Alhamdulillah.. Nadi KKR Aceh Masih Berdenyut
Sore tadi sebuah chat masuk di Whatsapp yang berisikan berita tentang lowongan kerja pada Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Aceh (KKR Aceh). Reaksi saya pertama membaca berita tersebut adalah bersyukur sedalam-dalamnya, karena itu menandakan nadi KKR Aceh masih berdenyut.
Kenapa saya begitu antusias dengan kabar tersebut? Karena bagi saya, KKR Aceh itu adalah sebuah komisi paling mulia yang ada di Aceh untuk mengembalikan marwah serta memulihkan luka masyarakat Aceh akibat konflik. Bagi teman-teman steemian yang tak mengenal KKR Aceh, baca artikel ini sampai tuntas.
Lantas, apa itu KKR Aceh? Apa maksud dibentuknya? Apa tujuannya? Bagaimana payung hukumnya? Ini patut dibaca dengan seksama dan serius agar tak ada yang salah melihat kehadiran KKR Aceh itu. KKR Aceh adalah Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Aceh. Sebuah komisi yang dibentuk untuk melakukan penyelidikan dan mengungkapkan peristiwa saat konflik masih menerpa Aceh.
Setelah dirundung konflik berkepanjangan, Aceh butuh pemulihan yang menyeluruh. Baik secara psikologis, sosial-budaya, ekonomi dan politik. Karena konflik nyaris menghancurkan semuanya. Memang, tak pernah ada perang yang tak merugikan.
Dengan berbagai alasan, maka dibentuklah KKR Aceh beberapa waktu lalu. Pembentukan KKR Aceh sangat jelas dan juga perwujudan pelaksanaan butir-butir MoU Helsinki yang ditandangani oleh Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 15 Agustus 2015 silam di Finlandia.
KKR Aceh dibentuk atas landasan UU Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pemerintahan Aceh yang menyebutkan Pembentukan KKR Aceh (pada pasal 229) dan Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2013 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi. Jadi sangat jelas kalau KKR Aceh itu dibuat tidak asal-asalan.
Setelah beberapa tahun dibentuk, KKR Aceh nyaris tak berkabar. Barulah pada 24 Oktober 2016, Pemerintah Aceh melantik 7 komisioner KKR Aceh yang memiliki berbagai tugas berat dalam memulihkan luka akibat konflik berkepanjangan di Aceh. Ketujuh anggota tersebut bekerja selama 5 (lima) tahun dan dimulai dari 2016.
Inilah susunan struktur KKR Aceh. Pemerintah Aceh memercayakan ketua kepada Afridal Darni dan Muhammad MTA. Mereka berdua didampingi oleh lima anggota dalam diri Fajran Zain, Mastur Yahya, Fuadi, Evi Narti dan Ainul Marziah. Mereka adalah orang-orang pilihan yang telah dipilih dengan berbagai pertimbangan.
Setelah strukturnya terbentuk, nadi KKR Aceh mulai berdenyut. Tahun lalu KKR Aceh membuka lowongan untuk beberapa tugas dalam menjalankan fungsionalnya. Saya termasuk salah satu peserta, meskipun tidak lolos ke tahap interview. Namun, saya mengenal beberapa orang yang lolos menjadi anggota KKR Aceh dan mereka memang pantas.
Setelah rekrutmen beberapa tahun lalu, KKR Aceh nyaris tak berkabar. Saya kira mereka sudah bubar atau dibubarkan di tengah jalan karena alasan-alasan yang rasional ataupun tak masuk akal. Karena beberapa waktu lalu sempat tersiar kabar bahwa ada pihak-pihak yang menginginkan KKR Aceh itu bubar. Mungkin mereka adalah manusia berotak cetek atau apalah itu.
Alhamdulillah, dugaan saya salah. KKR Aceh rupanya masih ada dan bahkan tadi sore nadinya kembali berdenyut. Dari media sosial tersiar kabar bahwa KKR Aceh kembali membuka lowongan untuk tim penginput data kebenaran dan data lapangan demi memudahkan kinerja mereka melakukan tugas-tugas pasca konflik.
Saya benar-benar senang mendengar kabar tersebut. Bukan mau mengikuti rekrutmennya lagi, tetapi bagi saya kabar tersebut membuktikan bahwa KKR Aceh belum benar-benar punah. Nadi KKR Aceh masih berdenyut. Dan sebagai rakyat Aceh kita harus bersyukur atasnya karena masih ada harapan segala kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Aceh pada masa konflik bisa dibayar tuntas oleh negara dan tentu saja lewat kesunyian waktu.
Regards
)
Sukses salalu buat @samymubarraq
Sukses untuk kita semua..
Semoga kebenaran akan segera terlihat untuk keluarga para korban.
Aminn.. Kita semua berharap semoga demikian.