Belajar dari "Tukang Tambal Ban"
"Setiap lini, inci gerak kehidupan memang sebaikanya kita jadikan seagai guru"
Kemarin malam saat membesuk salah satu rekan saya di ruang rawat Rumah Sakit (RS) Cut Mutia Lhokseumawe, Ban kendaraan yang menghantarkan kami mengalami suatu yang tidak di ingini yakni bocor.
Dia ketahuan saat kami belanja pesanan mereka yang sudah duluan ke RS.
"Ban nya bocor" Ungkap ku singkat ke dinda Ayu, bersama nya kami menjenguk kawan satu ruangan nya sakit.
"Adik tunggu saja di sini, nanti jemput" katanya, mungkin karena dirinya kasian melihat speda motor yang sudah demikian keadaan tapi kami masi saja naik di atasnya.
Aku bertanya kepada salah satu pemuda di pinggiran jalan, dekat kami belanja, berdasarkan cuma sekitar beberapa meter sudah ada tambal ban katanya, lewat mushola.
"Ini benar-benar kebetulan" Saya bergumam dala hati.
Saat kami naik, tentu saja ada rada susah, karena ban depannya sudah tak normal lagi.
Sekitar lima menit kami melaju dengan sangat pelan saya kira.
"Itu dia bengkelnya" Ungkap ku
"Luar biasa" kata dinda ayu.
Tampa basa-basi dengan lelaki paruh baya pemilik bengkel yang mengenakan pakaian keliatan baru saja melaksanakan sholat.
"Ban depannya pak" sembari aku menebar senyum ke wajah lelaki paruh baya ini
"Dorong agak dekat kemari dek" Ungkap nya dengan penuh nada santun.
Saya agak kaget dengan kesantunan bapak ini, memiliki cahaya keikhlasan dalam wajahnya yang menyajikan kenyamanan saat bercakap dengan dirinya, tentu saja.
"Anak saya ada masih muda, tapi dia malu, kerja bengkel" ungkapnya seperti nada sedih dan mengadu kepada saya.
Saya hanya mendengar kata yang keluar dari lisan nya, penuh hikmad begitulah saya jika telah mendengar semacam nasihat baik dari siapa saja, tentu saya akan benar-benar ingat pesan itu.
Nasihat saya petik dengan gratis itu, sangat membuat siapa saja tertegun mendengar dan memperhatikan sosok lelaki baik ini.
Dirinya bekerja hingga tengah malam untuk menghidupi anak nya yang menurut penjelasan darinya, masih begitu muda.
Kegigihan dan wajah ikhlas tampak di wajahnya, semoga saya bisa seperti mu pak.
"Terima kasih pak" Ungkap ku dengan memberikan bayaran jasanya.
Terkadang gengsi anak muda menjadi penghalang baginya untuk berbakti kepada orang tua😐
Bener ren, itu realita di daerah saya, belum tau kalau di daerah mu hehe