Mereka yang luar biasa
Saya tidak terbiasa menulis ‚kisah nyata‘ karena saya berpikir bahwa itu tugas wartawan dan pemburu berita. Namun kisah ini benar-benar memberikan arti yang dalam buat saya sehingga akhirnya jemari ini pun mengetik kalimat-kalimat ini. Tulisan ini saya dedikasikan kepada tiga dan seribu pasukan garuda, tim hebat yang membuat saya bertambah bangga menjadi bagian dari satu kata dengan 250 juta jiwa di dalamnya.
Tokoh pertama adalah tokoh favorit semua orang. Dulu saat kakek saya menceritakan kisah kepahlawanan Soekarno saya merasa tidak beruntung karena dilahirkan terlalu lambat sehingga tidak dapat mendengar langsung saat singa podium itu berpidato. Namun saat saya mengenalnya, saya merasa beruntung karena menurut saya dia tidak berbeda dengan Soekarno. Semangatnya adalah semangat proklamasi, idenya adalah kesatuan dan darinya lah kami semua mengenal Garuda.
Dua tahun lalu saat untuk pertama kalinya kami merencanakan segalanya, banyak yang memandang sinis. Mereka mengatakan ini adalah ide yang terlalu muluk. Mereka menasehati kami sebagai mahasiswa harusnya memikirkan bagaimana lulus dengan baik, bukannya ‚main-main‘ di organisasi. Saat untuk pertama kalinya kami gagal, semua orang yang menuding kami. Seolah-olah mereka berkata: „Kan udah gw bilangin, ga mau denger sih lo!“. Semua orang yang bergabung saat itu patah semangat. Namun dia, tidak. Dia tetap berdiri di sana, dengan tekad sebulat baja ia tetap mencari celah. Dialah sumber inspirasi itu. Dialah yang mengumpulkan semangat dari setiap penjuru dunia untuk bersatu. Dialah yang selama ini kurang tidur untuk memikirkan kelangsungan segalanya. Dialah yang rela mengorbankan uang makannya demi membayar tagihan telfon yang membengkak karena harus berkoordinasi dengan banyak pihak. Dia juga yang dengan ikhlas mengesampingkan segala kepentingan pribadinya demi tujuan bersama. Jika Anda mencari orang pintar, akan banyak bertebaran di dunia ini. Jika Anda mencari orang kuat, Anda akan menemukan jutaan nama. Namun menemukan orang dengan semangat seteguh baja yang berjuang demi cita-cita luhur bangsanya, bisa Anda hitung dengan jari jumlahnya. Dialah salah satunya. Orang seperti ini tidak banyak di dunia, kawan. Dan seandainya saja orang seperti ini menjadi pemimpin masa depan Indonesia, saya tidak sabar untuk segera hidup di masa itu.
Tokoh kedua mengingatkan saya pada Gajah Mada. Panglima perang kerajaan Majapahit ini sangat terkenal seantero Indonesia. Dia bukan raja, namun Universitas tertua di Indonesia pun mengabadikan namanya menjadi nama mereka. Karena memang seorang Gajah Mada tidak perlu menjadi raja untuk mendapatkan penghargaan itu. Sama seperti Gajah Mada, ia pun tidak perlu menjadi raja untuk mendapatkan penghargaan. Jika Gajah Mada berkerja siang malam untuk mewujudkan Nusantara, maka dia bekerja siang dan malam untuk memastikan detil terkecil dari segalanya. Jika Gajah Mada mengatur strategi dan membangkitkan semangat pasukan saat berperang, ia mengatur bagian aplikatif dari sebuah konsep. Dan jika Gajah Mada memecah dunia dengan sumpah Palapa, maka ia menggemparkan ibu pertiwi dengan kerja kerasnya. Seandainya saja saya percaya akan konsep ‚dilahirkan kembali‘ maka saya yakin orang yang saya ceritakan ini adalah Gajah Mada yang dilahirkan kembali di masa kini.
Tokoh selanjutnya adalah tokoh yang tidak ada duanya. Tanpa dia, semua perjuangan ini tidak akan mendapat apresiasi seperti saat ini. He is the man! Ya, dialah orang yang membantu mewujudkan semua ini. Tanpa dia, ide ini akan terkubur bersama mimpi-mimpi kami di malam bersalju yang dingin. Tanpa dia, tidak akan ada dengung di seluruh penjuru dunia. Tanpa dia, kami akan tetap menjadi bahan bualan dan tertawaan orang banyak. Dialah yang menyelamatkan semuanya dan padanya semua berhutang.
Dia memang orang hebat. Namun satu hal yang sangat saya kagumi dari beliau bukanlah karena kehebatannya. Akan tetapi karena ia hebat namun tidak merasa hebat. Saya sering bertemu orang-orang cukup hebat. Biasanya dari cara berbicara, gerak laku dan sikapnya sudah terbaca (dan ingin orang-orang dapat membaca) bahwa mereka adalah ‚seseorang‘. Namun tokoh ini tidak sama sekali. Maka izinkan sekali lagi saya memberikan pujian tiada henti untuk beliau yang namanya juga tidak perlu saya sebutkan. Buat saya, karakter beliau adalah karakter kuat yang tidak merasa perlu untuk memperlihatkan kekuatannya. Ia adalah seperti Umar Yamin muda yang berbuat demi sesuatu yang diyakini lalu menyerahkan semua kepada yang Maha Kuasa.
Selanjutnya seribu pasukan Garuda yang berbaris di belakang mereka. Untuk mereka jualah tulisan ini tercipta. Untuk mata-mata yang menahan kantuk demi kesuksesan bersama. Demi tangan -tangan yang letih namun terus bekerja. Dan demi kepala, jiwa dan hati yang seteguh karang untuk terus berusaha pantang menyerah walau apa pun rintangannya. Dari diri mereka saya melihat Tan Malaka, Hatta, Hayam Wuruk, Tuanku Tambusai, Agus Salim dan pejuang-pejuang Nasional yang tekadnya teguh untuk membela ibu pertiwi. Mereka tidak sibuk berbicara tentang kebobrokan bangsa, mereka tidak sinis atau menghujat seperti yang banyak orang lakukan. Namun mereka berjuang untuk perubahan itu. Jika saja 10, 20 dan 30 tahun dari sekarang saya masih diberi kehidupan oleh Tuhan, saya akan dengan sangat bangga menceritakan kepada anak-cucu saya, bagaimana saya pernah mengenal orang-orang luar biasa ini.
Nusantara pernah disatukan oleh Majapahit dan Sriwijaya. Tanah air yang kita kenal sekarang adalah hasil revolusi para tokoh Bangsa tahun ’45. Saat ini tiga dan seribu pasukan Garuda yang berdiri di garda depan perjuangan bangsa. Revolusi itu tidak akan lama lagi, saya yakin itu.