Bermain Dengan Ombak Kehidupan
Apa yang datang ke alam pikiran anda pada saat melihat gambar ilustrasi diatas. Saya percaya ada banyak imajinasi yang melintasi pikiran anda ketika melihatnya. Genangan air dan lintasan pasir yang membentang sejauh mata memandang ini adalah anugerah yang menggambarkan KEBESARAN, KEINDAHAN, dan beragam kata pujian lain yang bisa kita muntahkan untuk menggambarkan keberadaannya. Laut dan pantai adalah kesatuan utuh yang tak terpisahkan. Selain lautnya yang menjadi sumber untuk manusia bisa survive. Pantai yang merupakan garis yang menjadi pembatas daratan dan lautan juga merupakan fenomena tersendiri.
Aku adalah SON OF A BEACH yang lahir dan besar di wilayah yang berjarak ratusan meter dari pantai. Masa kecil kami di desa nelayan yang bernama Meunasah Jurong Teupin Pukat ini sangat aduhai indahnya. Hari-hari yang kami tak ubahnya wisata tak berbatas. Masa itu memang belum terkontaminasi oleh ragamnya komodrenan zaman now. Pulang sekolah biasanya kami menghabiskan waktu sejenak untuk menunggu film kartun favorit diputar oleh stasiun TVRI. TV swasta adalah kemewahan bagi kami. TV itu sendiri pun sebuah pentasbihan barang siapa yang memilikinya pasti punya materi yang berlebih. Selang setengah jam setelah film kartun favorit usai, petulangan di dunia nyata pun dimulai. Sungai yang mengalir dan bermuara ke laut lepas menjadi tempat kami beraksi mendramatisasi hidup. Semua masih jelas terbayang bagaimana riangnya kami kala itu. Berloncatan dari atas boat nelayan sambil bersalto ria adalah adrenalin favorit teman-temanku. Aku sendiri cukup puas hanya berenang kesana kemari. For your information, Kami dulu bahkan tak butuh pantai. Sungai kami adalah miniatur Laut dan pantai sebelum tepian sungai yang tadinya berpasir dijejali oleh rongsokan boat pukat nelayan yang rusak dan dibiarkan teronggok merusak pantai kecil di sungai kami. Sungguh MEUKOLONI para cukong sialan itu.
Namun laut dan pantai tetaplah fenomena keindahan dengan misteri yang abadi sepanjang zamannya. Pada usia sekolah dasar pantai sedikit tabu bagi kami. Ada banyak mitos yang diceritakan hanya untuk sekedar mencegah kami bermain jauh dari rumah tentunya. Meskipun upaya itu mental seiring musim yang seolah mewajibkan kami untuk bergelut dengan pantai dan laut untuk bersenang-senang. Bermain sepak bola di pantai adalah rutinitas musiman yang kami lakukan. Hampir seluruh penduduk desa, yang lutut dan napasnya masih kuat ikut berpartisipasi dalam aksi musiman ini. Tidak ada wajah yang tak ceria, gelak tawa mengiringi setiap kali kami berburu si kulit bundar itu, bahkan tatkala kami memaki satu sami lain pun, itu semua menjadi bumbu guyon yang semakin membuat suasana semakin meriah. Itulah kami, penduduk desa yang bisa tertawa dengan hal-hal sederhana.
Aksi selanjutnya setelah rutinitas berburu si kulit bundar tentunya bisa ditebak. Berenang dan membasuh peluh dengan air laut menjadi momen yang masih membekas sampai saat ini. Setidaknya bagiku, dimana aku terbiasa berimajinasi liar untuk bermain dengan ombak yang mendampari pantainya. Aku sering berimjinasi seolah menjadi pendekar yang sedang bertapa, dihempas ombak bergoyang-goyang dan kemudian mencoba mempertahankan diri ketika air laut menarik tubuhku ke kedalamannya. Pada waktu itu, aksi itu hanya untuk memenuhi imajinasi liarku semata. Namun sekarang, Aku menangkap ada hal yang terkait dengan bagaimana kita menjalani kehidupan ini. Kehidupan yang berjalan dengan segala pasang surutnya. Hantaman gelombang air yang kurasakan saat itu terasa sama dengan apa yang terjadi di kehidupanku, dimana banyak gelombang yang datang silih berganti.
Pasang surut kehidupan adalah kejamakan yang terjadi dalam kehidupan manusia. Namun itulah hal yang sewajarnya terjadi. Untuk bisa survive, pilihan yang tersedia hanya mengalun bersama tinggi rendahnya gelombang yang datang. Menunggangi ombak kehidupan adalah seni tersendiri. Jika kita mampu melakukannya, maka hidup yang kita jalani dipastikan akan penuh dengan adrenalin yang selalu terpacu. Adrenalin yang sangat kita butuhkan untuk tidak monoton dalam menjalani kehidupan.
Dengan Cinta,
Reza Sofyan
He said, 'Stop doing wrong things and turn back to God! The kingdom of heaven is almost here.'(Matthew 3:2)
Bro. Eli Challenges Atheism Belief, There is No God
Watch the Video below to know the Answer...
(Sorry for sending this comment. We are not looking for our self profit, our intentions is to preach the words of God in any means possible.)
Comment what you understand of our Youtube Video to receive our full votes. We have 30,000 #SteemPower. It's our little way to Thank you, our beloved friend.
Check our Discord Chat
Join our Official Community: https://steemit.com/created/hive-182074
haha son of the beach, lawak betul
hehehehe thanks udah mampir