RENUNGAN #PUTRA KEEMPATKU BISU DAN BUTA

Sumber : (https://pixabay.com/en/kerosene-lamp-old-replacement-lamsp-1202277/)

Hallo sahabat steeminians, salam sehat dan bahagia selalu.

Adalah seorang bunda yang akan senantiasa mencintai anak-anaknya. Tidak peduli dalam kondisi apapun sang buah hati. Sebuah penghargaan yang tidak ternilai untuk perempuan bernama bunda.

Kunjungan tamu yang sudah agak lama ini, masih menyimpan pelajaran berharga bagi saya, yang note bene seorang ibu. Tamu sekeluarga, yang sudah enam tahunan tidak berjumpa membuat kami merasa bahagia. Teman sesama perantauan sewaktu masih sekolah.

Perbincangan semakin seru, si kembar ikut nimbrung dengan anak-anak sahabat saya ini. Ada seorang putranya yang hanya bermain memukuli meja dan tertawa sendiri. Dia berdiri di kursi pojok, ditemani ayahnya. Sang bunda melihat perhatian saya ke putranya. Dia berkata.

“Mbak, itu anakku yang ke empat buta dan bisu.”

“Benar, kah Dik?” saya tidak percaya.

“Iya, sejak lahir Mbak, sekarang sudah empat tahun umurnya.”

“Kok bisa gitu, apa selama hamilnya rewel?” saya semakin penasaran.

“Saya pendarahan dari awal hamil Mbak.”

“Kena virus atau kenapa?”

“Nggak, tidak terdeteksi karena apa. Cuma dokternya sudah memvonis kalau janinnya akan cacat. Jantung janin bagus saat divonis itu, kan ya nggak mungkin saya gugurkan. Bagaimanapun dia amanah Allah. Saya sudah pasrah. “ wajahnya mulai terlihat sedih ada gumpalan mendung di matanya.

“Tapi secara fisik normal lho anakmu.”

“Benar Mbak, ibarat sebuah TV secara fisik bagus, tetapi tidak ada kabel yang menghubungkan ke daya listrik, begitu keterangan dokter.”

Saya memperhatikan gerakan tangannya yang memukul kursi dengan berirama, kemudian dia tertawa sendiri. Rupanya dia suka lagu anak -anak kata bundanya. Tak terasa air mata saya justru sudah mengalir. Tenggorokan menjadi serak. Saya bisa bayangkan bagaimana hati sang bunda ini.

Cerita yang membuat saya semakin trenyuh adalah indra penciuman sang bocah yang luar biasa. Dia bisa merasakan kehadiran bundanya. Meski bundanya tidak bersuara dia tahu bahwa itu bunda. Semua aktifitas bocah malang ini hanya mau dengan bundanya, mulai mandi, makan, atau pup. Apa saja, kalau gendong masih mau dengan sang ayah.

Subhanallah, sungguh digelap hidupnya masih bisa merasakan kehadiran orang yang sangat mengasihinya. Bunda yang dengan sabar merawatnya.

Lagi-lagi saya tidak bisa menahan air mata. Rasa malu menyelimuti hati saya. Teringat bagimana ketika kembar sakit. Saya begitu heboh meski akhirnya perlahan tenang.

Ternyata masih ada seorang ibu yang kondisi putranya membutuhkan perhatian yang lebih.
Cek di rumah sakit mata membuat bunda ini semakin pasrah. Bahwa syaraf mata tidak bisa difungsikan.

Upaya terapi terus dilakukan, untuk merangsang syaraf matanya. Ternyata belum juga menunjukkan hasil yang signifikan. Sang bunda terlihat tegar dan tabah, meski saya bisa melihat ada yang berat di matanya. Hebatnya lagi, bunda ini masih biasa kerja di luar rumah sebagai guru TK.

“Hebat kamu Dik, masih bisa nyambi kerja. Mungkin kalau mbak sudah keluar kerja.”

“Ya gimana Mbak, semua harus berjalan. Meski kita belum tahu gimana kelak nasib anakku ini."
Kali ini titik bening jatuh ke pipinya.

Saya hanya bisa berdoa dan memberi dukungan moril.

"Kamu ibu yang sabar, Dik. Kita nggak tahu rahasia Allah. Anak adalah rezeki yang jarus kita rawat dan jaga."

"Benar Mbak, doanya ya Mbak, supaya aku diberi kekuatan dengan amanah ini."

Saya mengamini dan kami berpelukan. Sejenak saling menguatkan. Meski terasa berat semua harus berjalan.

Itulah nilai syukur, semua harus disyukuri. Suka dan tidak suka sudah menjadi ketetapan-Nya.
Allahu Akbar, maha benar Allah dengan segala firman-Nya.

Bahwa setiap orang akan diberi ujian, cobaan sesuai dengan batas kemampuannya. Apa yang terjadi adalah kehendak Allah, maka semua harus dikembalikan pada sang pemilik kehendak itu.

Kalasan, 25 Oktober 2018.