Mengabadikan Sejarah, Budaya dan Tradisi Solo di Museum Keraton #Eksplore Solo

Hal ini Holaaa Steemians, Selamat Tahun Baru semua...!!
Gimana nih tahun baru di Kota masing-masing, pasti seru ya. Kali ini aku mau kasih postingan tentang hasil liburanku kemarin di salah satu kota kelahiranku, Solo Jawa Tengah.

Mendengar kata Solo apa sih yang ada di benak Steemians??

Solo atau Surakarta adalah salah satu Kota di Jawa Tengah yang menjadi salah satu tujuan wisata, selain kulinernya yang unik dan beragam, Kota Solo juga di kenal sebagai salah satu Kota budaya yang masih memegang nilai-nilai sejarah.

Hampir mirip dengan Jogja, Solo juga masih kental akan tradisi jawa, tentu hal ini tidak lepas dengan sejarah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang merupakan penerus Kerajaan Mataram Islam.

Mengunjungi Kota Solo, rasanya kurang lengkap kalo nggak mengunjungi salah satu peninggalan sejarahnya, yaitu Keraton Surakarta Hadiningrat. Dalam rangka pulang kampung ke Solo kemarin, aku berkesempatan jalan-jalan eksplore Solo, salah satunya dengan berkunjung di Keraton Solo ini.

Keraton Solo terletak di Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon. Di kawasan Keraton Solo ini terdapat museum, yang menyuguhkan kolekasi benda-benda peninggalan kerajaan yang bernilai budaya tinggi. Untuk kita yang ingin tau tentang kebudayaan, tradisi ataupun sejarah Kota Solo rasanya tempat ini menyajikan informasi lengkap dan patut di kunjungi jika suatu saat ke Solo nanti.

Akses untuk menuju tempat ini juga cukup mudah karena letaknya memang tak jauh dari Pusat Kota. Tapi untuk hari libur panjang seperti saat ini, kita harus sedikit bersabar ya, karena sudah pasti macet di mana-mana. Mengingat lokasi Keraton yang masih satu kawasan dengan Pasar Klewer, PGS, BTC yang merupakan surganya belanja batik di Kota Solo.

Begitu sampai di halaman depan Keraton, kita akan melihat bangunan berwarna biru. Inilah halaman depan Keraton Solo.

Untuk memasuki area museum kita harus sedikit berjalan melewati pintu samping. Di sepanjang jalan menuju pintu samping, kita akan melihat beberapa pedagang yang menyuguhkan cindera mata khas Solo seperti blangkon, gantungin kunci dan kalung yang terbuat dari kayu atau bambu, gangsingan, dan lain-lain.

Sebelum memasuki kawasan museum, tiba-tiba saja pandanganku tertuju pada salah satu jajanan khas Kota Solo yang membuatku tergoda untuk mencicipinya.

Akhirnya aku putuskan untuk berhenti sejenak menikmati Lekker ini. Berbeda dengan kebanyakan lekker yang masak menggunakan kompor api, lekker di sini masih di masak secara tradisional yaitu menggunakan anglo dan arang.

Puas menikmati lekker, akupun bergegas memasuki kawasan museum karena cuaca sudah mulai panas dan pengunjung mulai berjubal.

Untuk memasuki museum keraton ini, pengunjung hanya di kenakan tarif Rp 10.000, murah sekali bukan.

Harus diingat, meski Museum Keraton dan Keraton Solo ini dibuka untuk umum, tetap saja ada beberapa tempat-tempat yang tidak boleh sembarang di masuki. Dan sebagai pengunjung yang beretika kita harus mentaati segala peraturan di sini.

Sebelum masuk ke area Museum dan Keraton biasanya kita akan di tawarkan untuk memakai jasa pemandu atau tidak. Karena minimnya pengetahuan tentang Keraton Solo, akhirnya aku putuskan untuk memakai jasa pemandu wisata.

Sebelum menjelajah museum dan melihat koleksi-koleksi di sana, aku di ajak untuk berkeliling di kawasan Keraton terlebih dahulu. Perlu diketahui untuk masuk ke dalam keraton kita hanya diperbolahkan memakai sepatu, sedang untuk sandal memang tidak diperbolehkan. Jadi untuk yang sudah terlanjur memakai sandal harus berkeliling tanpa beralas kaki dan menitipkan sandal kepada petugas di depan pintu masuk.

Selain harus bersepatu, kita juga diwajibkan untuk memakai pakaian sopan (celana panjang/rok panjang). Untuk pengunjung yang sudah terlanjur memakai celana pendek atau rok pendek saat memasuki kawasan keraton harus memakai kain penutup yang sudah disediakan.

Masuk area Keraton ini kita bisa melihat hamparan pasir hitam, pohon sawo yang begitu rindang. Konon, pasir hitam ini berasal dari pantai selatan dan gunung merapi.

Sedang untuk pohon sawo sendiri ternyata ada sebuah filosofi yang terkandung di dalamnya yaitu tentang sebuah kebaikan. Sawo kecik sering diidentikan dengan sarwo becik yang dalam bahasa jawa artinya serba baik. Dengan begitu diharapkan supaya kelak nantinya si empunya tanaman ini selalu memperoleh kebaikan-kebaikan.
Konon, jaman dahulu hingga sekarang buah sawo adalah buah kesukaan para puteri keraton. Selain rasanya yang manis ada banyak manfaat dari pohon sawo ini, buahnya dikenal sebagai pengharum alami untuk badan, daunnya biasa di gunakan untuk menurunkan kolesterol, sedang kayunya bisa dimanfaatkan untuk membuat kerajinan ukir.

Ada beberapa pendopo dan pintu-pintu di area ini, menurut penuturan pemandu wisataku pintu-pintu itu tidak lain adalah ruangan kamar raja yang pernah tinggal di sana.

Nuansa keraton begitu terasa di kawasan ini, tidak semua tempat bisa dimasuki sembarang orang termasuk aula ini yang biasa digunakan sebagai tempat berkumpul. Jadi jika kita ingin mengambil gambar harus tetap berada di belakang garis.

Masih di kawasan Keraton, ada satu bangunan yang terlihat lebih tinggi dari bangunan lain. Bahkan saat masih berada di depan gerbang depan Keraton bangunan itu terlihat tinggi menjulang.

Menara Sanggabuana, adalah bangunan paling tinggi di kawasan Keraton Solo. Bangunan ini berdiri saat kepemimpinan Sri Susuhan Paku Buwono II. Menurut ceritanya, tempat inilah yang diyakini sebagai tempat pertemuan antara Raja-raja Solo dengan Ratu Kidul.

Nah bagaimana, seru kan jalan-jalan ke Keraton Solo. Eits ini belum selesai masih ada oleh-oleh mengunjungi Museum Keraton. Hari ini sekian dulu ya, buat yang penasaran di tunggu postingan selanjutanya yah.

See you,

Terima kasih kepada Kurator Indonesia @aiqabrago dan @levycore, serta teman-teman Komunitas Steemit Indonesia @indo-comunity atas dukungannya.