Perempuan Agraria

in #indonesia6 years ago (edited)

bb2dc9ed-ec83-4c06-9241-7fdc545c357e.jpg

Seminggu lalu aku ke Kabupaten Pidie untuk mengikuti kegiatan meet up yang dibuat oleh KSI Chapter Pidie. Di sana aku menginap di rumah neneknya kak @ihansunrise di Teupian Raya, Geulumpang Minyeuk, Pidie. Karena kemalaman, aku tidak bisa melihat suasana perkampungan yang ada di sekitarnya.

Besoknya ketika balik ke Banda Aceh, aku, @ihansunrise, dan @akbarraf bermaksud untuk mengunjungi rumah adat Pidie, yaitu rumah Teuku Raja Husein di Reubee, Pidie. Aku juga mengajak @purchel ikut, tapi sayangnya dia sedang membantu orang tuanya ke sawah karena musim panen. Dia mengirimkan fotonya kepadaku dengan lanskap persawahan. Langsung terbesit di hatiku, kapan ya aku bisa kemari?

be63e5d8-f903-4666-8fe9-7d4351d11a20.jpg
@purcel dengan background sawahnya yang sedang dipanen

Kami bertiga melanjutkan perjalanan melalui beberapa perkampungan dengan hamparan sawah yang membentang luas. Di sana terlihat beberapa perempuan yang sedang turun ke sawah. Aku tidak tahu apa yang mereka lakukan, sepertinya sedang mengurusi padi-padi mereka.

Seumur-umur, aku tidak pernah turun ke sawah karena orang tuaku bukan petani dan juga tidak mempunyai sawah. Paling dulu ketika orang musim bersawah, aku dan teman-temanku bermain jadi orang-orangan sawah yang berdiri di pematang sawah, sambil mengatakan “jelangkung-jelangkung, pergi tidak diundang, pulang tidak diantar”.

65eb7194-f097-4479-9ace-fec3dad65cf8.jpg
Aku hanya bisa menikmati indahnya tanaman padi sambil berdiri di pematang sawah

Ah.., kenangan yang indah, aku bebas bermain di sawah walau saat pulang ke rumah selalu direpetin Mak. Itu bagian sisi kehidupanku yang menyenangkan menurutku. Anak sekarang mana mau jadi orang-orangan sawah sepertiku dulu. Konyol, tapi mengasyikkan.

Kembali ke ceritaku menuju rumah adat itu. Perjalanannya lumayan panjang, tapi aku bisa menikmati pemandangan di sekitarnya. Wajah-wajah perempuan agraria itu sesekali terlihat jelas olehku ketika kami berpapasan dengan mereka yang berada di pinggir jalan, sambil membawa segerombolan sapi-sapi mereka. Ada juga yang duduk di pinggir sawah sambil memakan cemilan dengan beberapa perempuan lainnya.

Sungguh asyik pikirku kehidupan mereka yang terlepas dari hiruk pikuk dan permasalahan kehidupan di kota. Mereka masih bisa menikmati nasi lansung dari beras padi-padi yang mereka tanam. Telur yang berasal dari ayam dan bebek yang mereka pelihara, dan daging dari binatang ternak yang hidup dan tinggal di sekitar mereka.

2f793970-9c60-425b-a543-63d3afe5bc43.jpg

Jadi, tidak perlu khawatir lagi tentang beras plastik, telur palsu, atau pun daging yang disuntik seperti kabar yang beredar di kota. Jika harus memilih, aku ingin hidup di desa saja.

Kembali ke Pidie

Ternyata Tuhan memanggil namaku kembali untuk berkunjung ke daerah Hasan di Tiro (Pejuang Gerakan Aceh Merdeka) ini. Kali ini aku pergi ke rumah @purchel. Sebenarnya aku dan Kak Ihan belum pernah ke tempatnya, modal nekat kami pun melaju menelusuri perkampungan yang ada di Pidie.

Di sepanjang jalan, padi-padi yang seminggu lalu kulihat telah menguning, sekarang sudah dipotong dan siap untuk dirontokkan dengan mesin perontok padi. Rupanya @purchel dan keluarganya melakkukan hal yang sama, jadi dia tidak bisa menjemput kami ke kota Sigli. Akhirnya kami mencari alamat @purchel sesuai petunjuk yang dia berikan.

91381e59-03b8-4926-9221-5c76eb78c8f4.jpg

Melalui perkampungan dengan jalan yang hanya bisa dilalui oleh satu mobil bus ini, mengingatkanku ke kampungku. Pemandangan orang bersawah mengobati sedikit rasa lelahku yang selama tiga jam lebih dalam perjalanan Banda Aceh – Pidie.

Perut pun sepertinya tidak bisa diajak kompromi lagi karena dari tadi pagi aku hanya bisa menghabiskan nasi 4 suap, karena malamnya penyakit asam lambungku kumat lagi. Jadi, aku dan Kak Ihan berhenti di sebuah warung yang tidak jauh lagi dari sawah @purchel.

Aku menghabiskan satu piring Mie Aceh di situ. Di waktu lapar, semua makanan akan terasa enak yang lebih enaknya lagi aku hanya membayar Rp5.000 rupiah untuk satu porsi yang bila di Coffee kota dihargai Rp15.000 –Rp22.000. Aku terkejut, kenapa bisa semurah itu? Ya, begitulah hidup di kampung.

Perempuan Tangguh

Setelah perutku berdamai dengan sepiring Mie Aceh itu, aku pun melanjutkan perjalanan menuju sawah @purchel. Dari kejauhan sudah tampak para perempuan yang sibuk dengan pekerjaannya memisahkan jerami dan padi di depan mesin perontok padi. Di sana ada @purchel dan juga keluarganya.

f91ceb68-0a79-482f-92e0-88da8bfb9103.jpg

Mereka semua menggunakan pakaian tertutup dan sarung tangan untuk melindungi diri mereka dari miang padi. Bekerja sebagai pemisah jerami dan padi bukan pekerjaan mudah, karena serbuk dari padi-padi itu bisa mengganggu saluran pernapasan. Kemudian bila tidak terbiasa, miang padi itu akan membuat seluruh tubuh kita gatal.

Aku yang tertarik dengan aktivitas mereka langsung memotret untuk mengabadikan moment ini. Salah seorang perempuan dengan menggunakan bahasa tubuh, menyampaikan kepadaku untuk menutup hidung. Aku menutup hidung dengan jilbabku.

8a2b2dc4-2cb5-49e8-91aa-7d579e995f54.jpg

Setelah mesin perontok padi itu berhenti, aku pun mendekat dan memperhatikan perempuan-perempuan yang memisahkan padi dari tumpukan jerami. Kemudian jerami itu ditumpukkan ke satu tempat, hingga menggunung. Salah seorang perempuan duduk di atas jerami, untuk melepaskan lelah. Aku pun tertarik untuk duduk di tumpukan jerami itu.

“Hana peu-peu, duek ino. Lage spring bad nyoe” salah seorang perempuan mengajakku duduk. Akhirnya aku pun duduk sambil merebahkan badan yang membuat perempuan lainnya ketawa melihat tingkahku.

c4c663d3-eb9d-41ac-8a17-9fb677ba38f0.jpg

Kamu tahu, setelah itu ketika pulang ke rumah @purchel, badanku gatal-gatal semua. Aku pun segera mandi dan membersihkannya dengan lulur mandi yang setiap traveling kubawa. Terpikir olehku, apa perempuan-perempuan tadi tidak merasa gatal ya? Karena temanku si @purchel biasa-biasa saja setelah bergelimang dengan jerami itu. Sungguh mereka perempuan tangguh.

Ketika malamnya aku juga melihat @purchel mengangkat satu karung besar padi dari luar rumahnya, di masukkan ke dalam rumah. Aku tercengang melihat @purchel bisa mengangkat beban seberat itu.

809d0bbe-417f-461f-b6c3-9f619d1f2a63.jpg

Melihat tubuhnya yang kecil, aku tak mengira dia bisa melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh kaum Adam. Sungguh mereka adalah perempuan agraria yang tangguh. Rupanya @purchel sudah biasa melakukan pekerjaan ini, begitu juga perempuan lainnya yang ada di kampung @purchel di Gampong Neulop 2, Gapuy, Kec. Indra Jaya, Pidie.

Sort:  

@yellysaints24 very good selly,
Postingannya sangat berkesan bagi saya..
Semoga saya betah follow anda.
Harab saran dan bantuan kritikan. thank..

Terima kasih juga sudah berkunjung @fatany
Kita sama2 belajar di sini. Terus menulis ya.😀

Uhh kampung kami memang best! 😂

Yups, mangat that di sinan :D

Yakin pengen tinggal di desa?
Hehehe..
Tapi beras dari aceh emg lemak, meskipun tinggal di Medan kami ttp masak nasi dr beras aceh :)

Iya, tinggal di sana weekend aja. Hari kerja balik lagi ke Kota. Hehehe
Emang lamak bareh kampung ko😄

Menikmati spring bad pulangnya gatal pasti.. ga ada yang ngasih tahu ya, itu reward selpong kayaknya..hahahaha

Ada kak, tapi karena keasyikan dan empuk, jadi nggak didengar pesan itu. Kualat akhirnya hahaha

Paling asik memang kembali ke alam...

Yups, sangat. Makanya alam dijaga.

Alam memang menyenangkan

Jadi, kita harus menjaganya supaya kesenangan itu tidak hilang.

Perempuan agraria adalah perempuan pekerja yang tangguh.....

Dan kita harus berterima kasih kepada mereka.

Cerita yang mengalir, dan salut buat perempuan perempuan desa yang tangguh berjuang...

Mengalir seperti sungai yg berhulu di Seulawah😀.
Seharusnya kita berterima kasih kepada para perempuan ini, karena sudah menanam padi untuk jadi beras sebagai kebutuhan pokok kita.

Lain waktu kita bertualang ke kampung lain yaaa....menikmati kebahagiaan ala kita sendiri

Iya kak nanti ke Aceh Utara atau Aceh Timur pula. Mau lihat kampung2 yang disebutkan dalam novel Surga Tanah Merah.

Luar biasa kak @yellsaints24,,, memang kita daerah agraria tapi kita tetap impor,,, namun, perjuangan para petani kita memang luar biasa, mereka adalah pejuang untuk memberikan kita banyak kehidupan...

Iya benar sekali, entah di mana salahnya mereka sudah berusaha keras untuk menghasilkan beras2 berkualitas, tapi beras kita masih saja impor.

Nah, itu dia yang anehnya, tapi ya sudahlah kita harus berusaha menghargai semua usaha baik itu dari pemerintah maupun dari petani.

Coin Marketplace

STEEM 0.29
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 62559.43
ETH 3092.10
USDT 1.00
SBD 3.86