Belajar Konsisten Menulis dari Widji Tukul

in #indonesia7 years ago (edited)

image


Beberapa teman menanyakan bagaimana trik dan tips agar bisa menulis. Barangkali itu adalah pertanyaan of the day alias pertanyaan yang paling banyak ditanyakan pada saya belakangan. Karena beberapa teman menanyakan dengan wajah serius dan ingin tahu, saya pun menjawabnya dengan serius.

Bagi saya, untuk menjadi penulis seseorang harus lebih rajin membaca dari biasanya. Lebih rajin membaca daripada bermain game yang tak jelas keuntungannya. Setelah mengunyah bacaan dalam porsi banyak dan mumpuni (saya menerapkan standar untuk membuat satu tulisan seseorang harus membaca 8000 kata sebelumnya), barulah seseorang bisa menulis minimal 500 kata.

Beberapa teman sudah membaca dengan giat. Bahkan dia lebih rajin membaca ketimbang saya, namun tetap jarang menulis. Alasannya klasik: inkonsistensi. Maka untuk permasalahan yang satu ini, saya mengajak teman tersebut untuk belajar konsisten menulis dari Widji Tukul. Ingat ya, Widji Tukul, bukul Tukul yang di acara "Bukan Empat Mata"


image


Sumber

Lantas, siapa Widji Thukul? Kenapa bukan Pramoedya Ananta Toer? Ya, keduanya sama-sama penulis konsisten yang hidup di masa Orde Baru. Tapi Pram sudah banyak dibahas oleh berbagai kalangan penulis Indonesia. Maka dari itu saya menyebut Widji Tukul, yang juga memiliki tulisan-tulisan keren dan sangat berpeluru.

Pria yang memiliki nama asli Widji Widodo ini lahir di Surakarta, Jawa Tengah pada tanggal 26 Agustus 1963. Namun sayangnya, tak ada seorangpun yang tahu dengan pasti kapan ia meninggal dan dimana kuburannya. Tukul hilang sejak 27 Juli 1998 pada umur 34 tahun. Kebanyakan pendapat menyebut dia hilang dan diculik saat ribut-ribut melewan rezim Orba.

Selain penulis yang konsisten, Tukul juga dikenal sebagai salah satu sastrawan dan aktivis hak asasi manusia yang ada di Indonesia. Yang patut kita contoh dari pria kurus ini adalah konsistensinya dalam menggarap sebuah tulisan. Orang-orang menyebutnya "penulis yang diburu". Bukan tanpa alasan, Tukul tetap produktif menulis meski sedang diburu oleh tentara besi rezim Orba.


image


Sumber

Ini sungguh berbeda dengan generasi micin yang memiliki cita-cita menjadi penulis tapi malas menulis. Mimpinya ingin jadi penulis, tapi malas baca malas nulis. Sudah begitu di sosmed dia meracau "kapan aku bisa menulis ya tuhan?" Orang-orang seperti ini adalah contoh orang-orang yang mengharapkan uang jatuh dari langit.

Hidup di era serba mudah seperti sekarang seharusnya tak ada alasan untuk tidak menulis. Berbagai sumber bacaan (bacaan yang jelas sumbernya tentu saja) bertebaran di semesta google. Kamu butuh buku paduan menulis tapi tak sanggup (enggan) membeli, dengan mudah bisa kamu dapatkan yang bentuk pdf di google. Berbagai artikel bernas bisa kamu temui di jagat maya, meski kamu perlu memilah dan memilihnya lebih dulu agar tak memungut yang tak jelas sumbernya.

Kita tidak berada di bawah ancaman untuk menulis, tapi tetap malas untuk melakukannya. Itulah sebabnya kadang saya merasa ngilu mendengar ada anak muda yang mengeluh tak bisa menulis padahal ia sama sekali tak membaca dan tak ada niat menulis. Bagi saya itu adalah orang-orang yang mau gendut tapi malas makan.

Lihatlah Widji Tukul, di tengah kejaran rezim Orba yang bengis masih tetap menulis, menulis dan menulis. Berkali-kali tulisannya membuka mata banyak orang bahwa mereka sedang ditindas dan perlu melawan. Tukul melakukannya di bawah serbuan peluru para penguasa. Namun ia tetap konsisten menulis demi kebaikan.


image


Sumber

Saya kadang berpikir, bagaimana mungkin dalam momen semenegangkan Orba masih ada orang-orang berani yang menulis dengan hati dan untuk memperjuangkan orang banyak. Tapi Tukul membuktikannya. Ia seolah-olah mengatakan pada kita bahwa tak ada alasan bagi siapapun untuk menerima kebodohan hanya karena malas membaca dan menulis.

Saya kadang berimajinasi, dalam kehilangannya yang entah kapan terungkap, Widji Tukul mengatakan pada kita, "Wahai anak muda Indonesia.. Tetaplah konsisten menulis meski dalam keadaan apapun. Karena tulisan-tulisan yang berpeluru jauh lebih mematikan dari peluru itu sendiri."

Kalau kamu merupakan orang yang bercita-cita ingin jadi penulis namun masih belum konsisten, saran saya bacalah karya-karya Widji Tukul dan belajar konsisten lah darinya. Semoga suatu saat tulisanmu juga berpeluru seperti layaknya tulisan-tulisan Widji Tukul.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi Steemian semua. Karena saya pikir menulis adalah salah satu syarat bagi siapapun yang ingin bertahan di Steemit ini. Salam Komunitas Steemit Indonesia. Salam literasi.


image


Regards

@samymubarraq.

Sort:  

Neu vote lon sige
Neu follow lom

Benar bg.
Kata-kata adalah senjata, sedangkan bahasa adalah bom atom😂. Nice👍

Hahaha.. Analogi yang keren Bang.. Senjata dan nom atom.. 😂😂

Hahaha..
Lebih keren lg klu itu permulaan artikel abg berikutnya. Ditunggu..😂🙌🙌

Hehe.. Siap laksanakan bang.. 😂

Kata kata adalah jiwa bangsa

Benar sekali..

Good post...
Being a very good idea ...

Thank you bro.. :)

Widjj Tukul adalah sebentuk puisi yang tak habis dibaca akan bagaimana kegigihannya, konsistensi, dan menolak menyerah!

Tepat. Seperti katamu, pujangga.. :)

Good statement "Tetaplah konsisten menulis meski dalam keadaan apapun"...
Terima kasih telah berbagi...

Teima kasih telah berkomentar.. Tetap menulis.

@samymubarraq...

Widji Tukul, bukul Tukul yang di acara "Bukan Empat Mata"

Terima kasih...
Salam sukses..

Tak salah saya mengagumi anda kawan, postingan yang sangat bermanfaat @samymubarraq , teruskan memotivasi kami semua agar pintar dalam hal menulis...

Terima kasih temanku.. Semoga bermanfaat yaa.. :)

tulisan ini juga berpeluru @samymubarraq ..
🖒

Terima kasih Naa.. Mari menghasilkan tulisan-tulisan berpeluru lainnya.. 😎

Tulisan yang sangat berbobot dan tajam buat seorang anak muda @sammymubarraq

neupeuroh lon dalam komunitas droneuh !!

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 63747.71
ETH 2543.33
USDT 1.00
SBD 2.66