Nyanyi Luka Buat Vanessa
Foto: Internet
Apa kabar Vanessa, artis cantik yang mengebohkan itu ? “Cantik Itu Luka“ begitu judul novel best seller Eka Kurniawan yang sudah dialih ke banyak bahasa dunia. Pada mulanya saya tidak terlalu mengikuti perkembangan kasus Vanessa ini, apalagi lokus deliktinya di Surabaya. Tapi setelah membaca beberapa beritanya di portal berita Kumparan.com dan Vanessa mengungkapkan kesedihan dan penyesalannya, saya tiba-tiba bersimpati dengan nasib malang yang menimpanya.
Nasib malang karena cantik dan menjadi korban teknologi komunikasi yang telah mengeksploitasi kecantikanya itu. “Cantik Itu Luka", lagi-lagi kata Eka Kurniawan, novel pertama Eka yang saya baca sebelum baca Manusia Harimau dan O nya . Bahkan, saya berniat menulis novel tentang Vanessa dan tragedi hidupnya ini dari sudut pandang seorang wartawan . Cuma mau mulai dari mana karena amat sedikit berita yang ditulis tentangnya dan itupun tidak pula dengan rasa simpati . Karena itu saya tulis saja dulu sebuah puisi sambil mengumpulkan data dan cerita lainnya, mana tahu memang bisa ditulis jadi novel. Meski pastilah tak sebagus Cantik Itu Luka, Eka Kurniawan, salah seorang novelis yang jadi buah bibir dunia, setelah Andrea Hirata, anak Melayu Belitung. Berikut puisi saya:
Nyanyi Luka Buat Vanessa
“Tuhan, Ampuni Mereka yang Menzalimi Ku" Vanessa ( Kumparan, 8 april )
1 ///
Kita adalah pengembara
Yang berangkat dari rahim kehidupan
Kembali ke rumah keabadian
Berjalan di jalan penuh lubang
Memanggul dosa sejarah
Yang Adam dan Hawa pun menyerah.
Kita seperti kedidi yang berlari
Menembus hari.
Sendiri
Menyusur pantai mencari titik sampai
2 ///
Berlarilah kedidiku
Karena kau takkan tahu
Seberapa banyak waktumu
Setiap saat selalu di tebing waktu
Setiap saat maut menunggu
Berkacalah selagi bisa
Saksikan jelitamu
Tatapkan kerlip mata kejoramu
Bibir sensasi penuh gairah
Pinggul serasi penuh berahi
Jeling jenaka penuh pesona
Bersoleklah
Selagi bisa mengalahkan cuaca
Harumkan setanggi berahimu
Biar merebak
Menawarkan kehendak
3///
Jalan kita pulang memang panjang Penuh lubang
Dedaunan kehidupan terus menggoda
Ranting ranting dosa terus bertanya
Mengapa wajah mu nelangsa
Mengapa gaun mu bau penuh noda
Mengapa riwayat hari mu penuh nestapa
Berlarilah kedidiku
Meski kepak kecil mu letih
Meski kaki kurusmu lelah
Meski tubuhmu seakan menyerah
4///
Jalan kita pulang memang panjang
Jam jam waktu seakan berulang Dedaunan kehidupan terus bertanya
Apa kabar mu
Dari mana kau datang
Kemana kau pulang
Apa yang kau sandang
Apakah kau pecundang ?
5///
Jalan kita pulang memang panjang
Penuh lubang
Adakala terjerembab
Berkubang
Gaunmu kotor penuh lumpur
Mukamu sembab penuh memar
Hatimu remuk penuh luka
Menangislah tanda kau tahu
Rasa sakit luka abaimu
Berlututlah tanda kau tahu
Kepada siapa harus mengadu
6///
Jalan kita pulang memang panjang
Penuh lubang
Daun daun kehidupan tetap menyapa
Terus bertanya
Ketika kau melenggang dan berdendang
Pasir dan krikil tetap menatap
Saat kau menjingkat , melompat ,
Berkelit di tengah lumpur ,
Bencah dan comberan
Terkadang terjerembab
Meratap harap
7///
Jalan kita pulang memang penuh lubang
Tapi semua pernah terperosok
Terjerembab
Berkubang
Maka bangkitlah
Jalan pulang masih panjang
Maka menangislah
Tanda kau tahu pedihnya luka
Maka berlututlah
Tanda kau tahu kepada siapa harus mengadu 
8 ///
Mungkin kau dilena pesona suara
Dentum tambur dan denyar lampu
Pesona parfum dan harum khamar
Suara pesawat dan bisik lombargini
Mungkin kikik berahi di gaun panjangmu
Mungkin derit sempit cede dan sepatumu
Senandung usia dan gelegak masa muda
Delapan puluh juta di usia yang bukan belia, sangat menggoda
Saat kau terperosok di lubang hina
Menangislah tanda kau tahu
Telah mengabaikan degub jantung ibumu
Tanda kau tak arif menangkap jeling mata ayahmu
Tanda kau tak pernah belajar dari kisah masa lalu sesamamu
Tanda kau alpa pada binar mata anakmu
9 ///
Jalan pulang memang panjang
penuh lubang
Semua pernah terperosok
berkubang di lubang penuh sihir
Berlututlah tanda kau tahu
kepada siapa harus mengadu
Bersujudlah tanda kau tahu
Ke pintu mana harus mengetuk
Membawa pilu
Kita para pengembara yang sedang berjalan pulang, kedidiku
Semua akan sampai entah bila
entah dimana
Semua pernah terjerembab ,
Menyimpan luka dibalik tawa
Entah bila entah dimana
10 ///
Berlarilah kedidiku
Jangan kalah dan menyerah
Berdamailah dengan badai hidup mu
Renungkan dan hijrah lah
Tuhan tak pernah menutup pintu
Berlututlah
Bersihkan lumpur dan gantikan gaunmu
Pulanglah dengan hati lapang
Pepohonan masa lalu tak pernah menghujat
Pasir dan krikil tak pernah berhianat
Seperti seekor kedidi yang berjalan pulang
Simak kembali desir pantai.
Dengar kembali gemuruh ombak .
Hirup kembali harum dedaunan
Abaikan alpa masa lalumu
Waktu mu pasti sampai
Entah bila entah dimana
Berlututlah!
“ Tuhan, biarkan ini hanya terjadi padaku, tidak pada kakak,adik dan anak perempuan ku “ Vanessa.(kumparan, 8 April )
Tanjungpinang, 2019
@ridakliamsi
Rida K Liamsi
Congratulations @ridakliamsi! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
To support your work, I also upvoted your post!
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!
Postingan yang luar biasa. Salam Tempuling Kanda Ismail Kadir.
Salam KSI
Irman Syah | @mpugondrong