Seri PKA 7 (Bagian 3)
Wanita Ini Menitipkan Taman
Ratu untuk Anak Cucu Aceh
Sore kemarin (8-5-2018) seorang perempuan cantik yang merupakan Anggota DPR RI me-WA saya:
Titip ya Pak Yarmen, kasihan rumah2 adat masing2 kab/kota nan indah itu, kini tak tersentuh perawatan. Sedih rasa hati ini 😢😭.
Perempuan ini mengaku: Saya akhir April lalu sempat jalan2 ke Taman Safiatudin, kasihan tamannya tdk terawat.
Ia juga mengkhususkan diri berfoto di samping batu prasasti yang terdapat di depan Gedung Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Provinsi Aceh yang juga berada di Kompleks Taman Ratu Safiatuddin Banda Aceh.
Terkait batu prasasti yang bertanggal 16 Oktober 2004 itu, perempuan berkulit bening ini curhat kepada saya:
Tulisan siapa orang yg meresmikan gedung Dekranas Aceh di TS sudah tak terlihat.
TS yang dia maksud adalah singkatan dari Taman Safiatuddin.
Ia sebetulnya, "Mau masukkan ke Youtube dan Instagram, tapi tak enak hati."
Apa yang ingin dia unggah ke Youtube dan Instagram, tapi dia urungkan itu adalah fotonya saat berdiri di samping batu prasasti yang tulisannya sudah sangat pudar itu sehingga susah dibaca.
Di bagian akhir chattingan dia dengan saya, perempuan berlesung pipi ini menyatakan:
Saya sempat ketemu istri wagub di pernikahan putri Pak Gubernur Irwandi dan saya titip kepadanya Taman Safiatudin demi anak dan cucu kita supaya mereka mengenal budaya Aceh yg luar biasa lewat rumah2 Aceh yg ada di TS.
Sampai di sini pembaca sekalian sudah bisa menebak kan siapa perempuan itu?
Dia diundang bersama suaminya untuk menghadiri resepsi pernikahan putri Irwandi Yusuf, Gubernur Aceh, dr. Latifa Dara Meutuah dengan Zakiul Fuady, M.Sc pada Minggu, 29 April 2018 malam.
Di tempat acara, Gedung AAC Dayan Dawood Darussalam, Banda Aceh, malam itu saya bertemu dengannya dan berjabat tangan. Yang mempertemukan saya dengan perempuan kelahiran Yogyakarta ini di tengah ribuan tamu undangan malam itu adalah Bu Ir. Meutia Syafrida, istri Azwar Abubakar, M.M., mantan wakil gubernur dan juga mantan pelaksana tugas (Plt) Gubernur Aceh.
Perempuan yang berjabat tangan dengan saya itulah penggagas dibangunnya Kompleks Taman Ratu Safiatuddin di areal bekas tambak dan rawa kawasan Lampriek Banda Aceh.
Saat itu dia sangat berpengaruh di Aceh meski bukan berdarah Aceh. Dia dijuluki "First Lady Aceh" sepanjang tahun 2000-2004.
Obsesinya kala itu adalah agar Aceh memiliki sebuah taman luas dan permanen tempat dibangunnya semua anjungan kabupaten/kota yang ada di Aceh. Ya, semacam Taman Mini Indonesia Indah (TMII)-nya Acehlah.
Taman yang merepresentasikan seluruh rumah adat Aceh itu ia targetkan sebagai lokasi tetap tiap kali Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) diselenggarakan. Nah, target itu tercapai sudah. Sejak PKA 4 pada tahun 2004 hingga tahun ini pun, saat PKA 7 akan dihelat pada 5-15 Agustus, taman yang kerap saya singkat dengan nama Taman Ratu atau Tarasa itu tetap menjadi tempat utama penyelenggaraan agenda utama PKA 7.
Perempuan yang jago menyiar dan doyan menulis puisi itu sejak 23 Agustus 2016 dilantik menjadi Anggota DPR RI Antarwaktu dari Fraksi Partai Golkar periode 2014-2019. Dia tidak mewakili Aceh, melainkan Jawa Tengah, tanah kelahirannya pada 1964.
Separuh jiwanya Aceh, karena menikah dengan pria Aceh. Dia ikut memajukan tamadun Aceh dan menulis beberapa artikel tentang Aceh justru pada saat ia menjadi istri orang nomor satu di Aceh. Ia yakinkan suaminya agar Aceh perlu punya taman permanen, tempat PKA dan even budaya lainnya bisa terus digelar tanpa harus membangun baru dan meruntuhkannya setelah perhelatan PKA usai.
Sumber: Majalah Mata Air.
Kini perempuan yang jago komunikasi politik ini bergabung di Komisi X DPR RI, komisi yang membidangi pendidikan, kebudayaan, dan pariwisata.
Jadi, sangatlah relevan dan berkapasitas ketika ia menitipkan keselamatan dan kelanjutan Taman Ratu Safiatuddin kepada istri Wagub Aceh, Ir. Nova Iriansyah, M.T., Ibu Dr. Dyah Erti Idawati, M.T., mengingat Ketua Umum PKA 7 tahun ini adalah suami Bu Dyah Erti dalam kapasitasnya sebagai Wakil Gubernur Aceh.
Sebagai jurnalis dan anggota Tim Ahli PKA 7 saya juga kebagian tugas dititipi oleh penulis buku "Catatan Seorang Musafir" ini menjaga kelestarian Taman Ratu. Menjaga aset budaya ini tentu saja menjadi tanggung jawab semua kita, insan beradab dan berbudaya. Mari.
Terima kasih Bu Dr. Hj Marlinda Irwanti Poernomo, S.E., M.Si alias Linda Abdullah Puteh atas titipan amanah yang tidak ringan ini. 😍
Salah satu cara menjaga kelestarian adab dan budaya adalah dengan menulis dan mendokumentasikannya, untuk kemudian mewariskannya dari generasi ke generasi.
Bisa jadi tambahan info bagi anak-anak FAMe yang sedang menuliskan profil anjungan. :-)
Para penulis profil anjungan kab/kota di Taman Ratu harus berpacu dengan waktu untuk menyelesaikan buku tersebut, mengingat hari "H" PKA cuma 96 hari lagi.
Semoga buku itu jadi terbit...
Sangat disayangkan jika tak sampai selesai..
Kenapa Pemerintah Aceh kurang peduli dengan apa pum yang menyangkut sejarah. Padahal TaRaSa bisa menjadi tempat wisata juga, melihat sejarah melalui rumah2 adat yang ada di situ. Bisa menjadi tempat ekstra kurikuler anak-anak sekolah untuk mengenal budaya Aceh secara luas.
Kasihan, karena itu semua dibangun dengan dana rakyat.
Mungkin karena peumulia jamee adat geutanyoe, bukan "peuseulamat aset budaya". Jadi, urusan yang nomor dua ini agak terabaikan.
Sang penggagas telah kembali
Bersih2 nya mungkin pas menjelang PKA aja 😞
Eh tapi bukannya emank ada petugas bersih-bersih nya yaa?
wanita aceh memang terkenal luar biasa dari dulu hingga sekarang :D
Kirim salam ya Bang, untuk Bu Dr. Hj Marlinda Irwanti Poernomo, S.E., M.Si alias Linda Abdullah Puteh 😍
Thanks Bang @yarmen.dinamika
Hehe... terima kasih Adinda @jkfarza. Insyaallah salamnya akan saya sampaikan ke Bu Linda. Beliau bilang saat PKA 7 akan datang ke Aceh dalam kapasitas sbg Anggota Komisi X DPR RI yang membidangi pendidikan, kebudayaan, dan pariwisata.