Menunggu Waktu Shinta Berangkat

in #indonesia6 years ago

Katanya, dengan jasa penerbangan Susi Air ia akan berangkat ke Medan. Di tiketnya tertera pukul 12.00 WIB, 1 September 2018. Setelah beberapa tugas lapangan di Rawa Tripa yang memakan waktu selama tiga hari, usai di penginapan kami pun mengantarnya hingga ke dalam Bandara Cut Nyak Dhien Nagan Raya. Semua barang bawaannya pun sudah dikemas rapi dalam satu carrier penuh.

Dia belum lama aku kenal, sekira dua tahun lalu. Jabat tangannya untuk pertama kali di Subulussalam, di sebuah warung biasa milik teman dari seorang kawan disana. Waktu itu ia ada tugas mengambil gambar di sebuah perusahaan sawit yang diduga kuat sudah merambah kawasan hutan lindung. Pun aku sedang dalam tugas melacak jejak keabsahan sebuah perusahaan sawit yang baru beroperasi disana. Kala itu hanya beberapa jam saja kami sempat berdiskusi tentang hutan.

Kali kedua jumpa di Kota Banda Aceh. Tapi aku lupa hari dan tanggalnya. Persisnya di Kuta Alam Coffe. Masih seputar urusan yang sama, kali ini ia bertandang ke Koetaraja juga untuk mengambil gambar di tanah rawa gambut sarat masalah, itulah Rawa Tripa di Nagan Raya. Sebenarnya ia sudah pernah ke Nagan Raya sepekan sebelum kami bertemu. Hanya ia belum berhasil masuk ke dalam kawasan karena alasan tertentu.

Kami tiba di bandara yang diresmikan oleh Menteri Perhubungan Indonesia, Usman Syafi'i Djamal, pada 7Juni 2008, setengah jam lebih awal dari jadwal penerbangan. Kata Shinta biar jangan telat. Dari penginapan kami berangkat sekira jam 10.45 WIB dan tiba di bandara pukul 11.30 WIB. Begitu Xenia yang disopiri Bang Iwan masuk halaman parkir, saat itu juga Shinta melihat Ovi dan aku yang duduk di jok belakang. Ia mencoba tersenyum sebelum keberangkatannya.

Ovi turun, ia segera menuju dan membuka pintu belakang, carrier Shinta diangkat ke pundaknya. Sementara aku dan Bang Iwan hanya menbawa tas kami saja. Sebelum mencapai koridor bandara, di depan tembok nama bandara, Shinta dan Ovi minta difoto bersama. Seolah-olah keduanya akan berangkat, padahal hanya Shinta saja.

Mereka berdiri menghadap kamera, melempar senyum ke arah lensa, dan seketika jadilah selembar foto untuk dikenang di kemudian hari.

Usai urusan yang tidak seberapa itu, semua kami memilih duduk di samping kursi di depan salah satu ruang bandara. Semua kami seperti sibuk memainkan handphone sembari menunggu panggilan setelah chek in. Puluhan penumpang kulihat lalu lalang, mereka juga menunggu apa yang kami tunggu.

Tidak butuh lama, panggilan untuk penumpang agar masuk ruang antri pun terdengar dari pengeras suara bandara. Itu berselang menit dari suara pesawat yang baru saja landing. Shinta pun bersiap-siap untuk berangkat. Ia bangkit dari duduknya, menjabat tangan kami dan memeluk Bang Iwan. Sejenak kemudian ia pun menghilang dari pandangan kami.

Aku, Ovi dan Bang Iwan kembali ke parkiran. Sesuai rencana awal, selesai mengantar Shinta ke bandara kami akan langsung menuju Kota Meulaboh. Kami akan mencuci mobil yang sudah sangat berdebu. Menunggu mobil siap dimandikan, kami pun mencari warung kopi yang tidak jauh dari doorsmeer. Saat kami disana, waktu di tanganku sudah 12.55 WIB.

Baru dua seruputan kopi, alarm WhatsApp berbunyi. Kubuka, lalu kubaca. Kata Shinta penerbangannya ditunda hingga pukul 14.00 WIB. Pihak penerbangan beralasan, penerbangan ditunda karena ada gangguan teknis. Walau kami sudah tidak lagi bersamanya, tapi Shinta tetap tenang-tenang saja.

Seperti kata Shinta tadi di bandara, ia sudah terbiasa dengan penerbangan yang ditunda. Bukan sekali, tapi sudah berkali-kali. Jadinya ia santai dan duduk manis menunggu saja.[]

@pieasant

Sort:  

Nice read. I leave an upvote for this article thumbsup

Coin Marketplace

STEEM 0.19
TRX 0.15
JST 0.029
BTC 63271.81
ETH 2568.70
USDT 1.00
SBD 2.80