#Part-2 : Imajinasi Kecantikan Perempuan di Media Massa

Sumber

Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, bahwa perempuan merupakan objek utama dari tatapan maskulinitas di media massa. Sehingga di media massa, perempuan dikonstruksikan sesuai dengan apa yang diasumsikan atau direpresentasikan oleh laki-laki atasnya.

Di media massa, perempuan ditampilkan sebagai sosok "pemikat", yang mana sisi sensualitas adalah sisi yang lebih ditonjolkan. Itu artinya, perempuan di media massa lebih ditekankan pada aspek-aspek fisik yang dianggap "indah" dipandang mata. Keindahan perempuan, seringkali dijadikan objek yang menguntungkan pihak penguasa media.

Oleh karena itu lah sebagai sosok pemikat, tidak aneh jika keindahan atau kecantikan perempuan dikonstruksikan sedemikian rupa sesuai dengan nilai-nilai yang diinginkan pelaku media dan orang di baliknya.

Mitos tentang Kecantikan Perempuan

Konstruksi tentang kecantikan perempuan yang dibangun oleh media massa, pada akhirnya membangun mitos-mitos di tengah-tengah masyarakat. Tidak lain, dibentuk hanya untuk kepentingan penguasa di belakang media massa.

Sedari saya kecil, saya dijejali oleh berbagai iklan di media yang menampilkan model perempuan-perempuan "cantik" ala media. Saya masih ingat bagaimana iklan lotion atau sabun mandi yang menampilkan perempuan berkulit putih nan langsing. Iklan shampoo yang modelnya perempuan berambut panjang nan berkilau. Atau iklan produk-produk pelangsing, yang tubuhnya aduhai yang kerap disamakan dengan alat musik gitar. Imaji perempuan yang ditampilkan tersebut terus membekas dalam pikiran saya, bahwa apakah memang seperti itu kah perempuan yang cantik itu?

Sumber

Terlebih lagi, model-model perempuan seperti ini didukung dengan miniatur-miniatur seperti boneka Barbie yang juga dibuat seakan-akan seperti itu lah idealnya tubuh perempuan. Belum lagi, booming-nya film-film Taiwan dan Korea yang juga menampilkan model perempuan putih, tinggi, langsing, dan berambut lurus. Sehingga di sini lah, mitos-mitos mengenai kecantikan perempuan semakin mengakar dalam pikiran masyarakat media.

So..cantik itu harus berlekuk, gitu! Omaigat.
sumber

Tidak salah jika Naomi Wolf (2002) mengatakan bahwa saat ini perempuan berkulit hitam, kulit coklat atau putih harus dihadapkan dengan mitos kecantikan untuk menjadi seorang perempuan yang paripurna. Yang mana seorang perempuan dipaksa untuk memiliki tubuh tanpa cacat sedikit pun agar bisa dikatakan cantik.

Sumber

Perempuan-Perempuan Masokis

Untuk itu lah, banyak sekali perempuan yang berlomba-lomba untuk menjadi cantik agar dapat memenuhi kriteria perempuan cantik tersebut. Agar menjadi cantik, perempuan bahkan rela melakukan berbagai cara meskipun itu harus menyakitkan dirinya sendiri.

Agar dapat menjadi langsing misalnya, perempuan harus diet habis-habisan untuk sekadar mendapatkan berat badan yang dianggap idealnya perempuan. Atau untuk mendapatkan fisik layaknya barbie, perempuan rela untuk mendapatkan sayatan-sayatan di wajah dan tubuhnya, menyuntikkan silikon, minum pil-pil kecantikan, dsb.

Sumber

Inilah yang dikatakan dengan perempuan masokis. Suka menyiksa dirinya sendiri supaya dapat dikatakan cantik.

Masokis itu hadir ketika seorang individu tidak lagi menganggap kesakitan sebagai suatu kesakitan, tapi sebuah kesenangan. Semakin sakit, semakin dilakukan. Asalkan perempuan itu mendapatkan kepuasaan yang diinginkannya, yaitu kecantikan.

Perempuan yang berdiet habis-habisan tidak lagi merasakan bagaimana penyakit lambung yang dirasakannya. Tidak lagi peduli seberapa besar uang yang telah dihabiskan. Seberapa kurus badannya. Dan seberapa menyakitkan besi dan sayatan yang diterima di tubuhnya. Asalkan itu cantik, tidak masalah.

Sumber

Di akhir tulisan, maka penting lah kita merujuk pada perkataan seorang pakar..

Beauty is when you can appreciate yourself. When you love yourself, that's when you're most beautiful. --Zoe Kravits.

Next --> Komodifikasi atas Tubuh Perempuan