Kisah Sedih Sarong

in #indonesia7 years ago (edited)

TAKDIR tak bisa dielakkan. Cobaan datang dengan sendirinya. Namun, upaya penyembuhan harus terus berlanjut. Karena, cobaan harus dilewati oleh manusia. Itu juga terjadi di sudut Dusun Lima, Desa Meunsah Panton, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara. Dara desa itu, Syarifah Hafni (20 tahun) menghitung hari. Dia harus melawan, tumor payudara yang membekap disebelah kiri dadanya.


Okezone.jpg

Foto Dokumen Okezone.com

Sebelumnya, Syarifah dibawa berobat ke Rumah Sakit Cut Mutia (RSCM) Buket Rata, Lhokseumawe. Dia smepat dirawat inap seminggu di rumah sakit milik Pemerintah Aceh Utara itu.

Orangtuanya, Razali Sarong, menyebutkan, penyakit itu telah dirasakan Syarifah sejak dua tahun lalu. Namun, keluarga terkendala biaya untuk berobat ke rumah sakit.

”Setelah seminggun dirawat di Rumah Sakit Cut Mutia, dokter menyebutkan tidak mampu menangani penyakit anak saya. Katanya, sakit anak saya sudah parah. Ditambah dengan kurangnya alat di rumah sakit,” kata Razali, Selasa (25/11).

Pria paruh baya itu menyebutkan, pihak rumah sakit memberikan surat rujukan, agar anaknya bisa dibawa berobat ke Rumah Sakit Zainal Abidin (RSZA) Banda Aceh. Berbekal sedikit uang, keluarga memutuskan membawa Syarifah ke Banda Aceh.

Mirisnya, saat itu, RSZA mengatakan tidak ada kamar inap untuk putrinya. ”Kami terpaksa tidur di emperan ruang unit gawat darurat (UGD) rumah sakit itu,” kenangnya.

Namun, Razali mengaku tak begitu kecewa dengan rumah sakit Banda Aceh. Dia menyebutkan, rujukan yang diberi RSCM Lhokseuamawe, hanya untuk rawat jalan. Bukan rawat inap. Padahal, sakit putrinya terbilang parah. Nanah keluar dari dada sebelah kiri. Baunya menyengat.

”Saya telepon ke RSCM waktu itu. Setelah diurus, baru bisa mendapatkan kamar rawat inap,” ujar Razali sedih.

Waktu itu, Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, sempat memberikan santunan uang. Razali enggan menyebutkan nominalnya. Uang itu pula yang digunakan untuk menebus obat dan keperluan selama sebulan di Banda Aceh. Dia juga bekerja serabutan untuk menutupi kebutuhan berobat anaknya di Banda Aceh.

Sebulan menjalani perawatan, kondisi Syarifah belum juga membaik. ”Mereka hanya membersihkan nanah yang terus keluar, saat pagi nanah tersebut mengembang seperti kembang kol yang melingkari payudara anak say,” ungkap Razali.

Melihat kondisi itu, dia memutuskan pulang kampung. Dan, meminta surat rujukan dari RSZA Banda Aceh ditujukan ke RS Pringadi, Medan, Sumatera Utara. Dia binggung hendak

Namun, hingga saat ini, Syarifah belum dibawa ke RS Pringadi, Medan. Kendalanya, uang. Keluarga tak memiliki dana yang cukup untuk pengobatan. ”Saya sangat sedih, ketika pulang dari Banda Aceh, didalam bus umum, banyak penumpang yang muntah. Mereka mual mencium bau nanah penyakit anak saya,” kenangnya.

Razali mengucapkan terima kasih atas pemberian gubernur Aceh. Namun, dia sangat berharap, agar dibantu pengobatan putrinya. ”Saya berharap agar Pemerintah Aceh bisa membantu membawa anak saya berobat ke luar negeri. Atau kerumah sakit yang lebih bagus. Kami tidak punya uang. Kami sangat berharap, pada siapa pun dermawan yang mau membantu,” harap Razali.

Mata pria ini nanar menatap langit-langit rumah yang bocor. Dia hanya satu diantara sekian banyak masyarakat miskin yang tidak sanggup mengobati putrinya karena kendala uang. Dia hanya berharap, agar pertolongan datang secepatnya. Sedangkan, Syarifah, hanya bisa terbaring lemas. Berharap kesembuhan dari sang pencipta. Adakah yang perduli pada keluarga Sarong ini? Semoga.

arsip catatan beberapa waktu lalu

Coin Marketplace

STEEM 0.18
TRX 0.14
JST 0.030
BTC 58679.35
ETH 3155.04
USDT 1.00
SBD 2.44