Piala Oscar ke-90 Tidak Semeriah Sebelumnya

in #indonesia6 years ago (edited)

Demi melihat pergelaran Oscar ke-90 yang jatuh pada 4 Maret tahun ini tidak lah semeriah sebelumnya. Saya cenderung menyukai Academy Award ke-89 yang memunculkan kesegaran karena adanya film musikal La La Land yang mendapatkan nominasi terbanyak (14 nominasi). Meskipun ada kesedihan juga ketika film terbaik akhirnya malah jatuh kepada Moonlight

Meskipun saya menyukai pidato kemenangan Frances McDorman setelah menerima piala untuk artis utama terbaik (Three Billboards Outside Ebbing, Missouri), aktor terbaik Garry Oldman (Darkest Hour), dan sutradara terbaik Guillermo De Toro (The Shape of Water) yang melakukan pembelaan terhadap kaum imigran yang selama ini terdiskrimasi akibat kebijakan rasis Trump, perayaan Academy Award ini bisa menjadi sedikit terobati. De Toro sendiri adalah keturunan Meksiko yang cukup sukses dengan film-film fantasy seperti Crimson Peak, Hellboy, Blade II, dll. Menurutnya tak seharusnya dunia yang semakin terbuka seperti saat ini masih ada kebijakan aneh yang melarang seseorang mencari dunia baru untuk memperbaiki hidup.

Shape of Water.jpg

Saya secara pribadi tidak begitu menyukai model film fantasy yang hanya cocok untuk remaja itu sebagai film terbaik. Bahkan sejak orang menggilai film seperti The Matrix atau Transformers, saya selalu bertahan paling akhir untuk tidak menontonnya. Ketika pada 2009 saya berada di Malaysia dan rekan-rekan sesama kursus Bahasa Jerman menunggu penuh harap pemutaran film Transformers, saya menyambutnya dengan dingin. Ketika akhirnya saya memilih nonton film itu bersama teman-teman, saya anggap telah rugi satu semester menonton film seperti itu.

IMG_20170715_165458_HDR.jpg

Saya lebih suka dengan film sejarah atau berlatar belakang sejarah seperti Saving Private Ryan atau Titanic. Film-film seperti itu memiliki nilai kemanusiaan yang menukik hingga ke dalam sanubari kita. Film yang berarti bahwa kehidupan adalah sesuatu yang harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh oleh semua umat, dan bukan menumbuhkan daya bunuh dan kerusakan melalui perang dan keangkuhan.

Namun film nominasi tahun ini yang berlatar-belakang perang dunia II seperti Dunkirk pun tidak terasa nuansa epic-nya. Kalah jauh dengan film seperti English Patient atau Valkyrie. Film Dunkirk kehilangan fokus tentang nilai kemanusiaan yang akan dieksploitasi pada sosok utama dalam film. Terlalu banyak figur sehingga tak terlihat mana aktor utama yang perhatian. Film berisi sketsa dari beberapa even yang terpisah-pisah, dengan masalah yang juga terpilah-pilah.

Satu film berlatar-belakang perang dunia ke-II yang menarik perhatian, Darkest Hour. Film yang mengangambarkan sosok perdana menteri Inggris, Winston Churchill, yang sempat gamang dengan pilihan antara melawan sosok gigantik perang Adolf Hitler atau melawannya. Saat itu tak ada kekuatan dunia sekarismatik HItler yang begitu menakutkan musuh-musuhnya, bahkan ketika mereka bersekutu.

Malam ini malah saya menikmati film pemenang Oscar pada 2001, Gladiator yang melambungkan bintang film asal Autralia, Russel Crowe, sebagai bintang film dunia. Film yang berlatar-belakang abad kedua masehi itu memperlihatkan sejarah seorang panglima perang yang kemudian difitnah hingga menjadi budak, dan kemudian bisa menunjukkan kekuatannya menjadi gladiator, hingga akhirnya memilih mati terhormat dengan membunuh penghianat Roma yang menjadi raja setelah membunuh ayahnya, Marcus Aurellius.

Gladiator.jpg

"Kau hanya perlu tersenyum kepada kematian, dan kematian akan tersenyum kembali padamu", satu dialog yang terjadi antara Maximus dengan Commodus, sang kaisar pengecut dan incest. Dialog itu memperlihatkan kekuatan mental orang yang tak takut mati dengan orang yang serba takut kehilangan termasuk nama besar sebagai seorang raja. Film ini telah saya tonton lebih 11 kali, dan masih terasa getarnya. Persis seperti getaran mata dan pelukan pertama di dalam kendaraan.

Sejak itu saya mulai menyukai film-film yang dibintangi Crowe seperti A Beautiful Mind, Robin Hood, The Water Diviner_, dan American Gangster. Aktingnya di film State of Play juga sangat mengagumkan. Seorang wartawan yang tidak puas dengan fakta permukaan pipi dan berani mengambil resiko masuk ke dalam sukma kebenaran termasuk ketika ada ancaman yang bisa mempermalukan reputasinya. Film ini mengajarkan kita untuk menggali lebih dalam fakta, tidak hanya berenang di permukaan yang cemong.

Begitulah. Oscar ke-90 memperlihatkan film terbaik yang tertukar. Andai pemenang tahun ini adalah Darkest Hour, Phantom Thread, atau The Post, saya lebih lega.

But anyway that we call the show business. You just need to enjoy the sparklings are left.

Steemit Bahasa Indonesia.jpg

Sort:  

Inilah sebenarnya sisi lain seorang penulis handal, tidak melulu di satu titik, one target, tetapi apa saja yang jadi paparan nya, selalu jadi menarik untuk dibaca dan di ulang - ulang dalam membaca, seorang penulis sebuah hal biasa, jadi luar biasa,,, senang rasanya berada di tengah - tengah penulis handal sekelas @teukukemalfasya semoga suatu saat saya bisa melihat guratan dan garis telapak tangan tengku, kok bisa - bisanya sih nulis kayak gitu

Boleh @arispranata5 kapan saja.... Semoga ada kesempatan kita bertemu. Thanks

Kalau ada kegiatan - kegiatan sosial, entah baca tulis atau apa lah, yang sekiranya membawa satu mamfaat kirimi saya undangan, saya ingin belajar lebih dari seorang @teukukemalfasya

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.13
JST 0.027
BTC 58309.71
ETH 2617.30
USDT 1.00
SBD 2.42