The Proverbial Aceh Harôh Ta Hudép Wajéb Ta Maté

in #indonesia6 years ago (edited)

Pepatah Aceh Harôh Ta Hudép Wajéb Ta Maté

1982182_380671188738783_2078548471_n.jpg

When there are family members who are severely ill, the people of Aceh always pay attention to the signs of death. Among the signs someone will die can be seen from the nose suddenly become round. Aside from the mark, his back was like one with the bed, his voice coming out in the pitched (heard from inside not from the mouth) and his forehead falling. If the signs are present in the sick, the family members are obliged to tilt their faces towards the direction of mecca (guidance) and be guided by saying "Lailaha illallah" to exhaling the last breath. The Acehnese desperately want all members of his family to die in faith.

Ketika ada anggota keluarga yang sedang sakit keras, masyarakat Aceh selalu memperhatikan tanda-tanda kematian. Diantara tanda-tanda seseorang akan meninggal bisa dilihat daru hidungnya dengan tiba-tiba menjadi bulat. Selain dari tanda tersebut punggungnya seperti menyatu dengan tempat tidur, suaranya keluar di kerongkingan (terdengar dari dalam bukan dari mulut) dan keningnya jatuh. Jika tanda-tanda sudah terdapat pada orang sakit maka anggota keluarga diwajibkan memiringkan mukanya ke arah kiblat (mekkah) dan dipandu mengucapkan "Lailaha illallah" sampai menghembuskan nafas penghabisan. Orang Aceh sangat ingin semua anggota keluarganya mati dalam iman.

Most of the people of Aceh do not want to bother others in the face of death and after death. Do not want to trouble his family members or others in this case the neighbors and the community whole village. Death in the beliefs of the Acehnese people is called to Rahmatullah. Some more trips must be taken before reaching the Hereafter. Death is a duty, from which there is an Acehnese proverb inherited from generation to generation "Harôh ta hudép wajéb ta maté." Therefore, the faithful Acehnese always prepare for death by doing good and good deeds and abstain from ugly and sinful deeds.

Sebagian besar masyarakat Aceh tidak ingin merepotkan orang lain dalam menghadapi kematian dan setelah kematian. Baik anggota keluarganya maupun orang lain dalam hal ini para tetangga dan masyarakat sekampung. Kematian dalam keyakinan masyarakat Aceh merupakan dipanggil ke Rahmatullah. Beberapa perjalanan lagi harus ditempuh sebelum sampai ke akhirat. Mati merupakan kewajiban, dari itu ada pepatah Aceh yang diwariskan turun temurun "Harôh ta hudép wajéb ta maté." Oleh sebab itu masyarakat Aceh yang beriman selalu mempersiapkan kematian dengan mengerjakan kebaikan dan amal shalih serta menjauhkan diri dari perbuatan jelek dan berdosa.

IMG_20180523_010949.jpg

During the life of the Acehnese people will provide their own shroud, save for the cost of death and even save the board to make coffins (kennels). In the past, the community made a house made of wood. Boards dedicated to coffins are affixed to the walls of certain houses and called "papeuën keureunda" which means coffin boards. If one or one of the family members is dead the board is removed from the wall to be made a kennel. Old Acehnese women usually prepare savings in gold for themselves and family members called "ujông kafan."

Semasa hidup di dunia masyarakat Aceh akan menyediakan kain kafannya sendiri, menabung untuk biaya kematian dan bahkan menyimpan papan untuk membuat peti mati (keranda). Dahulu, masyarakat membuat rumah berbahan kayu. Papan yang dikhususkan untuk peti mati ditempel pada dinding rumah dibagian tertentu dan disebut dengan "papeuën keureunda" yang berarti papan peti mati. Jika yang menyediakan atau salah satu anggota keluarga mati maka papan tersebut dibongkar dari dinding untuk dibuatkan keranda. Wanita tua Aceh biasanya menyiapkan tabungan dalam bentuk emas bagi dirinya dan anggota keluarga yang disebut dengan "ujông kafan."

Death, in Adat Aceh, must be notified to the local Keuchik and Teungku Meunasah. Next Teungku Meunasah will announce through a loudspeaker in the meunasah to be known by all citizens. The news of death must also be communicated to relatives both near and far, in terms of the people of Aceh called "jak seutoët waréh." Relatives and friends must also be informed, first by sending messengers, letters and telegam but now more easily sent information via phone or sms.

Kematian, dalam Adat Aceh wajib diberitahu kepada Keutjhik dan Teungku Meunasah setempat. Selanjutnya Teungku Meunasah akan mengumumkan melalui pengeras suara di meunasah untuk diketahui oleh seluruh warga masyarakat. Berita kematian juga wajib diberitahukan kepada sanak famili baik yang dekat maupun jauh, dalam istilah masyarakat Aceh disebut "jak seutoët waréh." Kaum kerabat dan handai taulan juga wajib dikhabari, dahulu dengan cara mengirim utusan, surat maupun telegam namun sekarang informasi semakin mudah dikirim melalui telepon maupun sms.

IMG_20180522_214924.jpg

Teungku Meunasah together with the keuchik will take care and coordinate the funeral procession, from bathing, shrouding, worshiping to burying. All the processions are done in mutual assistance with the villagers. Visiting the funeral home in Aceh terms is called "keumeunjông", this is generally done from the day of death to the seventh day. Tahlilan is held at night to pray for the salvation of the dead in the grave. That's how the people of Aceh see and handle and prepare for his death. Death is a bridge to the next nature that is the grave.

Teungku Meunasah bersama keuchik akan mengurus dan mengkoordinir prosesi pemakaman, mulai dari memandikan, mengkafani, menyembahyangkan hingga menguburkan. Semua prosesi tersebut dikerjakan secara gotong royong bersama warga sekampung. Mengunjungi rumah duka dalam istilah Aceh disebut "keumeunjông", hal ini umumnya dilakukan mulai dari hari kematian hingga hari ketujuh. Tahlilan digelar pada malam hari untuk mendoakan keselamatan orang yang meninggal di alam kubur. Begitulah masyarakat Aceh memandang serta menangani serta mempersiapkan kematian dirinya. Kematian merupakan jembatan untuk menuju alam berikutnya yaitu alam kubur.

Sort:  

Hana saket pak, man awai na mupok, poto untuk kelengkapan tulisan sagai lon cok atra awai

Bagah puleh pak taslem

Nyan saket awai bg @jaff😊
Kon jino, poto untk kelengkapan data tulisan, terpaksa ta cok poto awai.

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.15
JST 0.028
BTC 57687.08
ETH 2333.23
USDT 1.00
SBD 2.36