Obituari Untuk Seorang Guru

in #indonesia7 years ago (edited)

image


Sumber

"Tak ada yang benar-benar siap dengan kabar duka. Apalagi datang saat pagi masih sangat muda. Saat tubuh masih belum seutuhnya tersadar dari buaian mimpi~"

Hari ini pagi begitu menghentak. Bakda subuh kabar duka mengetuk dan membuat saya tersungkur sekeras-kerasnya. Dari tanah kelahiran pesan singkat datang dan mengabarkan bahwa seorang guru mengaji saat saya SD hingga SMP telah berpulang.

Pada dasarnya tak ada yang betul-betul siap menerima segala kabar duka. Sekeras apapun seseorang berusaha, tapi tak ada yang bisa baik-baik saja mendengar kabar kehilangan. Kabar kematian.

Kami sering memanggilnya Let Nah. Beliau adalah tetangga paling baik. Salah satu karib mamak paling dekat. Dulu, saat SD saya dan hampir seluruh anak-anak seumuran saya belajar mengaji di rumahnya. Dia dan suaminya adalah guru mengaji. Di rumahnya lah anak-anak kecil di kampung kami belajar Juzz Amma, mengenal huruf-huruf Arab. Hingga sekarang rumahnya adalah tempat mengaji anak-anak di kampung saya.


image


Sumber

Di rumahnya lah kami diperkenalkan dengan Kitab Masailal, dengan Kitab Lapan dan kitab-kitab arab jawi lainnya. Let Nah adalah guru paling lembut hatinya. Caranya mengajari benar-benar representasi cinta yang begitu tulus. Baginya tak ada murid bodoh, yang ada hanya adalah murid yang harus dituntun lebih baik, diajari dengan sepenuh hati agar mengetahui apa yang belum ia pahami.

Saya jadi ingat suatu ketika, saat itu saya masih kelas 5 SD. Saya selalu pergi mengaji lebih cepat dari teman yang lain. Selain karena rumah kami hanya berjarak sepelemparan kerikil, tujuan saya pergi cepat-cepat karena ingin memanjat pohon jambu biji yang ada tepat di samping balai tempat kami mengaji.

Saat itu buah jambu biji sedang banyak-banyaknya. Dari pagi saya sudah memantau dan berniat nanti malam saat hendak mengaji akan memetiknya sebanyak mungkin. Setelah shalat magrib, saya buru-buru pergi ke rumah Let Nah dan segera memanjat pohon itu.

Karena rakus, saya lupa satu hal, bahwa saat pohon jambu biji berbuah lebat, selalu banyak serangga menghinggapinya. Beberapa menit di atas pohon saya diserang oleh serangga api yang warna kemerahan itu. Diserang oleh ratusan serangga secara sporadis tentu kabar tak baik untuk anak SD yang baru berusia 10 tahun.

Karena diserang oleh kawanan serangga tadi, tangan saya lepas dari pegangan. Dan sudah ditebak, saya jatuh dari pohon dengan ketinggian lebih kurang 5 meter. Baaakkk!!!

Suara badan saya menimpa tanah cukup kuat. Dan sontak saja orang dalam rumah keluar untuk memastikan benda jatuh tadi. Dan dari semua orang yang melihat saya jatuh dari pohon, hampir semuanya menyalahkan saya (dalam artian baik), katanya itu salah saya karena naik ke atas pohon malam-malam, ada juga yang bilang itu karena kebiasaan saya yang memetik buah jambu itu tanpa izin lebih dulu.


image


Sumber

Hanya Let Nah, yang datang dan menanyakan keadaan saya. Dia yang dengan mimik wajah khawatir menanyakan bagian tubuh saya mana yang sakit. Saat itu dia masih muda dan sanggup memapah saya ke atas balai tempat kami mengaji.

Sambil menaruh obat di lutut saya yang terluka, Let Nah menasehati segala hal baik. Bahwa jangan pernah buru-buru untuk mengejar keinginan, jangan tergesa-gesa dalam melakukan tindakan, dan jangan terlalu kemaruk dalam hal apapun yang kita lakukan. Karena persis seperti katanya saat itu, hidup tak perlu dipaksakan. Semua ini hanya sementara. Bahwa kita di dunia adalah sesaat dan bukan selamanya. Maka hiduplah secara sederhana dan tidak menuntut banyak pada keadaan. Nasehat itu Let Nah beri persis sambil menaruh obat di lutut saya yang terluka. Hingga detik ini saya masih mengingatnya.

Sekarang tak ada lagi suara-suara lembutnya yang menasehati saya. Nasehat yang meneduhkan semua murid-muridnya. Tak ada lagi orang yang selalu menganggap semua murid layaknya anak. Tak ada lagi karib mamak. Sejak subuh tadi, Let Nah sudah dijemput olehNya dan dipindahkan ke alam yang lebih layak dan lebih indah dari dunia ini.

Selalu ada pelajaran berharga pada setiap kematian. Selalu ada peringatan yang mengingatkan setelah menghadiri sebuah acara pemakaman. Selalu ada suara orang-orang tersayang yang hilang dan mengingatkan kita bahwa betapa singkatnya hidup, betapa sekejapnya waktu.

Innalillahi wainnailaihi rajiun.
Semoga Allah berikan tempat paling layak untukmu, guru, ibu kedua saya.
Alfatihah..


image


Regards

@samymubarraq

Sort:  

Innalillah... Kita pastinya semua berduka, semoga segala amalan baik Let Nah di terima di sisi Allah ya @samymubarraq

Aminn ya Allah.. :(

Kenapa kita menyukai kehidupan? Karena ia adalah dusta yang indah. Sedangkan kematian adalah kenyataan yang menyakitkan.

Semoga amal ibadah beliau diterima di sisiNya

Amin Allahuma amiinn.. :(

알라는 사랑입니다 ^^ Allah is love! @samymubarraq

Thank you very much @hackerzizon. God blessing you :)

Coin Marketplace

STEEM 0.16
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 56596.99
ETH 2394.78
USDT 1.00
SBD 2.32