Perintah Pecat yang Tidak Dilaksanakan
Sudah bertahun-tahun saya bersama lelaki yang berulang tahun tanggal 18 Agustus itu. Dan, dua hari sebelumnya, sebuah rahasia terungkap: saya diperintahkan untuk diganti, tidak lagi menemaninya.
Rahasia itu terungkap dalam perjalan ke Peurembeu, dari Suak Indrapuri, Meulaboh, 16 Agustus 2018. Pengungkap rahasia itu adalah sahabat karibnya, Zuriat Suparjo.
"Kamu tahu, kamu itu pernah diminta untuk digantikan oleh orang lain, tapi Bang Leman tidak bersedia melakukan."
Saya yang mendengar tertawa saja mendengar kabar itu. Sama sekali tidak kaget. Sayapun iseng bertanya kepada wakil rakyat di DPRA itu.
"Kenapa abang tidak memberitahu saya?"
Ayah dari 4 putra itu awalnya tidak menjawab, tapi kemudian berkata: "Kalau saya bilang pasti kamu langsung setuju."
Akhirnya kami bertiga tertawa. Mereka berdua memang dua politisi yang kompak, dan pernah menjadi partner saat menakhodai partai tempat mereka berkarya sebagai politisi.
Dan, saya sudah menemani mereka berdua sejak mereka dipercaya memimpin partai politik, yang kemudian sempat memasuki masa turbulensi yang hebat.
Ditengah turbulensi itu juga istrinya meninggal, dan dirinya juga mengalami terpaan badai politik yang menimbulkan tsunami jabatan, baik di partai maupun di lembaga dewan.
Saya, menjadi salah seorang yang terus bersamanya, menemani masa-masa pahitnya, termasuk ikut dalam perlawanan senyap.
Tapi, sebagai politisi yang tabah, beragama dan paham makna dibalik kesulitan ada kemudahan, mengerti buah manis dari pohon silahturahim, maka masa tsunami politikpun berlalu.
Luar biasanya, sosok yang sangat mobile ini, suka bergaul dengan kalangan muda, tidak pelit dengan orang kecil, suka membayar minuman dan makanan orang di warung, tidak memiliki mental dendam.
Meski dirinya pernah disakiti tapi sesudah badai berlalu, dia siap kembali menjalin kerjasama dan bersama-sama. Pergaulannya lintas generasi, tidak terbatas dengan orang sekampung, juga lintas partai politik, bahkan hingga ke nasional.
Kepada sosok yang suka berkebun di lahan lingkungan rumah serta tidak ego kedaerahan inilah saya mendedikasikan kemampuan menyampaikan gagasan, pikiran dan masukan, sampai saat ini.
Doeloe saya bahkan pernah menyodorkan surat mundur. Tapi, tidak dikabulkan, dan ketika ada perintah "pecat" datang kepadanya, juga tidak diikuti.
Baru-baru ini, sosok yang mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI pada Pileg 2019 mengajak saya untuk menemaninya ke Jakarta jika dipercaya atau dipilih oleh rakyat.
Sama, sayapun menjawab, tidak mau. Sama juga, seperti biasa, Sulaiman Abda tidak pernah ingin berdebat, mungkin dia sudah tahu cara melunakkan hati seseorang.
Tulisan ini sengaja tidak saya publish di hari ulang tahunnya, sebab kalau begitu karakter saya yang batat sikit jadi hilang. Selamat ultah Bang Leman, semoga sehat dan terus menjadi politisi yang baik.
Oh ya, pada saat digelar acara steemian di Rumoh Aceh, Bang Leman sengaja tidak hadir guna menghindari unsur-unsur politis. Tapi, dia selalu menegaskan dukungannya kepada anak muda dan pikiran-pikiran positif apalagi yang dapat membawa perubahan dan berkah pendapatan. Dahsyatnya, sampai saat ini saya tidak pernah dimintai untuk mempengaruhi para stemian untuk berpolitik. Baginya, politik tidak sempit, dan semua tindakan yang memberi dan membawa manfaat baik untuk dilakukan, dan semua orang baik, dimanapun diri mereka akan terhubung dengan sendirinya, dengan izin Allah Swt.
Begitulah adanya Sulaiman Abda yang akrab disapa Bang Leman.
batat dalam kepatuhan itulah mungkin yang sangat di sukai bang Leman. Dia tidak mau orang mangut selalu tapi sesekali perlu menyela. Saya bersama beberapa orang teman pernah mengelola sebuah pesantren yang dibangun oleh bang Leman dan pak Bustami usman sekitar sembilan tahun lalu. Dan kini saya tidak tau lagi bagaimana nasib pesantren yang berlokasi di Baet itu.
Bereh that ureueng Gampong lon...semoga bang Leman bisa ke Senayan..
keren kalau banyak orang seperti beliau