PuloTravels #91: Terpukau Atraksi Tarian Dayak di Taman Siring, Banjarmasin

Ketika berada di Kota Seribu Sungai, Banjarmasin Kalimantan Selatan, saya tidak membuang kesempatan untuk menonton tarian khas Dayak yang sangat atraktif.

Sangat beruntung, saat saya mengunjungi Taman Siring Sungai Martapura di pusat kota Banjarmasin, tepatnya di Jalan Jendral Sudirman, saya dapat menikmati langsung tarian ini.

Kala itu, di Minggu pagi, saya menyusuri pinggiran sungai yang telah dibeton kokoh ini, untuk menikmati suasana car free day. Perjalanan ini ditemani driver merangkap guide saya, Pak Ahmad.

Berjalan sekira 10 menit, saya melihat kerumunan orang sedang menonton sesuatu. Pasti ini atraksi tarian dayak, seperti yang dikatakan pak Ahmad kemarin, bahwa bila ingin menonton tarian ini, kita dapat melihatnya di Pantai Jodoh, nama lain Taman Siring. Saya segera bergegas mendekati kerumunan itu.

Benar saja, seorang anak muda gagah dan tinggi, bertelanjang dada, namun di tangannya tersemat bulu-bulu burung, dirangkai menjadi serupa sayap.

Di kepalanya, ia memakai kopiah berparuh burung, dihiasi dengan bulu-bulu. Di tubuhnya terdapat tato-tato bercorak khas. Ia bergerak sangat lincah, diiringi lagu seperti suara alam, mirip lagu-lagu suku Indian.

Saya teringat Winnetou, kepala Suku Apache dalam buku cerita karya Karl May. Saya membayangkan, yang sedang menari ini adalah Winnetou, sahabat Old Shutterhand. Lamunan saya segera buyar, saat melihat si penari meloncat tinggi dan bertengger di atas tembok pembatas sungai. Wow! Cekatan sekali. Saya terkesima. Sungguh!

Si penari, hanya mengeluarkan suara-suara seperti burung, dan teriakan-teriakan. Lantas saya menduga ini pasti tarian Burung Enggang, yang sangat dimuliakan oleh Suku Dayak Kenyah. Tarian ini disebut Tari Kacet Lasan, yang menggambarkan keagungan. Tarian ini dibawakan tunggal oleh seorang penari.

Gerakan-gerakan tari ini menyontoh perilaku burung enggang saat terbang melayang, lalu bertengger di pepohonan. Pantas saja, tadi si penari, dengan lihainya hinggap di atas beton pagar pembatas, yang lebarnya tidak lebih dari 15 cm, dengan ketinggian lebih sari satu meter di atas permukaan lantai.

Saya takjub, dan mengajak foto bersama sang penari dari Sanggar Tari Bunga Terong ini. Sungguh, sebuah pengalaman yang luar biasa. Semakin jelas, bahwa Indonesia tercinta sungguh kaya.

Salam,
@razack-pulo