Antara Trotoar dan Lampu Merah
sumber: tomogoblog.com
Setiap kali kami keluar dengan kendaraan roda dua, aku seringkali ngambek sama suamiku. Pasalnya doi suka lewat trotoar saat lampu merah. Alasannya macem-macem: biar cepatlah, mengikuti motor lainlah, dsb. Meski memang tidak ada pejalan kaki di trotoar, bagiku kendaran bermotor tetap tidak berhak melaluinya.
“Trotoar adalah hak pejalan kaki. Kalau kau masih nekat melewatinya dengan alasan macet dan terburu-buru, sama artinya dengan kau mencuri sapi milik tetangga,” ucapku.
“Loh, kok mencuri sapi? Aku kan tidak mencuri sapi tetangga? Lihat Mi, banyak kok motor yang melewati trotoar, lagipula juga tidak ada pejalan kaki” ucapnya sembari menjalankan motor dengan pelan.
“Iya, sama saja artinya kau telah mencuri hak orang lain. Lain kali aku mohon, meski kita terburu-buru, kita harus tetap taat aturan untuk melalui jalan khusus kendaraan bermotor. lebih baik terlambat daripada datang cepat, tetapi mencuri sapi milik tetangga,” ucapku padanya. Suamiku terdiam dan kami melanjutkan perjalanan.
Setelah kejadian itu, suamiku masih beberapa kali mengikuti laju kendaraan bermotor yang suka melewati trotoar karena jalanan sudah penuh kendaraan saat lampu merah. Kalau demikian, aku pasti ngomel-ngomel. Entah kali ke berapa akhirnya doi sadar dan setiap kali bersamaku, ia tak mau lagi melewati trotoar. Kukatakan padanya meski kita tidak kaya harta, kita harus punya prinsip hidup, minimal tidak mengambil hak orang lain. Namun, tentu aku tidak bisa setiap saat mengontrolnya saat ia bepergian sendirian.
Di tengah jalan, saat suamiku baru beberapa bulan tinggal di Jambi, ia berkata, “Mengapa di Jambi banyak sekali lalu lalang orang-orang yang suka menerobos lampu merah dan tidak memakai helm? Di Yogya, hal seperti ini sangat jarang, kebanyakan taat aturan.”
“Sebab tidak ada polisi,” ucapku.
“Saat kau memboncengku, kau juga beberapa kali menerobos lampu merah, padahal masih ada jeda waktu 05 detik lagi untuk menunggu. Mengapa kau melakukannya?”
“Sebab tidak ada polisi. Kau tidak melihat banyak orang yang juga melanggar?” ucapku dengan sebal.
“Apa para pengendara itu, termasuk dirimu punya banyak nyawa cadangan? Bagaimana bila kecelakaan tiba-tiba. Siapa yang akan bertanggung jawab?” tanyanya.
Sambil diam dan berpikir, aku pun menjawab, “Kecelakaan tidak akan terjadi selama kita berhati-hati di jalan raya.”
“Apa melanggar lalu lintas juga tergolong dalam kehati-hatian itu?” tanyanya.
“Tidak,” jawabku.
“Lantas mengapa kau melakukannya? Kau tidak menyayangi dirimu dan keluargamu? Siapa yang akan repot bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan?”
“Yang repot paling-paling aku sendiri,” jawabku.
“Dasar keras kepala, lain kali kau harus ikuti lampu lalu lintas itu meski takada polisi. Walau masih ada waktu lima detik atau tiga detik lagi, kau tetap harus menunggunya sampai lampu itu mengizinkan orang-orang untuk berjalan. Merah itu tanda berhenti, bukan berani mati,” ucapnya.
sumber: tomogoblog.com
Setelah kupikir-pikir ternyata ada benarnya juga. Lalu, aku mencari tahu angka kecelakaan di Provinsi Jambi per tahunnya di media online. Dari tahun ke tahun, angkanya semakin meningkat. Semenjak itu dari dalam hati kecilku berjanji untuk taat lampu lalu lintas, namun aku gengsi untuk mengatakannya. Melihat kenyataan yang ada, tiba-tiba suamiku berkata, “Bagaimana? Masih berani mati?” Aku diam saja sambil mencari jawaban yang pas.
“Lebih baik berani mati daripada mencuri sapi milik tetangga,” ucapku. Suamiku tertawa sambil berkata, “Dasar keras kepala.” Kami tertawa lepas di ruang tengah. Langit tiba-tiba gelap.
Terkadang juga, jalan pintas dianggap pantas 😊. Guna menghindari razia.
Aih keren..keren..suka😝😝
Postingan yang yang mantap kawan...
Terima kasih, Kawan
Sama sama kawan..
Buta warna, mungkin... Nggak bisa bedain merah dan hijau 😅
higs..higs..higs...mari taat lampu lalu lintas. wkwkkwk
Aku tidak paham mengapa banyak pengendara motor jadi brutal di jalan. Ini ekspresi stres atau apa ya?
di tempatku jadi habit, Bang. higs
Kadang juga karena emang udah stres sih. Bawaannya pengen cepat sampe tujuan.
Benaaaarrrrr mbak😂😂😂😂
Kerennnn
Mari taati rambu lalu dan lintas😉😃
Benaaaarrr.
Demi keselamatan bersama😝😝
syukur saya dan suami saya tidak menggunakan trotoar akternatif akses jalan. bersabar seperti steemit. heee.
Nah, aq perlu belajar dari embak nih ,kita kadang2 memang nakal😜😜
Pernah aku tertib berlalu lintas, lalu seorang kawan yang kubonceng menertawakan. "Banyak yang naik trotoar bro," katanya.
"Ya. Lalu? Ikutan melanggar aturan gitu? Indonesia banget sih....," sahutku
hahhahahhah iya Pak. Orang Indonesia perlu berubah nih
Percakapan yang menginspirasi.
Keep up giving inspiring 😊
Makasih kk cantik
Taati rambu-rambu kak. Jangan jalan saat lampu merah dan jangan berhenti saat lampu hijau. Hahahaha
Nah benar ini. Kalau kebalik bisa gaswat😂
bagus kak.... 😊😊😊
Makasih cantiiiikkkkk😝😝😝