Berbagi sebelum tumpah

Sebahagian kita memahami bahwa "berbagi" itu mengurangi hak, dan ber"kali"itu melipatgandakan hak, sehingga timbul penyebutan untuk orang yang berhemat(pelit) bahwa mereka orang-orang yang pintar menghitung perkalian tapi lupa cara membagi.

Padahal perputaran di dunia ini semua masuk dalam perhitungan rumus, kalau dalam ilmu fisika bila ada satu massa yang tidak terpenuhi maka akan merusak keseimbangan, atau dalam ilmu biologi bila ada satu mata rantai yang terputus maka akan merusak ekosistem.

Dalam konsep pendistribusian rezeki, Tuhan menyalurnya melalui mata rantai kehidupan, ketika seseorang mendapati rezeki yang banyak maka dia harus menyalurkannya kembali, sehingga alur perputaran rezeki tidak tersumbat.

Namun ketika ada sub ordinat yang berkhianat, maka mulailah timbul kekacauan , ketika ada orang pintar mengklaim bahwa dia berhak menimbun rezeki karena rezeki tersebut didapat berkat kepintarannya, padahal Tuhan sengaja menganugerahkan kepintaran agar dia menjadi pelita bagi orang lain. Begitu juga dengan orang yang suka menumpuk harta, mereka menyumbat mata rantai rezeki, sehingga timbullah kemiskinan yang menyebabkan tatanan sosial bergejolak.

Tuhan sendiri pasti sangat marah dengan pengkhianatan tersebut, sering kita lihat orang dicabut paksa rezekinya, baik berupa sakit yang pengobatannya menghabiskan harta yang sudah dikumpulkan, atau kejadian lain yang sebenarnya hanya cara Tuhan saja untuk menarik kembali harta yang dititipkanNya.

Padahal dengan berbagi semua jadi lebih mudah, ibarat pucuk daun teh, makin dipetik maka akan bermunculan tunas-tunas pucuk lainnya, atau seperti kata pepatah, kalau kita berbuat untuk kebahagiaan orang lain, maka tidak mungkin Tuhan melupakan kebahagiaan kita.