Jangan Lagi Bersumpah Pemuda!

in #indonesia7 years ago (edited)

Pada 28 Oktober 2017 saya habiskan waktu di rumah seorang teman, Yusradi Usman Al Gayoni, seorang pemuda Gayo yang memiliki passion yang besar pada perubahan dan kemajuan.

IMG-20171028-WA0032.jpg

Ia bekerja sebagai pemilik sebuah penerbitan, yang awalnya kecil dan tidak cukup dilirik, tapi kini telah menjadi penerbit bonafide karena melakukan pekerjaan yang benar dan profesional. Mahara Publishing namanya.

IMG_20171028_132641.jpg

Maksud utama saya mengunjungi Yusradi adalah untuk wawancara tentang masyarakat dan kebudayaan Gayo demi kepentingan tulisan etnografi saya. Ada banyak informasi yang saya dapatkan dan juga jaringan pengetahuan lainnya, yang bisa membuat saya semakin jatuh cinta pada etnis kedua terbesar di Aceh. Saat ini menurut perkiraan Yusradi jumlah populasi Gayo tempatan dan diaspora sekitar 500 ribu. Ada banyak kehangatan dan persahabatan yang tumbuh dalam dialog itu, seolah-olah kami sudah berteman bertahun-tahun. Padahal itu adalah pertemuan fisik pertama.

Salah satu kisah yang disampaikan adalah komitmennya dalam menghidupkan gerakan literasi terutama tentang Gayo. Kini memang publikasi tentang daerah Linge itu semakin marak.

Ia tinggal di Gunung Sindur, Tangerang Selatan, Banten. Saya menggunakan komuter dan turun di Stasiun Rawa Buntu untuk bisa mencapai rumahnya. Waktu tempuh dari Stasiun Tanah Abang 40 menit, dan Yusradi menjemput saya di stasiun itu.

IMG-20171027-WA0059.jpg

Namun perjalanan ke rumahnya ternyata cukup mengejutkan. Jalannya sungguh buruk. Saya bandingkan hampir sama dengan buruknya jalan ke Alue Ie Mirah, Kecamatan Nurussalam, Kabupaten Aceh Timur. Jika jalan di Aceh Timur itu hancur oleh truk tronton pengangkut sawit dan bahan berat milik perusahaan migas, jalan di Gunung Sindur hancur oleh truk raksasa pengangkut galian C.

IMG_20171028_142856.jpg

Uniknya masyarakat tidak protes. Jika jalan dI Julok Aceh Timur yang menyumbang debu kepada masyarakat, protes warga mengejutkan pihak keamanan, disini protes seperti hantu di Film Pengabdi Setan. Tidak tervisualisasi. Mereka takut pada sesuatu yang tak konkret.

Masyarakat menahan derita dari jalan buruk karena memang daerah ini sedang diimpit pelbagai mega proyek. Beberapa hal akan direalisasikan dalam waktu dekat seperti terminal dan jalan tol. Belum lagi ada beberapa industri seperti perkebunan buah dan peternakan sapi. Bisnis itu dimiliki oleh jenderal pensiunan yang sedang berkuasa. Apa yang bisa dilakukan oleh pemuda sekitar menghadapi situasi itu? Praktis tak ada. Hanya mencoba mengutip remah-remah dari uang receh yang terlempar di jalan.

IMG_20171026_120427.jpg

Yusradi ketika pertama tinggal di daerah ini sempat memobilisasi warga untuk menarik kontribusi yang lebih konkret kepada perusahan pemilik truk-truk, berupa material untuk meratakan jalan dan kemudian menyemen. Namun gerakan seperti ini sulit diwujudkan karena pragmatisme dan mungkin juga opurtunisime pemerintahan desa. Kepala kelurahan mungkin juga sudah "bungkam dengan gula-gula tumpahan proyek".

Situasi seperti ini membuat saya berpikir, apa gunanya memiliki sejarah Sumpah Pemuda 1928 jika youngsters masa now menjadi sedemikian disfungtif dan imponten. Apa guna muda jika tak pernah memberontak pada situasi? Untuk apa darah muda jika tak pernah marah pada kebatilan yang menggencet wong cilik? Pemuda tentu bukan Annabelle yang manis seperti patung, dan baru menggerutu ketika ruangan telah hampa oleh manusia.

Di tengah rasa marah saya di dalam hati, saya lihat truk tronton melewati kami seperti lalat meja terhela sapu. Mobil yang kami gunakan sedemikian kecil dan sedemikian kecut menghadapi para raksasa otomotif itu.

IMG_20171028_132714.jpg

Mana mahasiswa? Mana pemuda? Mungkin mereka sedang mempersiapkan zonk party malam minggu, atau ukur jalan, atau makan angin. Sementara nalar publik tidak tumbuh, keberanian juga menyempil ke dalam seperti tekstur vagina.

Padahal Soempah Pemoeda 89 tahun lalu itu adalah gairah tak tertahankan untuk meledak melawan penindasan bangsa asing. Kids zaman now malah takut pada kolonialisme lokal. What an ironic has been happening?

Jika begitu, hai pemuda, tak usah kau bersumpah lagi. Sumpahilah hari-harimu yang zonk dan sunyi dari idealisme. Mari kita tenggelam dalam kekalutan.

28 Oktober 2017


ANTRO.gif

Sort:  

Lalu muncul pertayaan, siapa yang "membayar" kifarat sumpah pemuda. Pertayaan ini muncul begitu saja, tidak bermaksud menolak fakta kebangkitan pemuda Indonesia di masa lalu.

Salam pemuda bergerak.

Yang bayar pemuda masa past time. Pemuda era now makanya gak usah bersumpah lagi. Laksanakan saja apa yang belum tuntas

Mantap teukukemal

Aduh pak dosen ngamuk!

Ini yang perlu kita syukuri, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, menandai posisi strategis kaum muda dalam perubahan berskala bangsa. Nilai politis Sumpah Pemuda adalah sebagai instrumen perlawanan atau platformdari sebuah front kesatuan nasional dalam melawan penjajah. Budi Utomo atau lain yang masih berjuang secara parsial, melebur dalam jaringan perjuangan front nasional tersebut. Konsep perubahan yang terkandung dalam Sumpah Pemuda jelas adalah kemerdekaan Indonesia yang dianggap masih prematur untuk dikemukakan dan dikhawatirkan serta mengaborsi perjuangan kemerdekaan negara kita.

Permasalahannya hari ini apa kita bisa mengambil sari pati perjuangan itu secara benar dan hidup dalam konsep perjuangan untuk era sekarang. Tantanganmu adalah melawan bangsamu sendiri, kata Bung Karno.

Setuju pak @teukukemalfasya....
Semoga generasi kita tidak melupakan sejarah bangsa,

Padahal Soempah Pemoeda 89 tahun lalu itu adalah gairah tak tertahankan untuk meledak melawan penindasan bangsa asing. Kids zaman now malah takut pada kolonialisme lokal. What an ironic has been happening?

Jika begitu, hai pemuda, tak usah kau bersumpah lagi. Sumpahilah hari-harimu yang zonk dan sunyi dari idealisme. Mari kita tenggelam dalam kekalutan.

memang pak dosen @teukukemalfasya sangat mantap.. saya selalu menunggu kata-kata yang menjadi pemantik yang kritis tapi di tulis dengan bahasa yang sangat sopan ..

njou kheun ureung aceh uleu beu mate, ranteng bek patah

Hahaha... Thanks pak @steem77. Walaupun redaksi disini agak sakartis, tapi semoga bisa dipahami sebaliknya

Ha ha ha ha .. perlu membaca beberapa kali dari postingan ini, sehingga steemian bisa memahaminya .. hahaha ...

Pemuda zaman now emang suka begitu hahaha....

Maka pemuda Indonesia memerlukan pendidikan yang baik serta lapangan kerja yang layak, supaya nantinya bisa membayar kifarat "sumpah" yang telah ia ucapkan.

Silahkan pilih, bersumpah dulu atau siapkan bekal untuk membayar setiap sumpah yang telah terlanjur terucap.

Masyarakat menahan derita dari jalan buruk karena memang daerah ini sedang diimpit pelbagai mega proyek. Beberapa hal akan direalisasikan dalam waktu dekat seperti terminal dan jalan tol. Belum lagi ada beberapa industri seperti perkebunan buah dan peternakan sapi. Bisnis itu dimiliki oleh jenderal pensiunan yang sedang berkuasa. Apa yang bisa dilakukan oleh pemuda sekitar menghadapi situasi itu? Praktis tak ada. Hanya mencoba mengutip remah-remah dari uang receh yang terlempar di jalan.

Ternyata ini postingan pertama ya pak @teukukemalfasya

Maksudnya? Ada banyak masalah steemit sekarang, ketika kita posting dan terjadi duplikasi

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 64349.20
ETH 2673.53
USDT 1.00
SBD 2.83