Menemukan Kehangatan Dalam Sepiring Mie Jowo

in #indonesia6 years ago

Haloo semua, ketemu weekend lagi nih. Sebagai referensi kuliner akhir pekan ini aku mau review satu tempat makan nih. Namanya Mie Anglo, mungkin ada yang sudah pernah mendengar nama kuliner ini sebelumnya?

Awal perkenalanku dengan Mie Anglo bermula dari Kota Solo. Sebuah kota kecil yang kaya akan kuliner dengan harga ekonomis. Hmmm, jangan heran ya kenapa aku sering mengaitkan dan terlihat antusias saat membicarakan kota ini. Tak hanya kota kelahiran, bertahun-tahun sempat aku habiskan di kota yang selalu berseri ini, dari masa kanak-kanak hingga beberapa tahun lalu saat aku bekerja di salah satu tempat di Solo.

Mie Jowo_solo.jpg

Source

Selain selat solo, tengkleng, timlo, atau kuliner khas lain di kota ini, Mie Anglo menjadi satu kuliner yang tak bisa begitu saja terlupakan sepanjang ingatanku ketika membicarakan kuliner di kota ini.
Mie Anglo sendiri adalah sajian mie godong (rebus) dengan mie jawa sebagai bahan utamanya yang kemudian ditambahkan dengan aneka bumbu yang sudah diracik. Dalam penyajiannya biasanya akan ditambahkan dengan suiran ayam kampung.

Di Semarang aku sudah mendapati sekian banyak pedagang mie jowo, tapi dari kesemuanya yang aku temui hampir rasanya sama dan belum ada yang seenak Mie Anglo langgananku. Hal ini lantaran proses dan bahan yang dipakai untuk membuat mienya terlihat berbeda.

Mie Anglo menjadi sajian kuliner yang istimewa karena memang dimasak menggunakan cara yang masih tradisional yaitu memakai arang dan bara api diatas anglo. Anglo sendiri adalah tungku api yang terbuat dari tanah. Nah dari sinilah cita rasa dan kelezatan mie berasal.

anglo.jpg

Source

Selain cara memasak yang berbeda, kebanyakan Mie Jawa yang ada sekarang ini tidak menggunakan mie basah yang terlihat seperti karet itu melainkan memakai mie kering yang mirip dengan mie instan sehingga rasanya juga menjadi berbeda.

Setelah berkeliling mencari akhirnya aku menemukan satu tempat yang menjual mie jawa dengan cara memasak menggunakan anglo. “Mie Jowo Pak Brintik”, terletak di samping SD Don Bosko Semarang, kuliner ini sudah buka sejak puluhan tahun lalu secara turun temurun. Kalo aku boleh jujur, Mie Jowo di sini paling istimewa diantara sekian mie jowo yang pernah aku makan. Kapan-kapan deh aku buat postingannya secara khusus.

Sebelum sampai pada Mie Jowo Pak Brintik, kembali dulu pada Mie Anglo ya. Seperti postingan sebelumnya di mana aku menemukan satu kuliner Solo di Semarang. Kali ini juga hampir sama ceritanya. Sore sepulang kerja aku dan suami menyusuri jalan Ungaran untuk mencari makan, saat berkeliling aku menemukan sebuah tempat dengan tulisan besar terpampang didepannya, Mie Anglo Cabang Solo. Tanpa pikir panjang kuhentikan laju kendaraan dan memutuskan singgah di sana.

Mie Jowo_4.jpg

Seperti mendapat obat rindu, begitu kataku dalam hati yang menemukan satu lagi kuliner Solo di sini. Aku melihat-lihat daftar menu yang tersedia, mie jowo menjadi menu andalan tempat ini. Aku pun memesannya dua porsi.
Belum berhenti rasa senangku karena rasa rindu yang sedikit terobati, aku kembali tersenyum saat mendapati dalam daftar minuman terdapat satu minuman yang jarang aku temukan di Semarang, yaitu Teh Kampul.

Mie Jowo_1.jpg

Dan seperti inilah penampakan kedua menu yang aku pesan.

Mie Jowo_2.jpg

Mie Jowo

Mie Jowo_3.jpg

Teh Kampul

Hmmm menggoda bukan, menikmati mie jowo saat gerimis yang dipadukan dengan cuaca Ungaran yang dingin memang cocok sekali. Buat yang penasaran akan kuliner satu ini bolehlah singgah sebentar untuk sekedar mencicipi.
Sekian dulu ya postingan kali ini, next aku akan mengulas tentang teh kampul.

Penasaran? Tunggu episode selanjutnya ya...

Terima kasih kepada duo Kurator Indonesia @aiqabrago dan @levycore, kepada teman-teman Komunitas Steemit Indonesia. Mari saling berbagi, mari saling menguatkan.

PP Steemit_1.jpeg

Sort:  

Saya sendiri baru dengar nih ada Mie Anglo. Kalau dilihat dari penampakannya, seperti mie rebus biasa ya Mbak @patriciadian? Nah, soal rasanya sepertinya ada perbedaannya ya Mbak? Jadi bertambah banyak nih referensi jenis makanan berbahan baku mie. kayaknya tidak ada di Bandung mie seperti ini.

Ngomong-ngomong, merek mie ini cukup komersil juga ya, ada nama Suharto-nya. Kesan sekilas seolah-olah milik keluarga mantan Presiden Suharto. Jangan-jangan memang benar ya Mbak?

Iya Eyang, ini sekilas nampak seperti mie rebus tapi kalo Mie Jowo kuahnya identik dengan rasa bawang yang kuat banget. Biasanya sih yang jualan kayak gini malem-malem, kadang kelilingan pake gerobak ada juga yang menetap. Tapi sayang sekarang sudah jarang banget yang masaknya masih pake anglo gini, kebanyakan sudah beralih ke kompor dengan alasan praktis dan lebih efisien waktu,hihihi...

Hahaha kalo yang ini kurang tahu juga Eyang ada hubungannya dengan mantan Presiden apa nggak, tapi denger-denger sih malah ini langganannya Presiden yang sekarang :D

Kebanyakan orang mulai beralih menggunakan kompor dengan alasan praktis, ya bisa kita maklumi. Namun, kalau masih ada yang menggunakan anglo seperti di atas, tentu menjadi sensasi tersendiri. Kesan original dan unik bisa menjadi daya Tarik tersendiri bagi calon pelanggan.

Mba @patriciadian.Kalau saya berkunjung ke Semarang dan Solo dan Solo pasti BB naik..hahaa.
Kulinernya mantap2 yah,,...
cita rasa Indonesia benar2 menggugah rasa.
cita rasa Indonesia benar2 menggugah rasa.

Ayo Mbak.. agendakan ke Semarang.. aku ajak kulineran.. hihihihi

Ayo Mbak Etty ke Semarang, kalo urusan kuliner Semarang Kak @fesbukan tau banyak tempat-tempat makanan enak.hahaha

Di sini mie ini namanya Mie Jogja. Ternyata mie jawa memang ada khasnya seperti itu ya.

Wah namanya Mie Jogja ya, apa karena yang jual orang Jogja?hihihi.
Iya di Jawa ada mie seperti ini yang khas, namanya juga beda-beda, ada yang menyebutnya Mie jowo, mie tek-tek, mie godog,dll.
Biasanya sih yang membedakan mie yang dipakai sama cara masaknya aja yang kebanyakan sekarang pakai kompor.hehehe

Hahaha, orang Solo sih setelah saya tanyakan... :D

Wah malah orang Solo ya,hahaha

Saya yakin bukan tanpa alasan memilih alat masak tradisional ini, bukan hanya sekedar untuk tampil beda.

Saya sendiri sudah membandingkan rasa mie yang dihasilkan ketika memasak dengan anglo atau kompor, jauh beda sekali Bang @jaff. Mungkin karena banyak yang nggak mau ribet dan repot akhirnya banyak yang beralih pakai kompor itu penjual mienya.

Ternyata rasa enak, nenek moyang kita lebih ahli

Di Kediri, hampir semua penjual mie / nasgor masaknya pake kayak gitu :D
rasanya sudah bisa dipastikan beda jauh dengan masak pake kompor gas...

Beda banget kak rasanya lebih sedap. Di Semarang paling seneng yang deket Don Bosko itu, sayang sekarang jarang buka sehabis kena gusur buat trotoar.

Hay mba patriciadian...
Lama tidak saling sapa ya 😀
Tp tulisan mba memang terus waw ya...

Haloo Mas @khairil.anwar, iya nih lama nggak main-main.hihihi.
Aduh makasih ya 😁😁

Coin Marketplace

STEEM 0.30
TRX 0.12
JST 0.033
BTC 64222.08
ETH 3135.29
USDT 1.00
SBD 3.99