (tradisional). Salam
Jinoe sira ka mulai jareung ureung peugoet.. Krna harga murah.
Ta meulakee sira beek sampee i impor dri negara lua.. Krna hana soe lee peugoet sira inoe di dalam nanggroe.
Nye @alexandrya92,that butoi nyan
pu na rencana jeut keu pengusaha garam droe keuh. ?
Kamoe ureung inong profesi jih bah jeut ke ibu rumah tangga manteng 😀@alexandrya92
Hello, hai @zakiah! Ini artikelnya keren.. sudah kami upvote yaa.. 😃
Terima kasih @puncakbukit
Sama-sama bantu vote ya😊
Thank you for the fantastic post..
You're welcome @elladinenolana