Perjalanan, Romantika, dan Hal-Hal yang Belum Selesai Dituliskan

in #indonesia6 years ago (edited)

harybq.jpg
sumber: Hendrinova's weblog

Membaca kumpulan cerpen Tunggu Aku di Sungai Duku karya Hary B Kori’un membuat saya benar-benar terkesima. Dari sebelas cerita pendek yang diterbitkan oleh Palagan Press tahun 2012 ini, beberapa cerpen yang sangat membekas dalam ingatan, yakni berjudul “Tunggu Aku di Sungai Duku” dan “Pulang”.

Ketika membaca cerita pendek “Tunggu Aku di Sungai Duku” yang menjadi judul dari buku kumpulan cerita pendek ini, awalnya saya tidak menyangka bahwa prosa ini ditulis oleh seorang laki-laki. Cerita ini menggunakan teknik penceritaan dengan tiga sudut pandang: 1) Tokoh Aku sebagai Umi (perempuan yang menanti kekasihnya) ditandai dengan keterangan tempat Sungai Duku, 2) Tokoh Aku sebagai Martin (Pelaut yang juga kekasih Umi) ditandai dengan keterangan tempat Kepulauan Anambas, dan Cape Town, 3) Pelaut berikutnya yang menceritakan kisah Umi dan Martin kepada Alia, kekasihnya ditandai dengan keterangan tempat Pekanbaru.

Alur cerita diawali narasi dari sudut pandang Aku sebagai Umi dengan penanda tempat Sungai Duku di mana Umi, wanita muda hendak melepas kepergian Martin berlayar mengarungi samudra yang jauh. Di sana mereka mengikrar janji bahwa Martin akan segera pulang dan Umi pun akan setia menanti kepulangan Martin di dermaga Sungai Duku.

Alur kedua dilanjut dengan surat balasan Martin dengan penanda tempat Kepulauan Anambas di mana Martin memberikan kabar bahwa ia akan segera sampai Laut Cina Selatan kemudian ke Eropa. Alur ketiga adalah surat Umi untuk Martin, bermodal kepercayaan, Umi terus menanti Martin setiap hari di dermaga. Ia masih memercayai janji Martin. Alur keempat,, adalah narasi Aku sebagai Umi. Di sana ia bercengkerama dengan petugas dermaga. Alur kelima, berisi surat dari Martin yang berisi janji bahwa ia akan meminang Umi menjadi istrinya. Alur keenam, berisi surat Umi untuk Martin yang berisi bahwa meski sudah puluhan tahun ia menunggu sampai rambutnya memutih dan wajahnya penuh keriput, harapan membuatnya tetap ingin hidup dan menanti kepulangan Martin. Lalu tiba-tiba dikejutkan dengan alur terakhir. Alur ketujuh, surat pelaut yang lain (bukan Martin) yang mempertanyakan keraguannya cintanya untuk kekasihnya Alia.

Selain menggunakan tiga sudut pandang dan teknik penceritaan yang unik, cerpen ini juga menggunakan diksi yang benar-benar puitis. Mirip dengan puisi panjang dengan genre romantik. Pembaca seolah terbawa dan hanyut dalam kepedihan yang dirasakan oleh tokoh-tokohnya. Hal inilah yang menjadikan cerpen tersebut tidak membosankan meski berulang kali dibaca. Di akhir cerita, Hary memunculkan kejutan. Ternyata kisah Umi, nenek tua yang setia menunggu kekasihnya di dermaga Sungai Duku, adalah dongeng yang diceritakan oleh seorang pelaut lain (bukan Martin) kepada kekasihnya bernama Alia. Jadi, bisa dikatakan cerita pendek ini merupakan cerita berbingkai.

Judul kumpulan cerpen tersebut “Tunggu Aku di Sungai Duku”, tentu sangat tepat sebab cerita ini bisa mewakili cerita-cerita lainnya. Hary bisa dikatakan cerdas. Pengetahuannya tentang letak geografis ekspedisi perjalanan Martin mengarungi samudra membuat imajinasi pembaca menjadi lebih hidup. Barangkali hal tersebut dikarenakan latar belakang pendidikan Hary dari jurusan Sejarah, jadi wajar bila ia sangat memahami alur sejarah ekspedisi terbesar yang pernah dilakukan oleh Vasco De Gama, Marcopollo, Christoper Colombus, dan pelayar lainnya.

Namun, di balik kekuatan struktur dan teknik yang digunakan Hary, ada beberapa hal yang menurut saya mengusik keutuhan cerita, yakni cerita mengenai Umi. Sebagai tokoh rekaan, konon Umi adalah nenek berkebaya yang sangat setia menunggu kekasihnya di dermaga. Cerita tersebut berkembang dari mulut ke mulut yang hingga kini dipercayai oleh tokoh utama (pencerita dalam cerpen) bahwa si nenek tersebut masih senantiasa ada di dermaga menunggu kekasihnya sambil mencelupkan kedua kakinya. Bila kita menggunakan nalar dan logika, tentu saja cerita ini sangat tidak logis. Apalagi di era sekarang ini, apakah masih ada wanita yang dengan setia menunggu kekasihnya pulang selama puluhan tahun sementara mereka tidak terikat dalam tali pernikahan? Di akhir cerita pun, Hary memunculkan tokoh pelaut lain yang menanyakan kepada kekasihnya, Alia, bila kepulangannya akan memakan waktu lama, apakah Alia rela menunggunya seperti yang dilakukan nenek bernama Umi?

Hal lain berikutnya, yakni adanya loncatan cerita dari sudut pandang aku sebagai Umi ke Aku sebagai pelaut (bukan Martin). Tentu saja, loncatan ini sangat mengejutkan pembaca dan menuntut konsentrasi pembaca sebab bila tidak, pembaca akan dibuat bingung. Saya yang memosisikan diri sebagai pembaca merasa kecewa mengapa penulis tiba-tiba memunculkan tokoh lain karena saya sudah telanjur jatuh cinta pada narasi dan surat-surat Umi kepada Martin.

Cerita pendek berikutnya yang menyita perhatian berjudul “Pulang”. Hary mampu mengemas hal-hal sederhana menjadi cerita yang sangat menarik dan luar biasa. Kisah ini barangkali adalah kisah nyata yang pernah dialami Hary. Barangkali? Sebab ceritanya begitu mengalir dan mengobrak-abrik emosi pembaca? Di akhir cerita, saya tiba-tiba menitikkan air mata dan seolah merasakan kehilangan sesuatu yang takpernah saya ketahui.

Cerita ini diawali dari kabar bahwa ayah tokoh Aku masuk rumah sakit. Tokoh Aku mendapat kabar itu dari kakak lelakinya yang berada di kampung halaman. Sementara tokoh Aku sudah tinggal jauh dari kampungnya. Semenjak tamat SMA, tokoh Aku merantau untuk kuliah dengan biaya sendiri. Setelah mendapat pekerjaan, memiliki dua anak dan seorang istri, tokoh Aku tidak pernah pulang mengunjungi kedua orang tuanya di kampung meskipun kerinduan terhadap ibunya selalu ia simpan. Sebab ia masih menyimpan dendam masa lalu terhadap ayahnya. Tokoh Aku merasa dianaktirikan oleh ayahnya ketika ia masih kecil. Ia merasa dikucilkan dibanding saudara-saudara lainnya. Ingatan-ingatan tentang masa kecil itu terus tumbuh sehingga membekas dalam dan menimbulkan kesakitan yang entah. Dari kesakitan-kesakitan masa kecil itulah tokoh Aku tumbuh menjadi pribadi yang kuat sehingga ia memutuskan meninggalkan kampung halamannya sebab ia percaya ada sesuatu yang akan bisa ia capai di luar sana. Di tengah kebimbangan yang menerpanya, istrinya mendesak agar tokoh Aku pulang ke kampung untuk menjenguk ayahnya. Lalu tokoh Aku akhirnya memutuskan pulang. Ia sendirian mengendarai mobil dari Pekanbaru menuju Jambi.

Di sepanjang perjalanan, malam itu hujan lebat, tokoh Aku memasuki perbukitan dengan jalan berkelok, pepohonan karet, tikungan tajam, dan turunan curam. Tokoh Aku mengalami kegelisahan yang luar biasa. Dalam perjalanan pulangnya itu, ingatan tentang masa kecilnya muncul dan membayang-bayangi perasaannya. Ia seolah kembali ke masa lalu. Menjadi anak kecil lagi yang haus kasih sayang seorang ayah. Kenangan itu sungguh memedihkan perasaannya. Hujan masih tidak mau berhenti. Ia sudah memasuki perkampungan yang sudah banyak rumah-rumah. Ia menepi ke sebuah warung kecil yang jaraknya sekitar 7 km lagi dari rumahnya. Lalu sekitar beberapa menit lagi ia sampai di rumahnya, tiba-tiba tokoh Aku menerima sms dari kakak lelakinya yang isinya begini:

“Bapak tidak sempat menunggumu untuk pulang. Kami semua sudah merelakannya dan kami berharap kamu merelakannya. Kata Bapak kamu tetap anaknya, tidak seperti yang selalu ada dalam pikirannya sejak kamu lahir karena kecemburuannya pada seorang laki-laki lain yang pernah mencintai ibu kita. Bapak bilang, kamu anak terbaik dan dia bangga dengan apa yang kamu dapatkan selama ini. Relakan dan maafkan Bapak...”

Hary memang pandai mengemas kata-kata. Kesubjektifannya mampu membius pembaca melalui tulisannya. Namun, realitas yang terjadi di luar tidak semata-mata mengurus emosi. Sejarah dan ingatan menjadi medium lain untuk ditemukan kemungkinan pemaknaan, selain dari tokoh-tokohnya yang bersifat romantik. Dalam beberapa cerita lainnya, selain penantian dan perjalanan kita juga akan menemukan cerita tentang kematian. Yang barangkali ini menjadi salah satu cara Hary untuk mengingatkan kepada fitrah manusia bahwa setiap yang hidup pasti akan mati. Secara umum dalam karya ini, entah disadari atau tidak, Hary sepertinya mengalami sensibilitas dengan kata “menunggu”. Jika diasumsikan kata ini berkonotasi dengan janji dan kesetiaan. Kesuluruhan tematik cerpen ini lebih mengarah pada romantika tentang kesetiaan.

Takbanyak yang tahu bahwa Hary B Koriun pernah merantau dan besar di Jambi, tepatnya di Rimbo Bujang, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. Meski ia sekarang sudah bermukim di Riau, saya rasa Jambi merupakan bagian yang penting bagi psikologis dan ingatan-ingatan tentang masa lalunya yang terjaga. Sebagai seseorang yang sedang belajar menulis di Jambi, saya takjub dengan cerpen berjudul “Pulang” ini. Kiranya tidak berlebihan jika fokus utama keseluruhan cerpen dalam buku Tunggu Aku di Sungai Duku memang memfokuskan kepada narasi “perjalanan”. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang kuat tentang latar belakang penulis dalam memaknai perjalanan-perjalanan hidupnya yang masih terus berlangsung dan belum selesai. Dalam keterkaitannya dengan mometum Kartini beberapa hari yang lewat, ada hal yang menarik tentang perempuan. Saya melihat bahwa “perempuan” digambarkan sebagai objek yang pasif. Meskipun dalam kepasifannya mereka adalah pribadi yang konsisten, setia, dan tegar.

Jambi, April 2017
haryb.jpg
sumber: dokumen pribadi, dimuat di koran Jambi Independent, Mei 2017.

Sort:  

tulisan yang menarik 👌

Makasih😝😝😝

😊
follow back
Salam kenal ya.

Done...sama2😜😜

Penasaran dgn buku Hary B Tunggu Aku di Sungai Duku. Sepertinya begitu kuat diksi-diksi yg disampaikan didalamnya. Patut utk dibaca..

Iya bang. Mancaappp bukunya😜😜

Mantap Puan, mengalun dan mengalir. Tapi sedikit panjhang😁

Makasiiihhh😜😜😜

🙌🙌🙌🙌🙌🙌🙌🙌🙌🙌🙌🙌

😎😎😎😎

uhmmmm jadi ingin punya bukunya...

Ayo baca bukunya. Menarik 😝😝

Aku gak setuju dengan alasan ini:

Apalagi di era sekarang ini, apakah masih ada wanita yang dengan setia menunggu kekasihnya pulang selama puluhan tahun sementara mereka tidak terikat dalam tali pernikahan?

Itulah yang namanya kesetiaan. Gak percaya? Coba dengar pengakuan Nella Kharisma ini:

yo wes ben nduwe bojo sing galak
yo wes ben sing omongane sengak
seneng nggawe aku susah
nanging aku wegah pisah

Tuh kan. Hehehe

Salam Steemit

Hahahhahaha...mungkin mainku belum jauh bang. Belum nemu yg gituan😜😜

vote back dong...

Coin Marketplace

STEEM 0.17
TRX 0.13
JST 0.027
BTC 58300.22
ETH 2638.09
USDT 1.00
SBD 2.44