Orang Belanda Ditikam di Sigli
Foto: Majalah Pedoman Masjarakat, 1935/ Koleksi @tinmiswary
Keberanian orang Aceh bukan hanya mitos, tapi ia telah mewujudkan dirinya dalam sejarah panjang Aceh dari zaman ke zaman. "Kegilaan" dan keberanian orang Aceh yang kadang sulit diterima akal membuat Belanda kemudian melabeli orang Aceh dengan istilah "Atjeh Moorden" alias "Aceh Pungo" (Aceh gila).
Label "Aceh Pungo" dilatari oleh kewalahan Belanda dalam menghadapi Aceh sejak Perang Aceh yang dimulai pada 1873. Pada perkembangan selanjutnya, pada abad ke-19 tersebut, akibat banyaknya pembunuhan-pembunuhan ala Aceh terhadap serdadu Belanda, akhirnya label Atjeh Moorden pun dilekatkan kepada rakyat Aceh. Label ini pun terus bertahan dan menjelma sebagai ancaman baru bagi Belanda. Sedangkan bagi orang Aceh sendiri, membunuh Belanda tidak hanya sebagai wujud tindakan kesatria, tetapi juga titah agama dengan keyakinan "poh kaphe."
Koleksi @tinmiswary
Keberanian orang Aceh ini pun sempat disinggung oleh Pramoedya Ananta Toer dalam karya novelnya yang terus melegenda hingga saat ini. Dalam roman Bumi manusia misalnya, Pram tidak hanya berkisah tentang si pemuda bernama Minke dan gadis serupa dewi bernama Annelies Mellema, tapi ia juga merawi heroisme rakyat Aceh melalui potongan cerita dari Jean Marais, seorang Perancis, mantan serdadu kompeni.
Tidak hanya dalam kasus peperangan, keberanian orang Aceh juga dapat disaksikan dalam setiap sudut kehidupan. Dalam postingan kali ini, saya ingin berbagi sedikit cuplikan "kegilaan" orang Aceh yang dengan "gagah" berani telah menikam seorang Eropa (mungkin Belanda) di Stasiun Kota Sigli Pada 28 September 1935. Tragedi ini sempat dicatat oleh Majalah Pedoman Masjarakat sehigga informasi ini pun menyebar ke seluruh Hindia Belanda (Indonesia).
Majalah Pedoman Masjarakat, 1935/ Koleksi @tinmiswary
Dalam Majalah Pedoman Masjarakat tersebut dijelaskan bahwa aksi penikaman di Kota Sigli ini dilatari oleh panggilan terhadap orang Aceh untuk menghadap ke Koetaradja karena dugaan barang gelap. Tapi sayangnya, Pedoman Masjarakat tidak memberi informasi detil terkait jenis barang gelap tersebut.
Demikian dulu Tuan dan Puan Steemians, lain waktu disambung kembali..
Orang aceh jaman dulu, perlu juga tuan kisahkan generasi aceh zaman now!
Kita kisah dulu dulu, nanti baru kisah nanti-nanti
Hayueu that, fenomena Aceh Pungo. Buat Belanda mumang ulee, kok bisa orang Aceh bisa begitu ya?
Mungkin sudah begitu diri @tengkuputeh