Aceh dan Ternate
Mesjid Raya Baiturrahman (MRB), itu mesjid kebanggaan masyarakat Aceh. Semua Muslim luar Aceh yang berkesempatan berkunjung ke wilayah yang pernah diperintah oleh Sultan Iskandar Muda akan berniat bersujud di lantainya. Apalagi setelah MRB sudah dipugar, akibatnya selain layak untuk menenangkan diri di sana, untuk berwisata ke sana juga sudah bukan hal yang tabu lagi.
Tidak heran, pertama kalinya dua sahabat saya dari Ternate yang sudah bermukim di Bandung berada di area MRB, mereka tidak segera berwudhu, mereka berfoto bergantian dengan background jamaah yang sedang bersiap-siap menegakkan Shalat Jum'at (23/2/2018).
Pernah suatu malam, kami berdiskusi panjang tentang daerah masing-masing, kesimpulannya adalah terdapat banyak kesamaan antara Aceh dan Ternate, khususnya pengaruh Islam.
Mulai dari ragam bentuk wajah yang dipengaruhi oleh pendatang, hasil bumi, falsafah hidup, kitab-kitab yang diajarkan, bentuk kerajaan, dan afiliasi kerajaan dengan kerajaan di luar Nusantara.
Tentang bentuk wajah, kata teman saya itu, di Ternate ada yang mirip wajah Arab, India, cina.
Itu persis sama dengan karakter wajah masyarakat Aceh.
Tentang falsafah hidup, sejak dari ayunan anak-anak di Ternate sudah diperdengarkan kalimah Tauhid, itu dilantunkan oleh sebagian besar ibu-ibu saat meninabobokan si anak.
Itu juga sama dengan kaum ibu di Aceh.
Tentang kitab dasar yang diajarkan, di Ternate juga ada kitab Masailai, yang selalu dimulai dengan “Jika kita ditanyai orang bla..bla...bla...”.
Itu persis seperti yang diajarkan oleh Almarhumah Tgk Saudah, guru yang mengajarkan aku membaca kitab Masailai.
Soal bentuk kerajaan juga sama, seperti adanya Tuha Peut dan Tuha Lapan. Soal afiliasi, kedua kerajaan besar di Nusantara, yakni Ternate dan Aceh sama-sama dipengaruhi oleh Kerajaan Turki Usmani.
Kataku pada temanku, “maka aku meyakini sangat bahwa ada benang merah antara Ternate dan Aceh".
Bisa saja ada alim ulama di Aceh pada sekitaran tahun 1600 M berlayar ke Ternate, atau sebaliknya. Juga bisa saja ada murid dari Aceh dan Ternate menimba ilmu pada sosok guru yang sama.
Bisa juga ada bangsawan Aceh menikahi wanita Ternate, atau sebaliknya.
Semua bisa saja terjadi, sayangnya sejarah kita hanya sebatas itu-itu saja. Kenapa ya?
Follback :D