Loris Karius dan Blunder Kehidupan
Blunder Karius mungkin akan diingat sepanjang masa oleh penggemar Liverpool. Mungkin juga Karius akan dikenal abadi sebagai biang kerok penghancur mimpi semua orang-orang yang mencintai Liverpool. Tapi kita tak boleh luput satu hal, Karius adalah manusia. Dia bukan robot yang bisa diatur untuk tidak melakukan kesalahan yang tak diinginkan. Karius adalah manusia yang pada waktu tertentu akan menemukan nasib sial yang kepalang buruk dan pantas dirutuki. Namun iya, orang-orang pasti bisa bersepakat bahwa Karius adalah kambing hitam yang tak pantas dikasihani. Ia adalah Enemy of Liverpudlian. Tapi saya berpandangan lain. Bagi saya, Karius dan blundernya adalah hal lumrah. Bahwa pada titik dan derajat tertentu, kita adalah Karius itu sendiri. Kita adalah orang-orang yang pernah melakukan blunder-blunder kehidupan.
Barangkali, kita luput dan tak mau bebesar hati dan mengakui bahwa dalam hidup kita sering melakukan berbagai blunder yang tak seharusnya dilakukan. Tetapi sama seperti Karius tadi malam di Kiev, ada saatnya kita tak pernah bisa menghindari blunder tersebut. Saat mengingat-ingatnya, saya pernah melakukan beberapa blunder selama hidup ini. Dan mungkin saya akan malu mengakuinya sepanjang hayat. Karena blunder, sama seperti nasib buruk, ia adalah sesuatu yang ingin sekali kita hapus dalam rekaman memori di ingatan.
Misalnya seseorang mahasiswa pernah melakukan blunder saat ujian. Setahunya, ia besok akan mengikuti ujian mata kuliah Sosiologi. Malamnya pun sang mahasiswa dengan serius mengulang semua materi yang sudah ia dapatkan tentang mata kuliah Sosiologi. Besoknya, rupanya kelasnya sedang mengujiankan mata kuliah Antropologi. Sang mahasiswa salah kaprah. Ia melakukan blunder. Ternyata jadwal ujian yang dilihatnya adalah punya mahasiswa angkatan 2016. Adapun mahasiswa pelaku blunder ini adalah angkatan 2015. Sial? Bisa dibilang begitu. Tapi blunder adalah sesuatu yang tak perlu diperpanjangkan. Biarkan ia pelan-pelan menguap dengan tarian waktu yang paling bijak.
Pada akhirnya kita harus berpihak adil pada Karius, juga pada orang-orang yang pernah melakukan blunder dalam kehidupannya. Kenapa? Karena kita tak pernah tahu, sewaktu-waktu kita adalah pelaku blunder itu sendiri. Kita adalah orang-orang yang sedang menunggu waktu malang dan akhirnya menyeret kita untuk melakukan blunder paling fatal dan tak bisa termaafkan. Inilah yang membuat saya berpikir, bahwa serangan netizen di media sosial terhadap Karius adalah tindakan yang hanya dilakukan oleh orang dengan antene cetek dan wawasan owek-owek. Biarkan Karius mengutuk dirinya dalam kelambu penyesalan. Luka memang sudah menyayat hatinya.
Kita semua tahu, bahwa, tak ada seorangpun yang menginginkan kemalangan datang menghampirinya. Maka selagi kita belum dipertemukan dengan kemalangan atas nama blunder itu, tetap respek dan berlaku adil terhadap orang-orang yang sedang menemui nasib buruk. Postingan ini bukan pledoi untuk Loris Karius. Hanya sepotong ingatan yang muncul setelah melihat tragedi paling horor yang bisa dilakukan oleh seorang kiper pada pentas seakbar final Liga Champions Eropa. Nasib ini bisa menghampiri siapapun. Dan tadi malam, kemalangan sedang ingin berduaan dengan kiper Liverpool: Loris Karius. Begitulah, tuan dan nona.
Regards
Hmm,, emang seperti yang sudah diprediksi oleh seorang lionel messi, real madrid akan keluar sebagai juara, terlepas dari semua itu emang sih dua blunder maut kiper liverpool telah memupuskan impian sejagad yang memimpikan liverpool mengangkat sikuping besar, tapi ya sudahlah memang untuk saat ini sepertinya real madrid masih jadi penguasa eropa
Yaa.. Opini seperti ini benar-benar milik Madridista..hehe
Dan aku tak paham bola haha
Wkwkwkwk.. 🤣🤣
Aku belum menemukan di mana asyiknya pertandingan bola hahaaaa
Hahaha.. Sama seperti pecandu buku, ia akan merasa lebih intim dengan buku hanya dengan membacanya sesering mungkin.. Hehe
Bagiku kesalahan karius itu wajar di sepak bola kecuali gol pertama (kesalahan elementer). Memang jadi kiper itu berat, 1000 penyelamatan akan terhapus oleh satu blunder konyol kata casillas. Kemudian saya selaku fans madrid dan juga main bola posisi juga sebagai kiper pasti tak asing dengan blunder. Kiper hebat biasa bisa bangkit, apalagi karius masih muda (peek of performance kiper biasa 28 tahun ke atas). Anggap saja tambah jam terbang seperti de gea dan stegen yg awalnya dianggap kiper gagal juga. Bukan frustrasi dan tidak bangkit lagi layaknya robert enke.
Yaaa.. Orang-orang hebat justru bangkit dan tangguh setelah kesalahan-kesalahan.. Thanks komentar kerennya.