Whoallaa, Make a Moment to Spoil Yourself and Appreciate it in Writing!

Seperti setiap kunjungan dinas ke luar kota, saya mirip dengan @ayijufridar, menggunakan kesempatan untuk menuliskan pengalaman perjalanan termasuk mengapresiasi akomodasi yang kami dapatkan. Gambaran selayaknya setebal mungkin (thick description), meskipun tak juga tebel-tebel amat

Kali ini, dalam dinas sebagai Tim Seleksi Calon Komisioner Panitia Pengawas Pemillihan (Panwaslih) Aceh ke Banda Aceh, oleh tim asistensi kami diinapkan di hotel Kryad Muraya. Hotel ini merupakan bagian dari Du Louvre Hotel Group; sebuah jaringan hotel bercita rasa Perancis dengan standar bintang tiga.

Nama Louvre pasti mengingatkan pada museum termegah di dunia yang berlokasi di Paris. Saking megah dan kompletnya museum ini kerap menjadi lokasi pembuatan beberapa film Hollywood seperti Da Vinci Code (2006) dengan bintang langganan Oscar: Tom Hanks, Inception (2010) dengan bintang Leonarde De Caprio, The Tourist (2010) dengan pemeran si imut: Johnny Depp, dll.

Hotel ini adalah hotel bintang tiga terbaru yang ada di Banda Aceh. Menurut seorang bartender yang saya tanyai, hotel ini sudah dibuka sejak empat bulan lalu. Ia didesain menjadi hotel bintang tiga plus, sebab belum dilengkapi kolam renang dan fitness room, tapi dilengkapi dengan Mini Bar dan Coffee Shop. Hotel ini memiliki tingkat okupansi hingga 80 persen dan sebagian besar adalah pengunjung dari luar Aceh dan luar negeri. Dengan situs pemesan online, orang luar pasti dengan mudah memantau hotel termasuk di Aceh.

Interior kamarnya dibuat dengan prinsip minimalis dan modern tapi memiliki konsep ruang yang cukup luas. Itu memang prinsip metropolitan, bahwa pengunjung kadang tak memerlukan terlalu banyak perabot yang "merampok" ruang, tapi malah tidak memberikan kepuasaan spasial. Sebagai hotel baru tentu spring bed yang dimilikinya pun masih kenyes-kenyes. Untuk kamar deluxe, hotel ini memiliki king size bed. Namun karena tim telat memesan kamar, kami mendapatan kamar dengan twin bed.

Pelayanan hotel ini memang sangat mengutamakan comfortability. We got five star service at three star hotel! Kryad Muraya Hotel memahami bahwa pengunjung pasti akan menjadikan kunjungan bukan untuk tidur doang, tapi juga memanjakan jiwa setelah seharian bekerja. Jika ada yang mengganggu tamu, pasti mereka tak akan kembali ke hotel ini.

Demikian juga untuk breakfast. Bagi masyarakat Barat atau Eropa, sarapan pagi adalah yang utama. Itu karena mereka kerap tak makan malam. Jikapun makan malam mereka memilih sangat minimalis. Kalau dalam pepatah Jerman, Frühstück als König, sarapanlah seperti seorang raja. Raja kan tahu sendiri, dia pasti menginginkan banyak sajian yang terbaik, dan membiarkan mata dan penciumannya memilih mana yang dimakan. Saat ini saya melihat kualitas makanan dan keragaman yang ditawarkan sebanding dengan Hermes Hotel.

Hal ini yang juga harus dipikirkan pemilik hotel dan pemerintah Kota Banda Aceh. Untuk pemilik hotel harus tetap menjaga pelayanan prima yang mereka berikan. Itu akan memberikan kesan yang susah dilupakan. Pasti pengunjung akan kembali ke hotel ini, meskipun di Banda Aceh ada hotel bintang lima dan empat.

Untuk pemerintah Kota Banda Aceh, mereka harus bisa menjaga aspek hospitality: keramah-tamahan dan tidak membuat regulasi yang bisa membuat pengunjung terganggu. Jadikan Kota Banda Aceh sebagai kota terbaik di Aceh dalam pemulia jamee adat geutanyoe (to respect and honor the guests and travellers as our culture). Saat ini dunia sudah terkoneksi semakin rapat dan kita harus siap dengan perubahan terbaru.

22 Februari 2018