Tertiblah Berbahasa Indonesia! (5)
Tentang Kata-kata yang Tak Ada di KBBI
Dear Steemian.
Beberapa kata berikut tergolong familiar di telinga kita. Bahkan kerap digunakan dalam percakapan dan penulisan ragam resmi. Tapi tak banyak yang tahu bahwa kata-kata ini sebetulnya tak ada di dalam kamus. Ia tak termasuk entri (kata dalam kamus dengan penjelasan maknanya). Kalaupun ada ternyata ia bukan bentuk yang baku.
Analisa
Orang Sumatera Utara dan sebagian besar Aceh tentu sangat familiar dengan kata ini karena ada koran berpengaruh di Sumut memakai nama ini. Tapi kata ini sesungguhnya bukanlah bentuk yang baku. Versi bakunya adalah analisis yang diserap dari bahasa Inggris, 'analysis'. Maknanya dalam bahasa Indonesia adalah uraian, penjabaran, atau penyelidikan atas sesuatu hal atau pokok masalah untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya atau untuk mengetahui hubungan antarbagian.
Boroh
Dalam praktik peminjaman kredit di bank, dulu sering terdengar kata boroh atau borog yang dimaksudkan sebagai agunan atau jaminan (cagaran atau tanggungan). Istilah kerennya adalah collateral. Tapi ternyata kata 'borog itu tak ada di dalam KBBI.
Awak FAMe Chapter Lhokseumawe seusai diskusi bahasa.
Massif
Kata ini paling sering digunakan dalam putusan Mahkamah Konstitusi (MK). Sebuah gugatan perkara pilkada bisa saja menghasilkan putusan bahwa akan dilakukan penghitungan ulang suara atau bahkan pelaksanaan pilkada ulang di suatu daerah, jika majelis hakim MK menemukan adanya unsur pelanggaran pilkada yang bersifat terstruktur, sistematis, dan massif (TSM). Nah, kata massif ini yang justru tak ada dalam KBBI terbaru, yakni KBBI V. Di kamus tersebut hanya ada kata masif, tapi artinya adalah utuh dan padat atau di dalamnya tidak berongga (tentang besi dan batu). Masif juga bermakna solid, kuat, kukuh, dan murni. Rasanya bukan ini makna kata yang dimaksud MK saat mencantumkan kata massif dalam putusan-putusannya. Massif yang dimaksud MK boleh jadi sesuatu yang bersifat massal, luas cakupannya, merata di hampir setiap tempat pemungutan suara (TPS). Jadi, kalau ada pelanggaran pilkada yang bersifat massif, itu mengindikasikan kejadiannya tak hanya terjadi di satu tempat, tapi cenderung terjadi di beberapa tempat (meluas). Lalu dari mana MK mendapatkan istilah ini jika di kamus edisi terbaru saja tak ada. Barangkali awak d'Masiv Band bisa membantu menjelaskannya.
Meubel
Kata ini juga tak ada di dalam KBBI. Tapi kalau hanya 'mebel' yang artinya perabot atau perabotan, ya ada di kamus. Jadi, pakailah bentuk yang baku, mebel. Jangan juga pakai kata 'meubiler' atau 'mobiler' karena kedua kata itu bukan kosakata bahasa Indonesia. Tak boleh pula menganggap sama mobiler dengan mobilet, karena mobilet adalah sepeda motor kecil atau ringan.
Notulen
Istilah ini sering kali muncul dalam diskusi-diskusi ilmiah. Di pengujung acara banyak peserta, terutama yang datang telat atau tak sempat ikut penuh rangkaian diskusi, berharap mendapatkan notulen atau notulensi sebagai risalah hasil pertemuan. Tapi sebetulnya, kata yang berasal dari bahasa Belanda (notulentie) ini bukanlah kosakata baku Indonesia. Versi bakunya adalah notula, sedangkan orang yang membuat notula dinamakan notulis.
Kobong
Kata ini sering dipakai orang Sumatera (termasuk Aceh tentunya) untuk menggambarkan suatu keadaan ketika seseorang merasa tidak enak, risi, atau mendadak malu kepada orang di sekelilingnya karena sesuatu sebab. Misalnya, Imran merasa kobong karena tamu yang dia undang banyak yang tak dapat makan lantaran salah mengorder jumlah porsi makanan untuk para tamunya.
Tapi ternyata di KBBI tak ada kata kobong dengan makna seperti itu. Yang ada justru kata kobong dengan makna pondok tempat tinggal santri. Ya, itulah arti leksikal kata kobong. Semoga kita tak salah kaprah lagi dalam menggunakan kata kobong.
Sampai di sini dulu, semoga bermanfaat.
Bermanfaat sekali pak. Terimakasih
Yang terpenting @sfa adalah menghindari kata-kata ini dalam tulisan dan ucapan kita.
Hehe siap, Pak. Btw, followback ya, Pak. Ini saya Fatimah Azzahra anak murid bapak sekelas sama Yani. Semoga masih ingat hehehe
Sangat bermanfaat...
Sangat berguna tuan guru @yarmen dinamika
Terima kasih @abialmas jika ulasan ini memberi manfaat bagimu.
Tapi, kok bisa kata2 itu muncul dan digunakan dalam keseharain kita ya pak? Padahal di kamus saja nggak ada. Apa mungkin karena plesetan dari kata lain ya? 😆
Ini menandakan ada misteri juga dalam bahasa. Tak semua kita tahu asbab kemunculannya di antara para penutur bahasa. Tugas kita adalah memastikan mana yang sudah merupakan entri di KBBI, mana yang tidak.