Mengundang Irwandi Yusuf Bergabung di Steemit

Irwandi Yusuf bisa jadi geram dengan spanduk yang berisi undangan untuk menghadiri perayaan tahun baru di pendopo. Undangan yang mengatasnamakan dirinya itu disebut fitnah dan sudah dibantah.

Tahun baru 2018, dirayakan ataupun tidak sudah berlalu. Tapi kegaduhan politik masih akan terus terjadi disepanjang masa pemerintahan, baik semasa Irwandi Yusuf menjadi gubernur ataupun yang lainnya.

Media sosial menjadi salah satu "panggung" kegaduhan sosial-politik. Semua orang terbuka untuk menarikan jemarinya guna menghasilkan ragam pesan dan ulasan. Tidak ada yang bisa menahannya, dan memang tidak perlu ditahan, biarkan media sosial dengan karakternya sendiri, toh memang dibuat untuk memastikan orang-orang terus bertahan, dan dari user pemilik media sosial terus mendapat reward nyata dalam bentuk dollar, sedangkan kepada netizen hanya diberi reward ilusi berupa like, love dan jempol.

source

Steemit juga media sosial, hanya saja berbeda secara teknologi, reward dan kontennya. Secara teknologi steemit disebut media sosial terdesentralisasi, sedangkan facebook dan lainnya media yang tersentralisasi. Disebut tersentralisasi, kekuasaan mengelola sepenuhnya ada pada user. Sedangkan media terdesentralisasi, pemilik akun memiliki hak penuh mengelola walletnya.

Jika di media tersentralisasi diberi reward ilusi maka di media steemit konten yang dikreasikan dan dikurasi mendapat reward cryptocurrency yang dapat dikonversi ke mata uang rupiah. Sejumlah steemian sudah sering mengumpulkan reward yang jika dihitung ke dalam nilai rupiah bisa melebihi pendapatan mereka yang berkerja dengan standar Upah Minimum Provinsi.

Tentu saja bagi Irwandi tidak membutuhkan reward uang lagi. Tidak mengapa, bila Irwandi memiliki modal bisa berinvestasi di Steemit untuk mendapatkan Steem Power (SP) yang besar. Dengan SP yang besar Irwandi bisa memberi upvote kepada steemian asal Aceh atau Steemian yang menyumbang kemajuan bagi Aceh.

Lebih dari itu, Irwandi bisa mendapatkan iklim lingkungan yang sehat di Steemit. Steemian yang bertahan dan aktif di Steemit adalah sosok yang tidak mungkin menyebar fitnah, berkata kotor, dan menyakiti dalam postingannya. Jika pun ada kritik maka kritik itu akan disuguhkan dengan cara yang elegan, penuh pertimbangan, dan cukup data dukungan.

Di Steemit juga tidak mungkin ada postingan hoax sebab semua post yang ada di Steemit mesti orisinil dan tervalidasi. Jika ada hoax maka Steemian lain berhak melakukan flag. Jika di flag oleh Steemian yang memiliki SP besar maka akun tukang hoax bisa tenggelam.

Para Steemian berkat dukungan cryptocurrency juga tidak bergantung dengan anggaran APBA sehingga dijamin bebas dari lobi-lobi proyek. Paling yang mungkin diusulkan adalah membangun infrastruktur telekomunikasi agar semua gampong di Aceh terhubung dengan jaringan internet. Jika sudah terhubung maka Steemian bisa memperkenalkan Steemit kepada anak-anak muda di gampong untuk menjadi kreator konten di gampongnya.

Apakah itu berarti "aktivis" media Steemit tidak memiliki agenda perubahan? Jelas ada, bahkan visinya lebih besar lagi, yaitu mengubah dunia. Jadi bukan sekedar mengubah Aceh saja. Menariknya, revolusi yang dilakukan oleh komunitas kripto bukanlah revolusi yang menyakiti apalagi melukai. Adopsi teknologi blockchain dalam pengelolaan keuangan, termasuk dalam pemilu merupakan solusi yang ditawarkan oleh komunitas kripto.

Dengan teknologi blockchain akan terwujud transparansi yang sejati, efektifitas yang nyata, tidak ada lagi hak agen, dan lebih aman. Carut marut APBA sangat mudah diselesaikan dengan pendekatan teknologi blockchain, begitu juga dengan pelaksanaan pemilu dan bidang lainnya.

Begitu pula dengan cryptocurrency, sudah cukup banyak dan bakal terus bertambah orang-orang yang sudah bisa keluar dari ketiadaan uang akibat keterbatasan pendapatan dari pekerjaan mereka atau keluar dari status pengangguran akibat ketiadaan lapangan kerja. Dengan menjadi kreator konten problem lapangan kerja bisa ikut teratasi. Irwandi bisa meminta intel-intelnya untuk memastikan apakah benar ada banyak orang Aceh yang sudah terbantu oleh keberadaan media Steemit?

Begitu asyiknya para steemian berada dalam lingkungan komunitas Steemit, hanya beberapa orang saja yang kembali lagi menjadi "aktifis" di Facebook. Selebihnya mereka menghidupkan warung-warung kopi tanpa perlu berhutang lagi. Saya kuatir mereka juga akan membayar kopi pancong Irwandi jika kebetulan berada di warung yang sama. "Bang BW, ka awai di bayeu le awak Steemit." Dan ini sangat mungkin terjadi. []