[SteemiTrip - Get Lost In Pulo Aceh] DAY 1: Hari Keberangkatan

in #indonesia7 years ago

IMG-20180201-WA0014-01.jpeg

Day 1: 30 Januari 2018

Matahari sedang terik-teriknya saat aku menyusuri jalanan Banda Aceh siang itu. Tujuanku adalah sekretariat Aceh Documentary Competition (ADC), tempat aku dan @fauziulpa janji untuk bertemu. Semalam, Fauzi mengatakan bahwa dirinya akan pulang ke kampungnya di Pulo Aceh dan aku menawarkan diri untuk ikut serta. Fauzi tak keberatan dan kami sepakat untuk bertemu siang ini di tempatnya.

Lampu merah simpang Seulawah terasa sangat lama berlalu. Keringat mulai membasahi kaus yang ku kenakan siang itu. Saat menanti lampu hijau yang terasa sangat lama itulah, aku teringat @homalamba dan @fooart yang mengatakan bahwa mereka belum sekalipun menjejakkan kaki di Pulo Aceh. Lantas aku berbelok kekiri menuju ke Bivak Emperoom. Padahal sekret ADC sudah di depan mata, tepatnya di seberang jalan sana.

Sampai di @kanotbu, kudapati @homalamba masih terlelap di kamar belakang bersama @only.home. Hanya @fooart yang sudah terjaga dan sedang sibuk mengetik sesuatu di gawainya.

"yuk, ke pulo. Apa tidur aja. Jalan-jalan kita", Ajakku sambil membangunkan @homalamba.

"Kapan berangkat", Tanya @homalamba sembari menghalau kantuk yang masih tersisa.

"Sekarang. Satu jam lagi. Ikut? Cepat, gausah mandi lagi. Cuci muka aja"

Tak sampai limabelas menit, @homalamba telah selesai berkemas. @foaart juga menyatakan diri ikut serta pada perjalanan kami kali ini. Kami pun memacu sepeda motor ke kantor ADC untuk menjemput @fauziulpa untuk kemudian bergegas menuju pelabuhan Lampulo. Pelabuhan ini sebenarnya tempat mangkal beberapa kapal pencari ikan yang kemudian juga digunakan sebagai pelabuhan penyebrangan menuju Pulo Aceh.

Sampai di pelabuhan Lampulo, kami langsung antri untuk menaikkan sepeda motor ke atas kapal. Untuk satu sepeda motor, kami harus membayar uang sejumlah Rp. 20.000 kepada buruh pelabuhan sebagai uang jasa mengangkut motor keatas kapal. Setelah memastikan sepeda motor kami sudah berada di atas kapal, kami singgah sejenak ke warung nasi untuk makan siang sembari menungu kapal berangkat.

Tepat pukul 14. 15 WIB, kapal meninggalkan pelabuhan. Kapal yang kami tumpangi adalah sebuah kapal nelayan berukuran 34 GT yang difungsikan sebagai angkutan penyebrangan. Aku, @homalamba, @fooart, dan @fauziulpa memilih duduk di buritan kapal sambil menikmati pemandangan laut yang terhampar luas.

IMG_20180130_141410.jpg

Setelah satu jam setengah perjalanan, kapal kami mulai memasuki Arus Lampuyang. Itu adalah sebuah selat yang memisahkan Pulo Breuh dan Pulo Nasi - dua pulau berpenghuni dalam gugusan Pulo Aceh. Susah payah kapal kami membelah arus yang mengarah ke barat tersebut. Beberapa kali kapal kami nyaris tak bergerak akibat dihantam kuatnya arus. Setengah jam berkutat dengan arus lampuyang, sang pawang akhirnya behasil membawa kapal yang kami tumpangi melepaskan diri. Kapal kembali mengarahkan haluan menuju utara. Tujuannya adalah Pelabuhan gugob di Pulo Breuh.

IMG_20180130_155906 (1).jpg
Arus Lampuyang

IMG_20180130_164114.jpg
Suasana di Sekitar Pelabuhan Gugop

Kapal merapat ke pelabuhan pukul 16.25 tepat. Setelah membayar ongkos kapal sebesar Rp. 50.000 -masing-masing Rp. 25.000 untuk orang dan sepeda motor, ditambah uang jasa buruh pelabuhan sebanyak Rp. 20.000 sebagai ongkos menurunkan motor, kami langsung menuju ke sekretariat pemuda gampoeng Ulee Paya. Disana kami beristirahat sejenak sebelum melanjutkan petualangan kami.


Riak gelombang menepuk-nepuk bibir pantai Pasie Lambaro. Hari kian renta dan matahari mulai turun ke peraduannya. Kami menikmati indahnya senja disana dan mengabadikannya kedalam beberapa lembar foto. Sayang sekali cuaca saat itu kurang bersahabat. Langit di ufuk barat gelap ditutupi awan. Saat matahari telah benar-benar tenggelam, kami melanjutkan perjalanan menuju Gampoeng Lapeng. Itu adalah sebuah pemukiman terpencil di kaki gunung Goh Cumoek - Sebuah gunung tertinggi di Pulo Breuh.

IMG_20180130_184230.jpg

Di Lapeng, aku sempat berkenalan dengan seorang pria tua mantan kepala desa di sana. Ketika kutanya nama, ia mengaku bernama Nurdin. Tapi di kartu identitasnya, nama yang tertera justru Jalaluddin. Oleh masyarakat sekitar ia akrab dipanggil Yah Bang. Dari penampilannya, kutaksir usia Yah bang tak kurang dari 60 tahun. Namun badannya masih tegap. Urat di lengannya menyembul liar menandakan kerasnya hidup yang ia jalani semasa muda.

"Dulu, waktu pertama pindah kesini pak camat tidak tahu siapa nama saya. Dia ingatnya cuma "Din" saja. Yasudah, ditulislah Jalaluddin", Akunya.

Yah bang sehari-hari mencari nafkah dengan membuka sebuah warung kopi sederhana di depan rumahnya. Di depan warung kopi itu, tergeletak sebuah becak yang kini sudah tak berfungsi. Becak itu dirakit sendiri oleh Yah Bang sebagai kendaraan pengangkut barang. Becak itu digerakkan oleh sebuah mesin dongfeng berkekuatan 7 PK.

IMG_20180130_215021.jpg

"Kalau pakai mesin honda (sepeda motor), mana sanggup mengangkat kayu, semen, pasir, melewati jalanan berbatu begitu", Ujarnya.

Jalan menuju ke Lapeng memang jauh dari kata mulus. Untuk menuju kesana, kami harus melalui jalanan mendaki dan menurun yang curam dengan medan berbatu. Oleh karena itu, Yah Bang harus menyesuaikan diri dengan buruknya akses jalan tersebut. Ia memodifikasi mesin dongfeng bekas perahu motornya sebagai mesin penggerak becak agar kuat menanjak.

IMG_20180130_215047.jpg

Kesan pertamaku saat berinteraksi dengan Yah Bang, ia adalah pribadi yang lucu. Berbagai lelucon mengalir lancar dari bibirnya yang keriput. Misalnya saat Yah Bang bertanya kepada kami apa penyebab penyakit malaria. Kontan saja aku menjawab nyamuk adalah sumber penyakit celaka yang pernah menderaku pada medio 2010 silam itu.

"Bukaaaan... Penyebab malaria itu bukan nyamuk, tapi nafas ular", Sanggahnya dengan gaya yang jenaka.

Dengan semangat ia menjelaskan kenapa nafas ular menjadi penyebab malaria sambil sesekali menyeringai memamerkan giginya yang nyaris tanggal seluruhnya. Hanya tersisa dua, seperti nenek-nenek dalam lagu kakak tua. Aku tak mampu menangkap keseluruhan isi cerita sebab tenggelam dalam tawa yang meledak begitu saja mendengar gayanya menuturkan cerita yang jenaka.

Disini, hampir semua orang yang kutemui memiliki kemampuan melucu yang nyaris sempurna. Mungkin bagi mereka, lelucon adalah satu-satunya penghiburan ditengah segala keterbatasan hidup. Daerah terpencil yang pernah luluh dilantak ombak smong pada 2004 lalu itu membuatku jatuh cinta pada kunjungan pertama. Bukan pada keindahan alamnya, melainkan karena keramahan masyarakat di sana yang tak segan berteman dengan siapa saja.

Jelang tengah malam, kami menuju ke Pelabuhan Lapeng untuk bermalam. Kami memanfaatkan sebuah pondok setengah jadi di tepi pelabuhan sebagai tempat kami beristirahat malam itu. Angin laut bertiup mesra membelai kami yang mulai lelap. Berharap malam cepat berganti pagi dan bersiap untuk keindahan Lapeng yang telah menanti untuk dijelajahi.

IMG_20180130_155337.jpg

Bersambung....

image.png

image.png

Sort:  

Thank you for taking part in this months #culturevulture challenge. Good Luck.

Hana ubat dek bing...

Hehehe... Hana bpjs bg. Ubat jih na

Pajan-pajan meunyoe na watee me'en u susoh gampong lon sigoe, tajak meu'en u pulo gosong beh...

Siaaap... Lon preh droen woe u Nanggroe. Tajak u pulo gosong

Siaaap... Lon preh droen woe u Nanggroe. Tajak u pulo gosong

boleh lah,. hati2 malaria bembi

Makasih udah pernah bg... Hahaha

Congratulations! This post has been upvoted from the communal account, @minnowsupport, by senja.jingga from the Minnow Support Project. It's a witness project run by aggroed, ausbitbank, teamsteem, theprophet0, someguy123, neoxian, followbtcnews, and netuoso. The goal is to help Steemit grow by supporting Minnows. Please find us at the Peace, Abundance, and Liberty Network (PALnet) Discord Channel. It's a completely public and open space to all members of the Steemit community who voluntarily choose to be there.

If you would like to delegate to the Minnow Support Project you can do so by clicking on the following links: 50SP, 100SP, 250SP, 500SP, 1000SP, 5000SP.
Be sure to leave at least 50SP undelegated on your account.

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.15
JST 0.028
BTC 58251.65
ETH 2369.70
USDT 1.00
SBD 2.37