17 Agustus 1945 Hari Lahirnya

Tepat pada 72 tahun yang lalu, pada hari Jumat 17 Agustus 1945 jam 10 Pagi Indonesia Merdeka, Soekarno-Hatta Memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia, Dan Pada saat itulah beliau lahir ke dunia. Seorang anak Tentara Indonesia terlahir Ke dunia bertepatan dengan Tahun, Bulan, Tanggal dan Jam kemerdekaan Negara Republik Indonesia, namun dengan tempat berbeda yakni di Meulaboh, Kecamatan Johar Pahlawan Desa Gampoeng Likot. Samsul Bahri adalah nama yang diberikan orang tuanya.

Kini usia beliau tepat 72 Tahun, sama seperti Hari Kemerdekaan NKRI, perjumpaan saya dengan beliau berawal dari silaturrahmi kami kepada sahabat kami yang ditimpa musibah, sebuah perjumpaan yang tidak disengaja, Beliau sedikitnya menceritakan kisah Kelahirannya yang bertepatan dengan kemerdekaan Indonesia dan kisah hidupnya dari tentara dan sampai saat ini.

Sebuah keberuntungan bagi Beliau terlahir bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Indonesia, Pemerintah Indonesia yang saat itu di Pimpin oleh Presiden Soekarno memberikan perlakuan yang sangat istimewa berupa sebuah surat dengan tanda tangan tinta emas kepada siapa saja penduduk indonesia yang kelahirannya bertepatan dengan kemerdekaan Indonesia. Sebuah Surat Keramat diberikan kepada Samsul Bahri, pendidikan gratis, semua kebutuhan dan apapun hal yang menyangkut dan berkaitan dengan lembaga negara, kepada yang terlahir dengan tanggal kemerdekaan mendapatkan pembebasan semua biaya ataupun administrasi lainnya. beliau bercerita di Aceh ada 4 kelahiran sama dengan beliau dan mendapatkan perlakuan khusus dari Presiden Soekarno karena terlahir di Hari Kemerdekaan Indonesia, yang berakhir pemutusan keistimewaan ini sejak kepemimpinan Soerharto.

Alangkah beruntungnya beliau Pendidikan SD, SMP diselesaikan di Meulaboh dengan biaya dari Pemerintah Indonesia dan Tahun 1964 harus pindah ke Banda Aceh sesuai tugas bapak beliau seorang Tentara, disana beliau melanjutkan Pendidikan SMA. Tahun 1968 Beliau melanjutkan Pendidikan Sarjana di bidang Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara. Namun sayang jiwa beliau bukanlah seorang yang menjiwai di bidang hukum, dan akhirnya drop out kuliah tahun 1972.

Pulang kampung, dan akhirnya beliau ingin mengikuti jejak orang tua sebagai tentara, Akhirnya memilih mengikuti CABA TNI, dan nasib berpihak kepada beliau. Lulus Sebagai Bintara Tentara Nasional Indonesia Tahun 1973. Hari demi hari dilalui sebagai prajurit TNI, tahun 1975 merupakan tahun bersejarah bagi Beliau, Tentara Indonesia diberangkatkan ke Timor Leste dan beliau adalah satu satu prajurit Raider 136 yang diberangkatkan, yang sebelumnya dilatih selama 9 bulan di Mata ie Banda Aceh. Menurut beliau ada Luhut Panjaitan dalam gelombang pengiriman tentara bersama beliau, Gelombang tentara yang diberangkat ke Timor Leste adalah yang ke-3, dan kebanyakan semuanya tentara Aceh.

Alhamdulillah dari 1100 orang tentara yang diberangkat semuanya kembali dengan selamat, tidak seperti gelombang sebelumnya, beliau menceritakan bahwa saat bertugas selalu melakukan pendekatan dari hati-hati dengan para pemberontak Fretelin, sehingga membuat suasana lebih kondusif, mereka sama-sama mengetahui dan menjaga jangan sampai terjadi keributan menuggu proses diplomasi saja, pada saat itu Timor Leste di Pimpin Enrico Guterres. Berbeda di Gelombang sebelumnya yang kata beliau lebih mengandalkan kekuatan senjata. Menurut cerita beliau Tentara satuan dari Sriwijaya sebelumnya diberangkatkan 1200 tentara dan yang kembali 1000 tentara, gelombang kedua divisi Kujang diberangkatkan 1500 orang tentara dan kembali pulang dengan 1000 tentara.

Beliau bersyukur sekali pulang dengan selamat, Namun karier kemiliteran beliau harus berhenti pada Tahun 1979. Perselisihan beliau dengan Komandan membuat beliau harus mengikuti sidang mahkamah militer dan akhirnya dikeluarkan dari Tentara Nasional Indonesia. Beliau menceritakan komandannya bernama Syahril, keturunan Padan Sumatera Barat. Namun pada saat itu kehilangan pekerjaan dan karir kemiliteran bukan sebuah kemunduran hidup bagi beliau, sejak dikeluarkan dari tentara sebelum menikah masa hidupnya banyak dihabiskan berkerja dan merantau ke Sulawesi dan Kalimantan bahkan papua.

Setelah menikah dengan dikarunia 6 Anak beliau lebih banyak menghabiskan waktu dengan berprofesi sebagai pedagang dan menetap di Gampong Cot Seurani Muara Batu Aceh Utara.

Hal yang menarik dari Beliau adalah ketegasan, kedisiplinan dan kerahaman beliau yang saya kagumi, terlihat sehat dan masih bugar. Perlakuan ketegasan ala militer beliau terapkan terhadap anak-anaknya. Masa lalu telah beliau lupakan, kisah perang di Timor Leste dan Permasalahan masa lalu yang kehilangan karir di Tentara tidak dipermasalahkannya, menurut cerita beliau, perselisihan Beliau dengan Komandan Syahril berakhir setelah perjumpaan terakhir kali di acara Peresmian Bandara Malikussaleh di Bungkah, Komandan beliau Bridjen Syahril masih mengenali beliau dari Suara keras dan agak lantang.

Bertepatan pada 17 Agustus ini, beliau merayakan hari ulang tahunnya dan beliau teringat akan kelahirannya dan kisah perjuangan hidupnya dalam membela NKRI, dan kemajuan indonesia saat ini. 72 Tahun bukannlah waktu yang singkat. Berbagai asam garam pahit dunia sudah beliau rasakan, beruntung saya dapat mendengar cerita kisah hidup dan motivasi dari beliau.

Itulah cerita kisah hidup beliau sahabat steemian, yang terlahir 17 Agustus 1945 tepat dihari kemerdekaan NKRI tercinta. Mohon maaf jika kata dan kalimat tulisan masih ada yang salah.