KISAH (2) MENGEJAR IMPIAN

in #indonesia6 years ago

20181031_043925.png

Kehidupan Yati yang akrab dengan kemiskinan, diabaikan, tidak dihargai, dipandang sebelah mata. Apapun itu, Yati tetap menyambutnya dengan senyum. Tanpa dendam dan marah.

Kerasnya hidup membuatnya menjadi sosok yang tegas tetapi mudah tersentuh. Apalagi melihat anak yatim seperti dirinya, lansia, dan orang-orang yang kurang beruntung. Sikap sosialnya terbentuk ketika dia menyadari bahwa banyak orang yang miskin menjadi bulan-bulanan orang kaya atau penguasa.
Terkadang hanya air mata yang menggenang bila tidak mampu menolong sesamanya.

Pun demikian banyak yang memanfaatkan kebaikan Yati. Berpura-pura minta tolong yang akhirnya Yati tertipu. Penipu itu membawa beberapa barang di rumahnya.

Bulan ramadan bulan yang memiliki makna bagi seorang Yati. Bulan penuh ampunan itu menyisakan kisah sedih dihatinya.
Sang bunda wafat menjelang hari raya idul fitri. Disaat teman-teman berbahagia dan berkumpul bersama keluarga, Yati hanya menangis sendiri sepulang dari salat idul fitri.

Duka yang dalam dibawanya ke pusara ibunya, mengirim doa sembari berbagi cerita bahwa terkadang dia tidak mampu untuk menanggungnya. Sungguh ungkapan seorang anak yang mendamba kasih orang tua.

Seperti ramadan waktu itu. Selepas salat ‘Id Yati merasa enggan masuk ke rumahnya. Bayangan ibunya begitu lekat. Tanpa kue dan opor tanpa hiasan tanpa apapun. Rasa lapar dan haus yang menjadi makanan hariannya tetiba tidak mau diajak kompromi.

Berlari Yati menuju gentong gerabah di sudut dapur. Satu gayung batok diminumnya sampai tandas. Ah, laparnya tertahan oleh air gentong. Nikmat karena hanya itu yang ada dan yang dia punya.

Hari itu selepas pulang sekolah, Yati tampak menunggu seseorang. Dia bersembunyi diantara pepohonan di pinggir jalan. Matanya memperhatikan setiap anak yang pulang sekolah.

Dengan gerakan yang lincah, Yati menghadang anak laki-laki. Tanpa bertanya apa-apa segera kaki nya menjegal kaki anak laki-laki itu. Kemudian ditarik tanganya ke belakang. Bukan itu saja, tubuhnya dijatuhkan dan dinaiki sembari menantang.

“Hei, lihat! bajuku kotor karena ulahmu. Tinta ini nggak bisa hilang. Aku nggak punya baju lagi.” Santo, sebut saja nama temannya itu ketakutan tak bernyali. Tubuhnya terkunci tak bisa bergerak.

“Ampun, Yat. Iya maaf.” Hanya itu yang diucapkan Santo.

Bisa dibayangkan beraninya Yati untuk mempertahankan dirinya. Sejak itu Santo tidak berani berulah di dekat Yati.

Menjelang ujian sekolah kakaknya mengenalkan Yati dengan seorang tentara. Harapan kakaknya biar segera menikah. Lagi-lagi Yati menolak tegas. Tetapi dia bersikap wajar setiap anak militer itu datang, sampai akhirnya si militer pergi dengan sendirinya.

Ujian SPG tingkat nasional tahun 1970. Yati merupakanmurid perempuan satu-satunya yang lulus. Dari angkatan tersebut hanya empat orang yang lulus. Padahal pesertanya puluhan orang. Tiga laki-laki satu perempuan.

Sempat terjadi insiden saat mengerjakan matematika. Dari lima soal ada satu yang belum dijawab Yati. Seorang penjaga ujian dengan sengaja menggodanya. Mengejutkan dengan menyalakan korek tepat di belakang telinga Yati. Saking terkejut Yati berteriak keras dan dianggap mengganggu ujian, lalu dikeluarkan!
Kuasa Allah Alhamdulillah lulus.

Masya Allah, bisa dibayangkan ujian tanpa komputerisasi, dengan kelulusan yang tidak mudah.
Setelah lulus, Yati sempat kuliah sebentar di Taman Siswa. Begitu mendengar ada angkatan guru di Jawa Timur dia memilih pergi ke sana.

Jarak tempuh 500 km dengan hanya berbekal alamat seorang kenalan, Yati nekad pergi. Padahal belum pernah sekalipun dia pergi ke sana.

Alasan kepergiannya adalah untuk merubah nasib. Nasehat pak guru masih diingatnya kuat bahwa Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum bila dia tidak berusaha merubahnya.

Jika hanya di kampungnya Yati merasa tidak bisa mengembangkan kemampuannya. Sedang sang kakak terus meminta dia menikah.

Tidak mudah hidup di perantauan. Hidup numpang di rumah orang membuatnya harus bersikap lebih lapang. Membantu pekerjaan apa saja dengan tulus.

Cita-cita menjadi guru harus ditempuh dengan jalan yang tidak mulus. Menjadi guru honorer bertahun- tahun ditempuh dengan naik sepeda onthel berkilo-kilo jauhnya. Hujan panas jalan berlubang dan berlumpur, tetap membuatnya mengabdi tanpa keluh.
Sampai akhirnya Yati masuk daftar calon pegawai negri menjadi guru SD.

Mengingat semua peristiwa hidup adalah sesuatu yang berharga. Menjadi renungan, menjadi peringatan, atau menjadi penyemangat hidup.

Terima kasih ibu...
Apapun yang anakmu lakukan tak kan mampu membalas semua pengorbananmu.
Doa ibu yang tak pernah putus untuk anaknya.
Beribu maaf tak kan mampu menutup semua khilaf dan salahku.
Doa anakmu semoga ibu sehat dan diberkahi yang Kuasa selalu ....Aamiin.

Bahwa Sang Pencipta senantiasa bersama orang yang beriman dan bersabar.


Kalasan. 31 Oktober 2018

Sort:  

Aamiin ya Rabb ...

Aamiin

Posted using Partiko Android

Mbak Wahyu, apakah ini kisah nyata. Yati yangtangguh dan ulet ya menghadapi kehidupannya.

Ya bunda. Ini kisah ibu saya sendiri.😍

Posted using Partiko Android

Coin Marketplace

STEEM 0.20
TRX 0.14
JST 0.030
BTC 68221.63
ETH 3277.70
USDT 1.00
SBD 2.66