Mesjid Teungku Di Anjong
Selamat pagi guys, seperti biasanya saya akan membahas satu tempat (setting) pada hari ini, mudah-mudahan apa yang saya paparkan dibawah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih bagi para pembaca, sebelum memulai pembahasan saya selanjutnya, saya mengucapkan ribuan terima kasih kepada teman-teman yang sudah setia membaca postingan-postingan saya. Sebelumnya saya sudah membahas beberapa tempat dan kali saya akan membahas mengenai ulama yang cukup di kenal di Aceh, bahkan makam ulama tersebut sangat di segani, mari simak dibawah ini,
Gambar diatas adalah gambar makam ulama yang sampai saat ini masih disebut dengan julukan Teungku Di Anjong, ketika saya mengambil beberapa gambar, saya sangat segan, karena para teungku-teungku sedang berbincang-bincang tepat di samping makam teungku di Anjong. Seolah-olah makam tersebut selalu dijaga, ketika saya melihat makam teungku di Anjong, mata saya langsung tertuju kepada makam tersebut dan makam tersebut sangatlah bersih, ini dapat dibuktikan bahwa makam teungku di Anjong sangat disegani dan di hormati.
Siapa sih Teungku Di Anjong itu ? Beliau adalah seorang ulama besar, beliau hidup pada masa kerajaan Aceh Sultan Alauddin Mahmud Syah (1760-1781). Namun, nama asli beliau bukanlah Teungku Di Anjong melainkan Al Habib Sayyid Abu bakar bin Husain Bilfaqih yang berasal dari Hadhramaut, negeri Yaman. Alasan mengapa beliau di nobatkan sebagai Teungku Di Anjong adalah disebabkan oleh akhlak beliau yang rajin beribadah dan sangat di sanjung, dimuliakan oleh masyarakat. Beliau dikenal dengan sebutan ulama tasawuf, berperan sebagai ulama fiqh dan beliau juga telah menyelamatkan kerajaan Aceh. Jika ingin mengunjungi makam beliau dapat langsung ke alamat gampong Peulanggahan, kecamatan Kuta raja, Banda Aceh (Keudah). Dapat dipertanyakan mengapa beliau akhirnya sampai ke Aceh ? Beliau diutus dari Yaman ke Asia Tenggara dengan tujuan menyebarkan Islam, lalu beliau menjalankan misi dakwah dari Aceh dan bermukim di Peulanggahan. Teungku Di Anjong kembali ke Aceh setelah mempersunting Syarifah Fatimah binti Sayid Abdurrahman Al-Aididid di negeri asalnya. Teungku Di Anjong meninggal dunia pada 14 ramadhan 1100 Hijriyah atau tahun 1782 Masehi. Dan isteri beliau di kebumikan tepat disebelah makamnya yang kini sudah dipagar kurang lebih 4 x 5 meter.
Gambar diatas adalah gambar masjid Teungku Di Anjong, ketika tsunami melanda Aceh pada tahun 2004, masjid tersebut hancur, pada tahun 2009 masjid dan makam ini kembali di bangun oleh BRR Aceh dengan bentuk yang sama hanya saja struktur yang diganti dengan beton. Masjid ini dibangun dan dijadikan sebagai julukan yang diberikan masyarakat Peulanggahan untuk mengenang dan menghormati tokoh ulama pendiri masjid tersebut. Dulunya tidak berbentuk masjid, beliau mendirikan dayah yang terdiri dari tiga lantai, dan di kawasan tersebut juga dibangun asrama untuk menampung jemaah haji yang pada saat itu disebut dengan "Rumoh Raya".
Gambar diatas adalah gambar nama-nama korban tsunami kampung tersebut yang tidak dapat ditemukan lagi jasad dan kuburnya.
Hanya ini yang dapat saya paparkan, dapat diambil kesimpulan bahwa perilakulah yang dapat menentukan bagaimana masyarakat dalam memperlakukan kita, bagi teman-teman yang hendak ke Banda Aceh, mari kunjungi tempat pemakaman Teungku Di Anjong, terdapat beberapa hal yang dapat kita pelajari ketika melihat makam ulama besar tersebut. Terima kasih kawan-kawan yang sudah membaca postingan saya hari ini. Terus ikuti dan baca postingan saya selanjutnya ya kawan-kawan, pada pembahasan selanjutnya saya akan membahas fenomena tentang makam yang terdapat dikampung saya sendiri.