Tentang Woori, Teman Yang Akan Dirindui

Sekitaran dua bulan yang lalu kucing kecil berwarna putih hitam ini menghampiriku untuk pertama kalinya. Tubuhnya masih sangat kurus namun terlihat cukup lincah melompat ke sana dan ke mari. Kala itu aku tengah membersihkan halaman depan rumah yang baru saja kutinggali bersama dengan adikku dan temannya. Pertama kulihat kucing manis ini, "there is no special~" Tak terfikir olehku untuk menjadikannya peliharaan sekaligus teman. Tapi kemudian, ia terus menerus mendekatiku dan bermain dengan rumput-rumput kering yang kubersihkan. Ya, kutahu dia tengah mencari perhatian untuk diberi makan. Kutahu kala itu ia terlihat cukup kelaparan.

Finally, ia berhasil menarik hatiku. Kuberi ia sesendok nasi putih karena kala itu belum waktunya keluargaku menyiapkan makan siang. Jadi tak ada satupun lauk yang tersisa. Kufikir ia takkan mau karena jarang kucing mau makan nasi doang. Tapi ternyata, kucing berkuping caplang itu melahapnya dengan cepat. Wah I really fall for him! Ya dia kucing jantan yang penurut dan tak banyak mau. Selanjutnya dengan beragam cara kucoba memberi pemahaman pada ibuku untuk memberi izin memeliharanya di rumah. Ya, seiring dengan anggukan sang ibu akhirnya kucing berekor panjang itu resmi menjadi kucingku. Woori adalah nama yang kuberikan, terinspirasi dari salah satu kucing di drama favoritku.

Hari-hari berikutnya terasa amat menyenangkan dengan woori sebagai salah satu pengisi di tiap cerita kehidupan. Ia bukan sekedar hewan peliharaan namun lebih dari itu, woori bagai teman yang mengerti. Kan bertingkah lucu ketika setumpuk persoalan memenuhi fikiran. Dan dirindui ketika kakinya jelalatan melalak tanpa pamit. Bahkan ibuku pun menjadikannya teman dan pengisi kekosongan ketika aku dan adikku disibukkan oleh urusan perkuliahan. Ah woori😍

But, and then.. The day that I never expected before was come.. Woori tiba-tiba saja terlihat tak enak badan setelah memakan makanannya dalam porsi besar. Keadaannya semakin memarah sehabis kumandikan. Ia menjadi sesak nafas dan kehilangan nafsu makan. Mendadak woori berubah menjadi kucing kalem yang tak lagi doyan jungkir balik atau melompat tinggi. Hari terus bergulir dan apapun yang coba kuberikan ia tak mau. Mulai dari nasi, telur, ikan masak, hingga ikan mentah tak lagi menarik seleranya. Ia hanya menciuminya sesaat lalu buang muka dan kembali fokus pada sesak nafas yang dirasanya. Pernah suatu hari di tiga hari yang lalu. Woori mau memakan ikan mentah yang kuberikan. Wah! Woori sudah sembuh! Pikirku. Namun ternyata di hari berikutnya ia kembali ngedrop dan tak bernafsu makan.

Ah, biasanya aku hafal bener bagaimana aktivitas kesehariannya, ya paling kalau lapar ngeong minta makan, sehabis makan menjadi hiperaktif karena ngantuk dan kemudian terjatuh tidur. Namun pasca sakit ia tak lagi menjalani pola yang sama. Woori menjadi doyan tempat gelap di bawah meja dan tertidur di sana. Matanya terus menerus berair dan dipenuhi kotoran mata. Nafasnya pun semakin hari semakin parah seperti sesak mendekati asma. Melihatnya sungguh menyiksa!😢😭

Aku sudah mencoba mencari tahu penyakitnya dan penanganannya. Namun tak ada yang membantu. Bahkan sudah kucoba cari tempat dokter hewan terdekat tapu tidak ada. Yang ada hanya beberapa petshop yang kurasa mungkin kurang membantu. Salahku juga karena sempat menunda-nunda untuk mencoba membawakan woori ke petshop terdekat. Karena kufikir tak ada ahli medis hewan di sana. Ah, akhirnya di hari baik ini. Jumat, 26 Januari 2018 Allah menjemput woori dan menyudahi segala penderitaannya.

I believe this is the best plan of Allah yang jauh lebih menyayanginya dengan menjemputnya. Jujur aku menangis kala melihat ajal menjemput woori. Ia mengerang kesakitan bahkan aku tak sanggup memeganginya. Ah, temanku! Rasanya baru kemarin kau berlari bermain bersamaku. Mengedipkan mata ketika merasa nyaman dipelukanku. Dan hari ini aku harus kuat melihatmu membeku pergi untuk selamanya.😭🙏

Semoga goresan ini menjadi memorial bahwa woori pernah hadir sebagai teman sekaligus penyembuh rindu

Salam hangat❤
@putrianandass