Hutan yang Hilang Takkan Kembali

in #indonesia7 years ago

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dan kunjungan museum dan Cagar Budaya Prodi Antropologi Unimal di Aceh Tengah dan Bener Meriah sejak 10-12 November 2017 memberikan banyak kesan.

IMG-20171112-WA0057.jpg

Perjalanan berangkat ke Tanah Gayo kami lalui melalui jalan Simpang KKA Aceh Utara - Takengon, sedangkan saat pulang melewati jalan lama Takengon - Bireun. Jalur ini sudah sangat lama tidak saya lalui, kira-kira hampir 10 tahun lamanya.

IMG-20171112-WA0067.jpg

Perjalanan pergi memberikan kesan "luka" lingkungan yang memerihkan, tapi perjalanan pulang terutama di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) di Bener Meriah memberikan kesegaran dan harapan. Hutan alam raya ini masih lebih perawan dibandingkan KEL di Sumatera Utara ketika kita melewati jalan Brastagi. Monyet-monyet liar mudah dijumpai di tepi jalan, dengan tubuh sehat dan terawat.

IMG-20171112-WA0052.jpg

Namun sayup-sayup kebanggaan itu rapuh dan runtuh ketika memasuki perbatasan Bireun. Memasuki Kecamatan Juli, tanda-tanda kerusakan alam mulai merambat. Sepanjang mata memandang, pohon pinus, damar, meranti, dll yang ada di hutan Bener Meriah tak lagi terlihat, terganti dengan hutan sawit dan semak belukar di wilayah Bireun; tanda pohon-pohon besar telah lama ditebang. Sesekali masih ada pohon kemiri yang menghias jalan.

IMG-20171113-WA0011.jpg

Namun, pohon sawit, tanaman "parasit" yang hanya menguntungkan pengusaha dan penguasa dengan lenggak-lenggok politik suap dan fee-nya sungguh melendirkan mata. Masih indah melihat pohon kopi dan tanaman pelindungnya Pete China/Lamtoro dibandingkan sawit yang mengkerakkan tanah saat musim kemarau. Lahan-lahan rusak terbakar merusak pemandangan di tengah hamparan hijau yang seharusnya menjadi rimba.

IMG_20171111_144215.jpg

Perdamaian Aceh atau dikenal dengan istilah Memorandum of Understanding on Peace Agreement between Government of Indonesia (GoI) and Free Aceh Movement in Helsinki, August 15, 2005, telah melahirkan masalah baru bagi lingkungan. Kelompok yang tersentral dalam kekuasaan secara tak sadar memanfaatkan perdamaian untuk menggadaikan hutan-hutan Aceh demi kepentingan pragmatis dan jangka pendek.

Terlihat daerah yang menjadi basis konflik di masa lalu dan kemudian menjadi basis kekuatan politik lokal di saat damai, paling menderita situasi ekologisnya. Kepala daerah dengan murah mengeluarkan konsesi industri perkebunan dan perkayuan dari lahan konservasi. Menurut Yayasan Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA), dalam 10 tahun perdamaian Aceh hampir 300 ribu hektar hutan Aceh hilang akibat deforestasi dan illegal logging. Itu setara 32 ribu hektar hutan lenyap setiap tahun.

IMG_20171111_144356.jpg

Hutan hilang menjadi grievance yang sangat menyesakkan, melebihi duka cita akibat perang dan kecelakaan kenderaan. Sebab hilangnya hutan menyebabkan penyusutan oksigen, air, obat-obatan, dan perlindungan iklim. Orang yang kehilangan udara segar cenderung menjadi geragas dan pendek akal, sehingga muncul konflik dan kekerasan. Perlu juga dicari landasan ilmiahnya melalui riset, bahwa orang yang terbiasa hidup di daerah rusak akan menjadi agen penggebuk lingkungan. Baru berhenti ketika Tuhan mencabut masa hidupnya di dunia.

Keriangan mahasiswa saya menikmati alam seperti di tepi Danau Lut Tawar tidak akan bertahan lama jika alam dan hutan dirusak dengan cepat. Senyum yang mengembang bisa menjadi kecut dan menciut jika alam yang segar dan sejuk ini menjadi padang pasir akibat pohon-pohon ditebang, dan keserakahan merajai alam.

IMG-20171113-WA0004.jpg

IMG-20171113-WA0003.jpg

IMG-20171113-WA0009.jpg

13 November 2017

TKFUN.gif

Sort:  

Sangat penting buat mahasiswa/i antropologi melakukan trip PKL seperti itu pak, krn bisa mengasah mental mahasiswa dalam berinteraksi/melakukan penelitian dasar etnografi dg masyarakat gayo. Kalau bisa kegiatan spti ini rutin dilaksanakan setiap tahunnya di tanah gayo pak @teukukemalfasya.

Ya... Daerah kita kaya akan kebudayaan dan kesenian, kenapa pulak harus ke daerah lain. Bisa jadi laboraturium Antrop Unimal

PKL mahasiswa/i Antropologi Universitas Malikussaleh kali ini memberikan manfaat 2 arah. Pertama sebagai tugas perkuliahan, kedua sebagai jalan untuk memberi pemahaman pada mahasiswa bahwa betapa pentingnya hidup berdampingan dengan alam.
Di tangan pendidik yang peduli dan mencintai alam layaknya Bang @teukukemalfasya, mahasiswa akan menjadi harapan bagi masa depan bangsa.

Sebuah tindakan kepedulian kepada lingkungan yang bersahaja

Permasalahan yang besar tapi dianggap sepele oleh Pemimpin kita Pak @teukujemalfasya, dampaknya pun baru akan terasa beberapa tahun yang akan datang, meski sebenarnya kalau kita jeli sekarangpun itu sudah terasa. Tapi apa mau dikata, Pemimpin kita tidak peka terhadap aset yang berharga.

Nanti saya akan tulis khusus tentang hancurnya hutan Nisam Antara. Aceh utara akan kesulitan air di tahun-tahun mendatang

Oh mak, hilang fokus gara2 na sidroe dara cantek hahaha

Bek sampe gadoh... Tetap fokus

perjalanan yangsangat menyenangkan, namun sayang banyak pembalakan liar yang dapat mengurangi keindahan dan apat mengakibatkan banjir dikemudian hari :(

Bertus dengan modelnya Pak Kemal... Hehehe..

Kalau mau boleh kita bagi wa... Hehe

Hahaha, biarkan yang muda saja Pak Kemal... Hehehe..

Waah... Pak, titip salam saya(ng) buat mahasiswi-mahasiswi anda!

Hehehe....

Masih banyak lagi yang tidak tertangkap kamera

Rusaknya hutan (deforestry) di lokasi tsb disebabkan penebangan hutan secara liar dan alih fungsi lahan. Dimana umumnya sebelumnya ditanami pinus sekarang dialihkan ke fungsi lain spt utk perumahan, tanaman kopi, dan tan lainnya

Ya... Pohon pinus ternyata juga memberikan kesejukan alami... Namun akan mengerikan jika ia menjadi perkebunan yang tidak ditata dengan misi ekologis yang tepat.

Semoga ada yang peduli dan menyampaikan pesan kepada pemerintah terkait hal ini.

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.14
JST 0.028
BTC 59117.70
ETH 2597.31
USDT 1.00
SBD 2.43