Mengapa Kita Mencintai Kepalsuan?
DALAM hidup ini kita seringkali mencintai kepalsuan. Begitu seorang ustaz mengawali ceramahnya. Kepalsuan, katanya, mampu menyilaukan mata sebagian orang, sehingga membuat mereka melupakan bahwa sesugguhnya dia itu palsu. Orang-orang itu justru merasa yang palsu memiliki nilai lebih, melebihi sesuatu yang asli.
Tak ayal, banyak yang kemudian menggandrungi hal-hal yang palsu. Akhirnya, lama kelamaan, mereka pun menjadi terbiasa. Hidupnya kemudian dipenuhi hal-hal palsu.
Saya tak mampu memahami pernyataan ini lebih dari sekadar terjemahan normatif.
Akhirnya, saya pahami saja, bahwa karena menganggap yang palsu itu lebih indah, seperti bunga, akhirnya banyak bunga palsu yang dibeli dan ditempatkan di dalam rumah ketimbang bunga yang asli.
Di luar itu, banyak para pembeli yang berburu barang-barang palsu untuk dikenakan. Alis palsu, rambut palsu, kuku palsu, berlian palsu, dan barang-barang palsu lainnya.
Pada akhirnya, kata ustaz muda itu, dunia dicintai karena menjajakan kepalsuan.
Ternyata kepalsuan bunga di Komunikasi FISIP Unimal maksudnya.... Saya pikir sedang ngemeng palsu yang mana
Hahahaha. Ini foto buat saya bingung mau diapain. Tapi jujur sangat menarik. Tapi palsu. Dan saya terdorong untuk memotretnya. Inilah hasilnya.
Amazing kepalsuannya
Hahahaha. Itulah hidup Qan. Ditawari yang asli nanti, kita menjauh dan memilih yang palsu yang ada di depan mata. Begitu kata ustaz muda kemarin.
Kepalsuan, kadangkala menjengkelkan namun itu sering terjadi... Hehehe
Yang menjengkelkan mahasiswa palsu bang. Datang ke kampus menyaru sebagai mahasiswa sungguhan. Di kantongnya ada sebuah block notes. Dari semester satu sampai tujuh tak penuh-penuh. Hahahah. Ntah apa cita-citanya.
Kepalsuan adalah tempat persembunyian sementara yang paling berbahaya, Pak @zainalbakri.. 😁