Melawan Hoax di Tengah Bencana
Gempa dan tsunami serta merta memberikan luka yang dalam. Segala sesuatu setelahnya adalah sejarah hitam yang merenggut nyawa dan harta benda. Kita semua pasti tak kuasa untuk keras hati dan biasa saja dengan bencana ini. Sedih dan duka pasti muncul. Tetapi yang memperburuk keadaan setelahnya adalah bencana hoax yang ikut menyerang.
Kita bisa perhatikan hampir setiap lini kehidupan disesaki oleh hoax. Kita mungkin bisa berbesar hati dan menerima jika hoax digencarkan atas unsur politik elementer. Tetapi jika hoax digencarkan di tengah bencana, saya kira penyebarnya adalah sebangsat-bangsatnya manusia.
Beberapa hari ini saya memerhatikan berbagai pemberitaan tentang bencana Palu yang mulai diperparah oleh rong-rongan berbagai berita hoax. Tsunami raksasa susulan, kiamat dadakan dan berbagai berita hoax lainnya muncul untuk memperparah situasi. Padahal kita semua tahu bahwa belum semua daerah terkena bencana tersentuh.
Berdasarkan berita dihimpun oleh Kompas edisi 1 Oktober kemarin, masih ada beberapa titik yang terisolasi dan belum tersentuh bantuan pasca tsunami Palu. Ini adalah kabar duka yang segera harus dicarikan jalan keluar. Kemudian situasi di lokasi bencana makin kacau balau karena hoax yang tersebar entah oleh siapa.
Berkali-kali warga panik akibat isu tsunami susulan yang lebih dahsyat. Akhirnya masyarakat yang masih trauma cukup renta terkena berbagai penyakit sosial dan juga psikologis. Berita hoax di tengah bencana seperti ini sangat buruk dan memberikan dampak negatif. Selain bisa membuat korban gempa panik, berita hoax juga berpotensi mericuhkan suasana. Bahkan pada titik dan darajat tertentu, hoax berpotensi melahirkan tindak kriminal.
Kita belajar dari kasus gempa dan tsunami Aceh pada 2004 silam. Saya ingat betul sesaat setelah tsunami melanda Aceh, berbagai berita menakutkan hinggap di tengah masyarakat. Beritanya beragam, mulai dari gempa dan tsunami susulan, jatuhnya meteor raksasa sampai kiamat yang katanya akan segera tiba. Padahal itu semua hoax yang sengaja diproduksi untuk melancarkan aksi kriminal. Ketika masyarakat keluar dari rumah karena berita hoax tersebut, rumah mereka kosong melompong dan dijarah oleh orang-orang tak berotak. Hoax berujung tindak kriminal.
Berita-berita semacam ini mungkin akan menjadi bahan tertawaan jika disebar di tengah masyarakat biasa yang tak terkena bencana. Tetapi akan beda cerita jika berita yang sama disebar di masyarakat yang baru beberapa hari terkena musibah. Panik dan ketakutan massa adalah sesuatu yang pasti terjadi.
Untuk mencegah hal-hal buruk terjadi di tengah bencana, maka sangatlah penting mencegah berita hoax agar tidak tersebar di tengah bencana sejak dalam pikiran. Putuskan mata rantai berita hoax sebisanya. Tangkap dan hukum penyebarnya karena ia telah memperburuk situasi di tengah bencana. Begitulah cara kita melawan hoax. Semoga negeri kita Indonesia selalu dalam lindungan Allah. Aminn.. Salam literasi.
Regards