Tertiblah Berbahasa Indonesia! (2)

in #indonesia6 years ago (edited)

Tentang Subuh, Minggu, Adam, dan Hawa

Pagi ini saya membaca cepat sebuah buku yang akan saya bedah Senin, 8 April 2018 pagi, di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry Darussalam, Banda Aceh. Judul buku itu saya rahasiakan saja. Penulisnya seseorang yang sangat cinta Aceh.

Ya, biasalah, setiap membedah buku ada saja kesalahan kata, tanda baca, diksi, struktur kalimat, bahkan kalimat salah nalar yang saya jumpai, jika buku itu tak disunting dengan baik.

Nah, buku yang satu ini pun, maaf, lumayan banyak salahnya. Mulai dari kesalahan pengantar oleh penerbit (28 item) pengantar pakar (55 item), hingga ratusan kesalahan yang dibuat penulisnya. Namun, kesalahan itu akan segera disadari jika dalam ajang bedah buku semua kesalahan semantik itu ditunjukkan oleh sang pembedah.

Agar bedah buku besok tetap menarik, biarlah daftar rinci kesalahan semantik itu saya beberkan besok saja supaya ada masukan yang didengar audiens dari saya.

1). Subuh
Untuk khalayak Steemit saya hanya mengambil satu sampel kesalahan saja dari buku itu, yakni kata subuh yang ditulis dua versi. Di halaman xiv ditulis ...menjelang Shubuh, sedangkan di halaman xxii ditulis ...Setelah shalat subuh....

20180408_100818.jpg

Nah, mana versi yang benar dari kedua kata ini?

20180408_101302.jpg
Kalau menurut saya, kedua-duanya salah. Kenapa? Dalam praktiknya, kata subuh memang bisa ditulis dalam dua versi: pakai huruf kapital di awal (Subuh), bisa juga subuh saja (semuanya huruf kecil). Namun, tulisannya yang baku adalah Subuh atau subuh, bukan Shubuh seperti tertulis di hlm xiv buku tersebut.

Kata subuh ditulis kecil apabila ia dipakai sebagai penunjuk waktu (antara terbit fajar hingga menjelang terbit matahari), bukan nama salah satu salat fardu (wajib). Apabila subuh yang dimaksud adalah nama ibadah salat yang dilakukan dua rakaat antara terbit fajar hingga menjelang terbit matahari, maka huruf awalnya wajib ditulis kapital (Subuh).

Ketentuan itu berlaku untuk semua nama salat, baik wajib maupun sunah.

Screenshot_20180408-122625.png
Berikut contoh yang benar dalam kalimat:

  1. Saya tiba di Banda Aceh setelah (bakda) subuh.
  2. Andi berangkat antara zuhur dan asar.
  3. Kami selalu menunaikan salat Subuh, Zuhur, Asar, Magrib, dan Isya secara berjamaah.
  4. Saat memimpin salat Tarawih, imam membacakan ayat-ayat pendek.

Semoga bisa diterapkan dengan disiplin!

Screenshot_20180408-122548.png.

2). Minggu
Kata ini juga bisa ditulis dalam dua versi. Versi pertama, huruf awalnya ditulis besar (kapital).
Ini berlaku untuk nama hari (Minggu), yakni nama hari antara Sabtu dan Senin.
Contoh: Risman libur setiap hari Minggu, tapi Sabtu dia kerja setengah hari.

Minggu juga sering disebut hari Ahad, karena ia merupakan hari pertama dalam sepekan.

Adapun penggunaan minggu yang ditulis tanpa huruf kapital adalah apabila yang dimaksud itu 'jangka waktu yang lamanya tujuh hari (Minggu hingga Sabtu)'.
Contoh: a) Herman merasa tak puas berada kurang dari satu minggu di Pulau Banyak.
b) Dalam semester ini, tiap minggu Hayatullah mengajar tiga mata kuliah.

3). Adam
Membaca atau mendengar nama yang satu ini kita langsung ingat pada sosok manusia pertama yang diciptakan Allah. Umat Islam menyebutnya nabi yang pertama dari 25 nabi utusan Allah.

Nah, apabila yang dimaksud adalah Adam sebagai nabi pertama umat muslim, maka menulis namanya haruslah menggunakan huruf kapital di awalnya (Adam). Akan tetapi, apabila adam yang dimaksud adalah penamaan untuk kaum laki-laki (kaum adam), maka huruf awalnya tak perlu kapital.

Contoh: a) Bersalah di surga, Adam dan Hawa akhirnya ditempatkan Allah di bumi.
b) Saat itu jumlah kaum adam sudah dikalahkan oleh kaum hawa.

4). Hawa
Sama seperti ketentuan yang berlaku dalam penulisan Adam atau adam, begitu pulalah yang berlaku terhadap Hawa. Jika (Siti) Hawa merupakan nama orang (nama istri Nabi Adam atau nama perempuan lainnya), maka huruf awalnya harus ditulis kapital. Tetapi, apabila hawa itu merujuk kepada penamaan untuk kaum perempuan, maka tulislah dengan huruf kecil seluruhnya (kaum hawa).

Cuma, perlu diingat, kata hawa tidak sekerap kata adam pemakaiannya, karena hawa mengandung lima arti. Pertama, diartikan sebagai campuran berbagai gas yang meliputi bumi. Kedua, keadaan udara. Ketiga, keinginan atau nafsu. Keempat, nama istri Nabi Adam atau ibu dari semua manusia. Kelima, merujuk pada nama kaum perempuan (kaum hawa).

Demikian saja, semoga pelajaran bahasa hari Screenshot_20180408-122516.png bermanfaat bagi kita semua agar lebih tertib berbahasa.

Sampai jumpa pada ulasan berikutnya.

Saleuem,

Yarmen Dinamika
(Pembina Forum Aceh Menulis/FAMe dan Redaktur Pelaksana Harian Serambi Indonesia)

Sort:  

Terima kasih bang @yarmen-dinamika atas informasi yang sangat bermanfaat ini.
Salam

Sangat membantu, bisa bicara bahasa indonesia tapi tidak dalam menulis. Terima kasih ilmunya pak @yarmen-dinamika. Dan ditunggu ulasan selanjutnya

Mantap, seperti kembali ke masa lalu, saat belajar bahasa Indonesia di sekolah😁

Guru kita dulu @tinmiswary lupa mengajarkannya ke kita. Dan banyak kelupaan itu. Tapi untuk melawan lupa, akan saya syarahkan satu per satu di platform Steemit yang keren ini.

mantaps bang Yarmen atas penjelasannya,,

Nah, semangat belajar.... Inilah yang kami tunggu-tunggu, Pak. 😀

Pelan-pelan Ihan. Stok masih banyak kok. Satu per satu kita urai. Termasuk dalam acara bedah buku di UIN besok.

Luar biasa, Pak.
Semoga penulis-penulis Aceh semakin tertib bahasa dalam setiap tulisannya.

@nuryriana juga bisa jadi guru bahasa Indonesia bagi pengguna bahasa di Aceh. Kamu mampu. Trust me.

Terima kasih pak yarmen atas ilmunya. Sangat bermanfaat

Makasih Pak Yarmen. Semoga kesalahan ini dapat menjadi masukan bagi penerbit dan kami sebagai penulis.

Terima kasih, Pak @yarmen-dinamika.

Saya menyimak dengan saksama.

Makasih Pak Yarmen... Semoga berkah ilmunya.

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.13
JST 0.028
BTC 57605.72
ETH 3101.08
USDT 1.00
SBD 2.33