Mengurai Anu

in #indonesia6 years ago (edited)

Anu

"Sebagian otak adalah bikinan Tuhan. Ada rencana bantah?"

"Tak ada. Bagaimana dengan sisanya?"

"Tentu saja bikinan Tuhan juga!"

"Lantas kenapa engkau pilah?"

"Itu cuma soal gaya."

"Ehmmm…"

Itu sebab ia begitu lesat melaju hingga saat engkau berkata, “Coba kau apakan anunya itu, biar apa sikit, jadi nggak apa kali dia…” kawan yang sudah sekian juta detik menelusuri waktu bersama akan segera paham maksud. Tak gelagapan ia mencari makna. Daya tangkap pemahaman yang menunggangi kecepatan, melebihi gedoran pada sensor saraf sekitar dubur saat sinyal diare menyerang penjuru akhir metabolisme.

Bahkan ‘anu’ yang sungguh layak berpadan dengan ‘x’ dalam matematika dan ‘x’ yang berpadan dengan cabul di jagat porno bisa secara otomatis terpahami sebagai:

“Coba balikkan tempe yang sedang tergoreng dalam kuali agar kematangannya merata, supaya jangan sampai hangus.”

Juga mungkin berarti, “Tolong bersihkan lubang ventilasi supaya rumah ini tak terlalu berdebu…”

Sungguh… pemahaman mengenai keanuan yang mewujud pada kalimat di atas menjadi semacam ukuran tentang berapa karib lingkup pergaulan kita. Berapa kerap kita mengalami peristiwa serupa untuk merespon perintah sesuai dengan konteks. Nyaris tak yang salah memahami di antara para karib-kerabat.

“Coba kau apakan anunya itu, biar apa sikit, jadi nggak apa kali dia…” bukanlah misteri besar semacam Tabut… Kotak Pandora… Paradigma Kucing Schrodinger… HARP yang kabarnya bisa bikin gempa atau mungkin 9 Pria Tak Dikenal dari India…

***

Anu yang sesungguhnya berasal dari Bahasa Jawa itu telah berkembang ke penjuru Indonesia; seluas sebaran Orang Jawa di penjuru Nusantara. Mungkin sama luas dengan persebaran pecel yang mengalami ragam modifikasi oleh sang peracik yang tak lagi mesti bersuku Jawa. Anu yang sesungguhnya mengungkapkan ada sesuatu yang belum teridentifikasi, entah itu diksi, sosok ataupun situasi. Ia semacam delay dari ketibaan satu kata yang menggambarkan sesuatu. Itu saja.

Lantas masyarakat Melayu dan Batak di pesisir Timur Sumatra yang telah berinteraksi dengan sebaran Orang Jawa sejak masa ondernéming VOC dan Hindia Belanda, seolah menemukan chemistry dengan 'anu' yang menggandoli tradisi oral Suku Jawa. Lahirlah pertumbuhan keanuan di antara 3 kelompok masyarakat tadi sebagai wujud kebinekaan berbahasa yang menghadirkan kesepahaman melintasi 3 zaman.

Potret Masa Ondernéming
“Coba kau apakan anunya itu, biar apa sikit, jadi nggak apa kali dia…” juga dapat terespon secara otomatis, nyaris bertepatan dengan menggemanya kalimat itu dari getaran faring, tonsil, epiglotis dan laring, meluncur ke rongga mulut dan mendarat di telinga pendengar.

Lantas bagaimana ia bisa menjelma menjadi pemahaman?

Jawabnya ada pada waktu; yang berisi kekerapan (intensitas), kesalahpahaman yang pernah terjadi hingga pada titik akhir, kesepahaman dan pemahaman mengenai konteks. Kontekslah yang menjadikan anu menjadi bermakna. Semacam kode Morse, huruf Braille juga sandi serumit Kryptos karya Jim Sanborn, yang hingga kini belum sepenuhnya terungkap.

“Coba kau apakan anunya itu, biar apa sikit, jadi nggak apa kali dia…” pun bisa putarbalikkan menjadi kepurapuratidaktahuan untuk mengusili pihak pertama. Atau, dapat dimanfaatkan oleh seorang prajurit pembangkang yang ingin mengusili komandannya. Kalau macam itu yang terjadi, mau jadi apa republik ini?!

“Coba kau apakan anunya itu, biar apa sikit, jadi nggak apa kali dia…” boleh kita pahami bersama sebagai level kekariban tertinggi sebuah lingkup pergaulan. Sekumpulan insan yang sudah paham tindak apa yang mesti dilakukan dengan ekspresi tarikan napas, sekeder kedik bahu atau geliat alis elevasi alis sekedarnya. Di rumahku, elevasi alis bisa berarti kode Mamak minta duit ke Bapak saat seorang tamu datang dan tak ada gula tersisa untuk membuat teh atau kopi.

Daya reaksi otak tehadap keanuan dalam permusyawaratan perwakilan sesungguhnya tak bisa diwakilkan telah terkebiri oleh keanuan yang memperwakilkan dan seolah mempermusyawarahkan keanuan tersebut. Segampang merebus air, ia seperti menjadi kenyataan yang sekonyong mesti kita sepakati dan kita sepahami. Padahal, adalah tiap otak mesti menjalani ribuan kali peranuan untuk memahami tiap keanuan dalam diktum “Coba kau apakan anunya itu, biar apa sikit, jadi nggak apa kali dia…”

Butuh ribuan kali melihat mimik tiap paras di sekitar, dari orang(-orang) yang kita kenal dalam lingkup pergaulan agar keanuan tersebut menancapkan cakar makna, terhunjam dalam benak dan ingatan agar terpahami sebagai sebuah kesepahaman atas perintah, tindak maupun kesejalanan antara perintah dan tindak. Dalam 1 kata, ia menjelma menjadi selaras!

Anu bukanlah barang mainan, sebab ia kerap disalahterjemahkan saat seorang komandan menelengkan kepala, mengangkat dagu atau berdehem sekalipun. Keanuan yang tersalahpahami akan menjelma sebagai pembunuhan tanpa rasa berdosa, sebab alasan menjalankan perintah kerap membebaskan rasa tersebut dari lubuk hati yang terdalam, meski hati si pelaku mungkin saja tak dalam-dalam amat…

Keanuan yang salah, atau kesalahan memahami anu sama seperti kesalahan lelaki memahami makna lampu sign… eh… senyuman seorang perempuan. Jika saja wajah semesum Mbak Catherine Zeta-Jones melayangkan senyum ke arah sembarang lelaki, atau paras yang selalu tampak kepedasan seperti Dek Aura Kasih, lelaki mana yang tak ‘kan menyalahartikan keanuan macam-begitu-model?! Jadi… jangan lupa apakan anumu biar jangan apa kali dia…

Ber-anu kita teguh!

[ImageSource1](https://yt3.ggpht.com/a-/ACSszfH4WyBBji989WCjIeqLUO4tmbLQd87eCJcpZw=s900-mo-c-c0xffffffff-rj-k-no)

[ImageSource2]()

Sort:  

faring, tonsil, epiglotis dan laring

Nganuuuu kali empat kata itu. Butuh data koneksi berlebih untuk cari-cari di google. 😔😔😔

Kau cuma tinggal anu ajapun anu kali... Orang lain lebih anu pas bikin anu itu...

Cobak dianukan sikit anunya tu bang biar gak anu dia. Hahaha

Keren bang, biasa kalau kawan yang sudah akrab emang uda faham, kalau dibilang anu, pasti uda faham sendiri terjemahannya kemana, hahha

Macam itulah anunya... Makanya anu sikit dia... Padahal nggak anu kali sebetulnya...

Hahaha, hati² ya bang sama anunya itu.

Tentu. Biar jangan anu kali dia...

Anu juga laa tulisan ini 😅

Sedikit anu supaya jangan anu kalilah anunya itu...

oii.. cak ko bereskan sikit anu paling bawah itu biar enak sikit kutengok..jangan anu kali pun ko anukan, hilang pulang anu nya nanti.
ini sesuatu yang berkaitan dengan postingan ini beuh. jangan anu kali lah..

tapi akhirnya "anu" itu jadi paling sering berasal dari si ucok dan butet ya? orang jawa nya malah cuma "nganu"sesekali itupun dalam bahasa Jawa "ngapak"

Benar, Kak...
Anu kali lah, Kakak ini...
Hehehehehehe...
Bikin awak jadi anu aja...

Hahahahahaha...

jangan anu kali kee... anu ada? cak kau pack barang sekilo dua.. nomor kee belum anu kan? biar nanti ku anu kan ... aku mau jualan anu, tapi bukan bubuknya, kaffa buno masih anu dia?

Udah kuanukan, Kak... Cek WA, please...

Coin Marketplace

STEEM 0.35
TRX 0.12
JST 0.040
BTC 70884.24
ETH 3570.27
USDT 1.00
SBD 4.76